fbpx
Connect with us

Parenting

Fakta vs Mitos Demam pada Anak

Demam pada anak tidak selalu menandakan bahaya, Bun. Kok bisa? Yuk cari tahu dulu mitos dan fakta mengenai demam anak di artikel ini.

mm

Published

on

demam pada anak
Demam pada anak tidak selalu menandakan bahaya, Bun. Kok bisa? Yuk cari tahu dulu mitos dan fakta mengenai demam anak di artikel ini.

Orang tua biasanya akan panik dan khawatir ketika si kecil dilanda demam. Bahkan, tidak sedikit orang tua yang akhirnya kurang tidur karena terlalu mengkhawatirkan kondisi demam tersebut. Namun, tahukah Bunda bahwa tak setiap demam pada anak merupakan pertanda bahaya?

Mengenal Demam pada Anak

Tentunya Bunda merasa khawatir ketika sang buah hati mengalami demam. Suhu tubuh kita yang normal adalah 36,5-37,5⁰C, bila melebihi dari itu maka disebut demam. Pada umumnya, demam bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala. Demam adalah keluhan yang banyak terjadi pada anak-anak.

Ketika si kecil demam, itu adalah salah satu pertanda bahwa kekebalan tubuh si kecil sedang bekerja. Saat suhu tubuh si kecil naik, ini adalah pertanda bahwa sistem kekebalan tubuh menjadi aktif dan tubuh menunjukkan reaksi pertahanan, salah satunya untuk melawan infeksi. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua demam diakibatkan oleh infeksi.

Baca juga: Begini Cara Tepat Mengatasi Pilek pada Bayi baru Lahir

Ada beberapa mitos atau miskonsepsi yang beredar di masyarakat soal demam anak. Berikut ini beberapa di antaranya:

Mitos: Jika Tubuh Si Kecil Hangat, Maka Anak dalam Kondisi Demam

Fakta:

Bila anak demam tidaklah selalu menandakan ia mengalami sakit berat. Suhu hangat pada tubuh dapat disebabkan oleh beberapa hal. Beberapa di antaranya karena bermain terlalu lama, menangis, atau baru saja keluar dari tempat yang hangat. Umumnya, suhu hangat karena kondisi ini akan kembali normal setelah jangka waktu 10-20 menit. Anak memakai baju yang tebal atau membedong bayi pada saat udara sangat panas juga dapat menaikkan suhu tubuh anak, sehingga teraba hangat. Itu sebabnya, penggunaan pakaian bayi dan anak juga harus memperhatikan cuaca saat itu.

Mitos: Demam adalah Kondisi Buruk untuk Si Kecil

Fakta:

Suhu tubuh kita yang normal adalah 36,5-37,5 derajat Celsius. Suhu tubuh yang melebihi normal adalah suatu respon tubuh kita terhadap rangsangan yang datang. Rangsangan tersebut dapat berasal dari dalam ataupun dari luar tubuh. Demam merupakan reaksi tubuh yang bermanfaat untuk pertahanan. Bila diakibatkan oleh infeksi, maka demam ini terjadi untuk melawan virus atau bakteri. Demam tidak harus karena infeksi, dapat juga karena sebab lain. Untuk memastikannya, Bunda bisa mengukur suhu tubuh si kecil dengan menggunakan termometer.

Mitos: Semua Demam Harus Diatasi dengan Obat

Fakta:

Demam, batuk dan pilek adalah gejala, bukan penyakit. Demam atau common cold adalah infeksi virus yang tentunya tidak membutuhkan obat antibiotik dalam penanganannya. Bila si kecil demam tinggi dan hal ini menyebabkan ketidaknyamanan pada si kecil, maka demam bisa diatasi dengan obat antipiretik (pereda demam). Namun, tidak semua demam harus diatasi dengan obat. Bahkan banyak penelitian yang dilakukan beberapa tahun terakhir, menunjukkan pemberian obat pereda demam dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk memulihkan dirinya dari sebuah penyakit.

Apabila anak mengalami demam, maka kita perlu memperhatikan asupan minumnya, apakah anak masih aktif, maukah makan dan minum, juga apakah buang air kecilnya masih rutin seperti biasa. Untuk menurunkan suhu tubuh, Bunda dapat membantu sang buah hati untuk beristirahat total di rumah, perbanyak minumnya, dan juga memberikan kompres hangat. Bila tidak ada perbaikan, dapat dibantu dengan obat penurun panas.

Mitos: Demam Dapat Menyebabkan Kerusakan Otak

Fakta:

Kerusakan otak sangat jarang terjadi akibat demam tinggi. Bunda perlu berhati-hati dan waspada saat demam anak sangat tinggi. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menyediakan termometer di rumah. Sehingga, bila sang buah hati demam, Bunda dapat memantau suhu tubuhnya secara objektif dengan termometer. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari 40⁰Celcius, maka sangat penting untuk waspada terhadap keadaan anak. Berikan obat penurun panas yang bermanfaat untuk menurunkan pusat pengatur suhu tubuh di saraf otak anak. Bila tak perbaikan, segera bawa anak berobat ke dokter.

Mitos: Makin Tinggi Demamnya, Makin Berat Penyakitnya

Fakta:

Tinggi tidaknya suhu saat si kecil mengalami demam tidak menjadi pertanda apakah penyakit tersebut berat atau tidak. Bisa saja demamnya tinggi tapi sakitnya ringan dan sebaliknya demam tidak tinggi tapi sakitnya berat. Semua kembali ke diagnosis karena demam adalah gejala dari suatu diagnosis penyakit. Sebaiknya Bunda mengetahui apa diagnosisnya, bukan sekadar panik dan ingin buru-buru menghilangkan demamnya.

Mitos: Jika Suhu Tubuh Turun, Maka Infeksi pun Hilang

Fakta:

Setiap keadaan penyakit memiliki perjalanan penyakit yang berbeda. Bila suhu tubuh menurun, perlu dievaluasi kembali keadaan klinis anak kita. Misalnya penyakit demam berdarah dengue, pada hari awal terjadi demam yang berlangsung selama hari ke 1-3. Setelah itu, terjadi suhu tubuh menurun (fase bebas demam), namun justru adalah masa paling kritis. Oleh karena itu, Bunda tidak boleh lengah dan tetap harus mengobservasi serta memantau keadaan anak tersayang.

Kapan Si Kecil Harus Dibawa Ke Dokter?

Bunda bisa membawa si kecil ke dokter jika si kecil mengalami kondisi di bawah ini:

  • Si kecil mengalami demam saat berusia kurang dari 3 bulan
  • Anak usia 3 bulan sampai 3 tahun yang mengalami demam lebih dari tiga hari atau mengalami tanda bahaya
  • Suhu tubuh yang tinggi (> 39⁰ Celcius)
  • Anak semua usia yang mengalami kejang demam
  • Anak yang mengalami demam berulang-ulang lebih dari seminggu
  • Anak yang mengalami demam dengan penyakit penyerta seperti sakit jantung, kanker, ginjal, dll
  • Tidak mau makan atau minum
  • Tidak berespon atau sulit dibangunkan
  • Mengalami sesak napas
  • Terlihat kebiruan pada bibir, lidah, kuku
  • Muntah-muntah
  • Diare
  • Demam dengan muncul ruam
  • Buang air kecil sedikit atau jarang

Jika Bunda mendapati kondisi di atas pada si kecil saat demam, segera kunjungi dokter untuk dilakukan pemeriksaan supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ya.

Itulah informasi mengenai miskonsepsi demam pada anak. Semoga, Bunda tidak panik lagi dalam menghadapi demam pada anak ya.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kesehatan

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

mm

Published

on

bayi dirawat di nicu
Bayi dirawat di NICU ketika lahir prematur.

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang baru lahir. Kapan seorang bayi yang baru lahir dirawat di NICU? Bayi yang baru lahir dirawat di NICU ketika ia lahir prematur (kurang dari usia 37 minggu) atau lahir dengan kesulitan bernapas. 

Kebanyakan bayi dirawat di NICU selama 24 jam saja. Namun, tidak menutup kemungkinan bayi bisa lebih lama dirawat di sana. Ada yang butuh perawatan di NICU selama beberapa hari, ada pula yang berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Tergantung kondisi si adik bayi.

Meski begitu, tak peduli berapa lama bayi berada di NICU, hal ini bisa menjadi masa yang berat bagi orang tua. Mengingat ibu biasanya masih dalam tahap pemulihan pasca melahirkan, Ayahlah yang akan lebih banyak berperan dalam perawatan bayi selama di NICU. Apa yang mesti dilakukan? Berikut panduannya.

Kenali Siapa Dokter yang Menangani

Saat bayi berada di NICU, apalagi di masa pandemi seperti ini, kesempatan Ayah untuk selalu berada di dekat si kecil berkurang. Efeknya, Ayah mungkin sedang tidak ada di tempat kala dokter melakukan visit. Untuk mengatasi hal ini, coba tanyakan kepada perawat siapa saja dokter yang bertanggung jawab atas kondisi si kecil. Karena, bisa saja ada beberapa dokter yang menanganinya. 

Tanyakan pada pukul berapa dokter akan visit atau apakah ada kemungkinan Ayah bisa menemui dokter di poli. Usahakan bertemu langsung dengan dokter setiap hari untuk mengetahui informasi perkembangan kondisi si kecil.

Bantu Antarkan ASI

Bayi yang dirawat di NICU bukan berarti tidak bisa mendapatkan ASI. Si kecil tetap bisa meminum ASI yang diperah yang kemudian diberikan melalui bantu oleh perawat. Demi mendukung si kecil mendapatkan ASI eksklusif, Ayah bisa membantu Bunda yang sedang dalam proses pemulihan pasca melahirkan untuk mengantarkan ASIP. Bawa ASIP dalam cooler bag agar terjaga nutrisinya.

Tetap Lakukan Bonding

Meski si kecil dirawat dalam inkubator, Ayah tetap bisa memulai menjalin bonding. Mintalah waktu sebentar untuk berada di sisinya. Ayah juga bisa menawarkan diri untuk mengganti popok si kecil. Saat berada di sisi inkubator, selalu ajak adik bayi bicara. Nyanyikan lagu pengantar tidur pun boleh.

Beri Penjelasan kepada Si Kakak

Pengalaman ini bukan hanya berat dan membingungkan bagi Ayah dan Bunda, tetapi juga bagi si kakak. Jika si kecil memiliki kakak, pastikan kakak mengerti mengapa adiknya belum bisa pulang ke rumah dan perlu dirawat di rumah sakit. Pun, jangan lupa untuk tetap meluangkan waktu untuknya dan memperhatikan kebutuhannya. 

Perawatan bayi baru lahir di NICU mungkin akan sangat menguras waktu dan tenaga Ayah dan Bunda, tetapi tetap jangan biarkan si kakak merasa ditinggalkan. Jika Ayah dan Bunda belum bisa meluangkan banyak waktu karena fokus mengurus perawatan bayi di NICU, katakanlah permohonan maaf secara langsung kepada si kakak dan jelaskan alasannya. Minta pula kepada anggota keluarga lain, entah itu kakek atau nenek, untuk sementara waktu memberi perhatian ekstra kepada si kakak.

Perhatikan Diri Sendiri

Di masa seperti ini, Ayah mungkin adalah orang yang diharapkan paling kuat dan tegar. Namun, Ayah juga manusia. Ayah pun pasti merasakan kesedihan dan kebingungan ketika bayi dirawat di NICU. Jika Ayah merasakan hal ini, jangan ragu untuk membaginya bersama Bunda. Ayah juga bisa mencari support group yang beranggotakan orang tua dengan pengalaman yang sama. Dari support group biasanya akan ada banyak hal untuk dipelajari. Oh ya, jangan pula lupakan kebutuhan mendasar Ayah, seperti makan dan tidur. 

Continue Reading

Kesehatan

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

mm

Published

on

ruang nicu
Ruang NICU untuk merawat bayi prematur.

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua tidak dapat menghindari hal ini. Di Amerika Serikat, 1 dari 10 bayi dilahirkan terlalu dini atau kurang dari 37 minggu. 

Sementara di Indonesia, dari RISKESDAS 2018 diketahui terdapat 675.700 kelahiran prematur di Indonesia setiap tahun. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kelahiran prematur ke-5 tertinggi di dunia. 

Bayi prematur ini akan dirawat di ruang NICU atau Neonatal Intensive Care Unit hingga organ-organ tubuhnya dapat berfungsi dengan baik untuk dapat hidup secara mandiri. Mengenai apa dan bagaimana ruang NICU, yuk simak beberapa hal ini. 

Ruang NICU adalah

Ruang NICU adalah ruang perawatan bayi baru lahir maupun bayi yang memerlukan perawatan medis khusus. Ruangan ini dilengkapi dengan peralatan pendukung dan staf/perawat yang terlatih.

Alasan bayi dirawat di ruang NICU 

Selama di rahim, si kecil sangat tergantung dengan tubuh Bunda. Ia bernapas dan makan melalui plasenta Bunda. Akan tetapi setelah lahir, ia tidak bisa lagi bergantung kepada Bunda. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan menggunakan organ-organ tubuhnya sendiri untuk bertahan hidup. 

Sayangnya tidak semua bayi terlahir dalam kondisi sehat, sehingga proses adaptasi tersebut tidak serta-merta berjalan mulus. Bayi tersebut memerlukan pertolongan medis untuk bisa hidup. Beberapa alasan yang membuat bayi baru lahir harus dirawat di ruang NICU adalah bayi yang lahir prematur, bayi yang mengalami masalah kesehatan, bayi dengan berat badan rendah dan bayi dengan berat lebih dari 4000 gr (makrosomia).

Berbagai masalah kesehatan yang membuat bayi dirawat di NICU sangat beragam dan juga bergantung dari kondisi bayi pada saat itu. Di antara masalah kesehatan tersebut adalah anemia, gangguan pernapasan, pneumonia, masalah jantung, jaundice (bayi kuning), masalah pencernaan, intra uterine growth restriction (IUGR) atau bayi yang perkembangannya di dalam rahim terhambat

Berapa lama bayi dirawat di NICU?

Jangka waktu perawatan bayi di ruang NICU bisa berbeda-beda, dari hanya beberapa jam, beberapa hari, bahkan berbulan-bulan. Ada banyak faktor yang menentukannya, akan tetapi yang paling dasar adalah apakah bayi sudah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri; bisa menyusu, bernapas tanpa bantuan alat, dan menunjukkan tren pertumbuhan yang positif.

Siapa saja yang bertugas di ruang NICU? 

Bertugas menjaga perawatan bayi dengan kebutuhan medis khusus, tentu saja ruang NICU dijaga oleh banyak staf terlatih yang tidak sembarangan. Sebagai pemimpin tim, biasanya ditunjuk seorang neonatologist (dokter anak dengan sub spesialis perawatan bayi prematur), perawat bayi baru lahir, dan suster. Selain itu, fasilitas ini juga didukung oleh tenaga ahli lain yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan keluarga. Misalnya konselor laktasi, dokter gizi, dokter jantung bahkan psikolog. 

Apakah biaya perawatan NICU ditanggung BPJS?

BPJS Kesehatan yang Bunda miliki hanya dapat digunakan untuk menutupi biaya pemeriksaan kehamilan, biaya melahirkan dan pemeriksaan bayi baru lahir. Jika ternyata si kecil memerlukan perawatan tambahan di rumah sakit, BPJS Bunda tidak dapat menanggungnya. 

Yang perlu Bunda lakukan adalah membuat BPJS untuk si kecil. Akan tetapi perlu dipastikan bahwa Bunda tercatat sebagai peserta BPJS Kesehatan dan aktif membayar iuran. Si kecil harus segera didaftarkan untuk mendapatkan fasilitas jaminan kesehatan dari BPJS Kesehatan.

Berapa biaya perawatan di ruang NICU?

Mengingat perawatan intensif dengan alat-alat kesehatan dan tenaga kesehatan terlatih, biaya perawatan ruang NICU tentu saja lebih tinggi dari kamar perawatan biasa. Dilansir dari kitabisa.com biaya perawatan bayi di ruang ini bisa mencapai 2 juta rupiah per hari. Biaya ini juga tergantung dari kondisi medis bayi dan perawatan yang ia terima di ruang NICU.

Continue Reading

Parenting

Cara Membangun Kemampuan Sosial Anak di Tengah Pandemi

mm

Published

on

kemampuan sosial anak
Kemampuan sosial anak bisa dilatih di rumah.

Pandemi sudah berjalan kurang lebih selama setahun. Bersamanya, seruan untuk di rumah saja demi memutus mata rantai Covid-19 terus didengungkan. Diam di rumah saja tentu bagus demi kepentingan bersama. Namun, ada efek samping dari mengisolasi diri yang mungkin luput dari perhatian kita, yakni hilangnya kesempatan anak untuk meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi.

Tahukah, Bun? Anak-anak usia sekolah sedang berada dalam tahap perkembangan penting perihal kemampuan bersosialisasi. Penting bagi mereka untuk belajar membangun pertemanan dan berkomunikasi dengan orang lain. Kondisi pandemi mau tidak mau mengurangi kesempatan anak akan hal ini.

Namun, Bunda tak perlu panik, ya. Ada sejumlah cara alternatif yang bisa Bunda coba di rumah untuk membantu anak membangun kemampuan sosialnya, meski ia tak rutin bertemu teman sebaya.

Ajak Anak Memahami Emosinya

Jangankan anak-anak, kita yang dewasa saja kadang sulit menyampaikan emosi yang kita rasa. Maka dari itu, kita perlu mengajak anak untuk mulai memahami emosinya sedari dini. Dilansir dari Parents.com, salah satu cara supaya anak mau dan mampu untuk menyampaikan emosinya dimulai dari keaktifan orang tua

Di pengujung hari, Bunda atau Ayah bisa menanyakan perasaan si kecil selama seharian. Misalnya dengan pertanyaan, “Apa sih yang kamu rasakan seharian ini?”. Supaya lebih mudah bagi si kecil untuk menyampaikannya, gunakanlah chart yang berisi berbagai emoji dengan ekspresi berbeda-beda. Minta si kecil menunjuk emoji yang paling sesuai dengan perasaannya di hari itu.

Biarkan Ia Mandiri

Sebagai orang tua, kita mungkin akan tergelitik untuk selalu membantu buah hati. Namun, Bun, cobalah sedikit menahan diri. Bila si kecil sedang mengerjakan pekerjaan rumah, menyapu atau memakai baju misalnya, jangan terburu-buru “terjun” untuk menyelesaikan pekerjaannya. Biarkan ia bereksplorasi dan menemukan caranya sendiri. Bunda mungkin gemas melihatnya, tapi bersabarlah. Dengan membiarkan ia mandiri, Bunda dan Ayah sedang membangun kepercayaan dirinya yang akan sangat berguna di kehidupan sosialnya nanti.

Buat Kontak Mata

Pernah dengar nasihat untuk duduk bersimpuh kala berbicara dengan si kecil? Nasihat ini benar loh, Bun. Kuncinya sebenarnya bukan pada duduknya, tapi pada kontak matanya. Ketika duduk bersimpuh di hadapan si kecil, level mata Bunda akan sejajar dengan matanya sehingga kontak mata terjadi.

Saat berbicara dengan anak, jagalah kontak mata ini. Niscaya, mereka akan lebih mendengarkan perkataan Bunda. Tak hanya itu, dengan kebiasaan ini, anak akan sadar bahwa kontak mata adalah kunci terpenting dalam komunikasi. Saat nanti bergaul dengan orang lain, ia akan meniru kebiasaan ini.

Lakukan Permainan yang Melibatkan Keluarga

Saat Bunda dan Ayah telah tuntas menyelesaikan pekerjaan serta si kecil sudah selesai menyelesaikan tugas sekolahnya, luangkanlah waktu untuk family game night. Bunda dan Ayah bisa mengajak si kecil untuk melakukan permainan sederhana, tapi bermakna, misalnya ular tangga, halma, atau ludo. Dengan bermain game, si kecil akan belajar mengikuti peraturan, menghargai orang lain, bahkan belajar bekerja sama.

Beberapa cara itulah yang bisa dilakukan di rumah untuk membantu mengembangkan kemampuan sosial anak. Selamat mencoba ya, Bunda dan Ayah!

Continue Reading

Trending