Parenting
Mitos Seputar Merawat Bayi Baru Lahir
Ada banyak mitos bayi baru lahir yang beredar di masyarakat. Mulai dari pemakaian gurita hingga membedong kaki, simak pembahasannya di sini!
Cara satu orang tua mengasuh anaknya akan berbeda dengan orang tua lainnya. Namun, tahukah bahwa metode-metode merawat anak ini sebenarnya hanyalah mitos belaka? Cari tahu faktanya dalam ulasan berikut ini.
Bayi memerlukan penanganan ekstra hati-hati karena masih sangat sensitif. Tak jarang, orang tua Bunda menganjurkan berbagai cara merawat bayi yang dianggap sudah teruji kebenarannya. Namun, ingatlah untuk berpikir kritis ya, Bun. Pasalnya, tak semua anjuran bisa langsung diterapkan mentah-mentah. Bunda harus pintar memilih mana yang bisa diaplikasikan dan mana yang merupakan mitos merawat bayi. Untuk tahu jawabannya, simak artikel ini yuk, Bun.
Bayi Tidak Perlu Imunisasi
Banyak sekali mitos yang berkembang di masyarakat mengenai imunisasi pada bayi. Tentunya kita ingin bayi kita dalam keadaan sehat selalu, namun kita juga perlu melindunginya dari penyakit infeksi yang berbahaya.
Bunda tentu senantiasa menjaga kebersihan dan mencuci tangan agar sang buah hati tak terinfeksi, namun banyak penyakit infeksi yang tetap menyebar dan berpotensi mencelakai bayi. Penyakit campak misalnya, bisa menular lewat udara. Sehingga, imunisasi sangat penting perannya dalam melindungi si kecil.
Beberapa imunisasi yang dianjurkan adalah yang dapat mencegah penyakit infeksi berbahaya, misalnya polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan, campak dapat menyebabkan radang otak.
ASI Harus Diperas dan Dibuang Sebelum Menyusui
Pada saat bayi baru lahir, disarankan bila bayi bugar dapat dilakukan inisiasi menyusu dini. Hal tersebut dilakukan agar bayi mendapatkan ASI pertama (kolostrum) yang sangat banyak mengandung zat kekebalan tubuh. Oleh karena itu, salah sekali bila ASI diperas dan dibuang sebelum menyusui. Hal tersebut hanya mitos karena orang dahulu menganggap ASI bisa saja basi dalam payudara sehingga perlu dibuang dulu sebelum menyusui. Faktanya, ASI tidak akan pernah basi.
Bayi Harus Pakai Gurita
Bayi bernapas dengan menggunakan otot perutnya. Bila kita memakaikan gurita di perut bayi, maka hal tersebut dapat mengganggu pernapasan bayi karena otot perutnya tertahan gurita. Memakaikan gurita pada bayi merupakan mitos yang diturunkan dari orang tua. Namun, sebaiknya kebiasaan ini ditinggalkan. Jika biasanya orang tua memakaikan gurita pada bayi agar perutnya tidak kembung, gurita malah membuat bayi sulit bernapas dan sesak. Oleh karena itu, penggunaan gurita tidak dianjurkan pada bayi.
Jangan Potong Kuku Bayi dalam 40 Hari Pertama
Banyak mitos yang beredar bahwa kuku bayi tidak boleh dipotong sebelum 40 hari. Mitos ini muncul karena Bunda takut melukai jari tangan atau kaki saat memotong kuku anak. Padahal, jika kuku bayi tidak dipotong selama 40 hari setelah kelahirannya, ini akan melukai wajah bahkan kornea matanya. Sebaiknya, saat kuku si kecil terlihat panjang, Bunda langsung memotongnya. Gunakan gunting kuku yang dikhususkan bagi bayi agar tetap aman.
Kaki Bayi Harus Dibedong
Banyak yang beranggapan bahwa membedong kaki bayi bisa membuat kaki anak tidak pengkor. Padahal, kaki bayi yang dibedong akan menghambat perkembangan motorik bayi karena kakinya tidak memiliki kesempatan untuk bergerak bebas. Sebenarnya, kaki bayi yang bengkok setelah kelahiran adalah hal yang lumrah karena terbiasa meringkuk dalam kandungan selama 9 bulan. Kaki anak Bunda akan lurus dan menguat dengan sendirinya seiring waktu berjalan tanpa harus dibedong.
Bedong bisa dilakukan setelah bayi mandi atau ketika cuaca sedang dingin. Tujuan bedong sebenarnya adalah untuk melindungi bayi dari udara yang dingin. Cara pemakaiannya pun bukan bedong yang melekat dan ketat, melainkan longgar agar bayi tetap bisa bergerak.
Bayi Harus Diberikan Kopi Saat Kejang
Bun, berhati-hatilah dalam menerima informasi mengenai cara merawat anak, termasuk yang satu ini. Orang dahulu bilang jika anak kejang sebaiknya diminumkan kopi hitam untuk menghentikannya. Metode ini adalah metode yang salah. Pasalnya, kafein yang terdapat dalam kopi malah akan meningkatkan detak jantung bayi. Detak jantung yang tidak normal pada bayi bisa membahayakan kesehatannya. Bila bayi mengalami kejang, segera bawa bayi ke rumah sakit agar mendapatkan pengobatan.
Mandi dengan Air Dingin Supaya Bayi Kuat
Bayi sebaiknya dijaga suhu tubuhnya antara 36,5-37,5 derajat Celcius. Mitos memandikan bayi dengan air dingin perlu ditinggalkan karena dapat menyebabkan bayi hipotermia (suhu tubuh rendah). Akibat hipotermia dapat terjadi gangguan pernapasan, gula darah yang rendah, lemas, kejang, dan sesak napas. Memandikan si kecil dengan air dingin agar ia kuat adalah cara yang kurang tepat. Saat baru lahir, bayi memiliki lapisan lemak yang bermanfaat untuk menjaga suhu tubuh bayi. Sebaiknya bayi baru lahir dilap dengan air hangat saja. Setelah nantinya tali pusat bayi terlepas, bayi dapat dimandikan ke dalam air hangat.
Baby Walker untuk Membantu Berjalan
Bunda perlu tahu bahwa penggunaan baby walker tidak membantu anak untuk belajar berjalan. Baby walker membuat anak menjadi malas berjalan, karena lebih mudah bergeser dengan roda baby walker. Selain itu, ia juga tidak dapat melihat kakinya sendiri, dan dikhawatirkan terjadi insiden yang berbahaya. Penggunaan ototnya juga kurang terlatih. Seharusnya bayi melatih pinggul, tungkai atas dan bawah, serta keseimbangan tubuh pada saat belajar berjalan. Penggunaan baby walker dikhawatirkan dapat membuat bayi bergerak ke tempat yang berbahaya, dapat terjatuh dari tangga, luka ataupun patah tulang, serta bayi meraih benda bahaya seperti, air panas, kompor, dll.
Nah, itulah informasi mengenai mitos bayi baru lahir. Apabila Bunda ingin membaca tips-tips lain seputar kehamilan, ikuti Ibu Sehati melalui Facebook atau Instagram. Semoga bermanfaat!
Kesehatan
Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU
Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang baru lahir. Kapan seorang bayi yang baru lahir dirawat di NICU? Bayi yang baru lahir dirawat di NICU ketika ia lahir prematur (kurang dari usia 37 minggu) atau lahir dengan kesulitan bernapas.
Kebanyakan bayi dirawat di NICU selama 24 jam saja. Namun, tidak menutup kemungkinan bayi bisa lebih lama dirawat di sana. Ada yang butuh perawatan di NICU selama beberapa hari, ada pula yang berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Tergantung kondisi si adik bayi.
Meski begitu, tak peduli berapa lama bayi berada di NICU, hal ini bisa menjadi masa yang berat bagi orang tua. Mengingat ibu biasanya masih dalam tahap pemulihan pasca melahirkan, Ayahlah yang akan lebih banyak berperan dalam perawatan bayi selama di NICU. Apa yang mesti dilakukan? Berikut panduannya.
Kenali Siapa Dokter yang Menangani
Saat bayi berada di NICU, apalagi di masa pandemi seperti ini, kesempatan Ayah untuk selalu berada di dekat si kecil berkurang. Efeknya, Ayah mungkin sedang tidak ada di tempat kala dokter melakukan visit. Untuk mengatasi hal ini, coba tanyakan kepada perawat siapa saja dokter yang bertanggung jawab atas kondisi si kecil. Karena, bisa saja ada beberapa dokter yang menanganinya.
Tanyakan pada pukul berapa dokter akan visit atau apakah ada kemungkinan Ayah bisa menemui dokter di poli. Usahakan bertemu langsung dengan dokter setiap hari untuk mengetahui informasi perkembangan kondisi si kecil.
Bantu Antarkan ASI
Bayi yang dirawat di NICU bukan berarti tidak bisa mendapatkan ASI. Si kecil tetap bisa meminum ASI yang diperah yang kemudian diberikan melalui bantu oleh perawat. Demi mendukung si kecil mendapatkan ASI eksklusif, Ayah bisa membantu Bunda yang sedang dalam proses pemulihan pasca melahirkan untuk mengantarkan ASIP. Bawa ASIP dalam cooler bag agar terjaga nutrisinya.
Tetap Lakukan Bonding
Meski si kecil dirawat dalam inkubator, Ayah tetap bisa memulai menjalin bonding. Mintalah waktu sebentar untuk berada di sisinya. Ayah juga bisa menawarkan diri untuk mengganti popok si kecil. Saat berada di sisi inkubator, selalu ajak adik bayi bicara. Nyanyikan lagu pengantar tidur pun boleh.
Beri Penjelasan kepada Si Kakak
Pengalaman ini bukan hanya berat dan membingungkan bagi Ayah dan Bunda, tetapi juga bagi si kakak. Jika si kecil memiliki kakak, pastikan kakak mengerti mengapa adiknya belum bisa pulang ke rumah dan perlu dirawat di rumah sakit. Pun, jangan lupa untuk tetap meluangkan waktu untuknya dan memperhatikan kebutuhannya.
Perawatan bayi baru lahir di NICU mungkin akan sangat menguras waktu dan tenaga Ayah dan Bunda, tetapi tetap jangan biarkan si kakak merasa ditinggalkan. Jika Ayah dan Bunda belum bisa meluangkan banyak waktu karena fokus mengurus perawatan bayi di NICU, katakanlah permohonan maaf secara langsung kepada si kakak dan jelaskan alasannya. Minta pula kepada anggota keluarga lain, entah itu kakek atau nenek, untuk sementara waktu memberi perhatian ekstra kepada si kakak.
Perhatikan Diri Sendiri
Di masa seperti ini, Ayah mungkin adalah orang yang diharapkan paling kuat dan tegar. Namun, Ayah juga manusia. Ayah pun pasti merasakan kesedihan dan kebingungan ketika bayi dirawat di NICU. Jika Ayah merasakan hal ini, jangan ragu untuk membaginya bersama Bunda. Ayah juga bisa mencari support group yang beranggotakan orang tua dengan pengalaman yang sama. Dari support group biasanya akan ada banyak hal untuk dipelajari. Oh ya, jangan pula lupakan kebutuhan mendasar Ayah, seperti makan dan tidur.
Kesehatan
Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif
Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua tidak dapat menghindari hal ini. Di Amerika Serikat, 1 dari 10 bayi dilahirkan terlalu dini atau kurang dari 37 minggu.
Sementara di Indonesia, dari RISKESDAS 2018 diketahui terdapat 675.700 kelahiran prematur di Indonesia setiap tahun. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kelahiran prematur ke-5 tertinggi di dunia.
Bayi prematur ini akan dirawat di ruang NICU atau Neonatal Intensive Care Unit hingga organ-organ tubuhnya dapat berfungsi dengan baik untuk dapat hidup secara mandiri. Mengenai apa dan bagaimana ruang NICU, yuk simak beberapa hal ini.
Ruang NICU adalah
Ruang NICU adalah ruang perawatan bayi baru lahir maupun bayi yang memerlukan perawatan medis khusus. Ruangan ini dilengkapi dengan peralatan pendukung dan staf/perawat yang terlatih.
Alasan bayi dirawat di ruang NICU
Selama di rahim, si kecil sangat tergantung dengan tubuh Bunda. Ia bernapas dan makan melalui plasenta Bunda. Akan tetapi setelah lahir, ia tidak bisa lagi bergantung kepada Bunda. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan menggunakan organ-organ tubuhnya sendiri untuk bertahan hidup.
Sayangnya tidak semua bayi terlahir dalam kondisi sehat, sehingga proses adaptasi tersebut tidak serta-merta berjalan mulus. Bayi tersebut memerlukan pertolongan medis untuk bisa hidup. Beberapa alasan yang membuat bayi baru lahir harus dirawat di ruang NICU adalah bayi yang lahir prematur, bayi yang mengalami masalah kesehatan, bayi dengan berat badan rendah dan bayi dengan berat lebih dari 4000 gr (makrosomia).
Berbagai masalah kesehatan yang membuat bayi dirawat di NICU sangat beragam dan juga bergantung dari kondisi bayi pada saat itu. Di antara masalah kesehatan tersebut adalah anemia, gangguan pernapasan, pneumonia, masalah jantung, jaundice (bayi kuning), masalah pencernaan, intra uterine growth restriction (IUGR) atau bayi yang perkembangannya di dalam rahim terhambat.
Berapa lama bayi dirawat di NICU?
Jangka waktu perawatan bayi di ruang NICU bisa berbeda-beda, dari hanya beberapa jam, beberapa hari, bahkan berbulan-bulan. Ada banyak faktor yang menentukannya, akan tetapi yang paling dasar adalah apakah bayi sudah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri; bisa menyusu, bernapas tanpa bantuan alat, dan menunjukkan tren pertumbuhan yang positif.
Siapa saja yang bertugas di ruang NICU?
Bertugas menjaga perawatan bayi dengan kebutuhan medis khusus, tentu saja ruang NICU dijaga oleh banyak staf terlatih yang tidak sembarangan. Sebagai pemimpin tim, biasanya ditunjuk seorang neonatologist (dokter anak dengan sub spesialis perawatan bayi prematur), perawat bayi baru lahir, dan suster. Selain itu, fasilitas ini juga didukung oleh tenaga ahli lain yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan keluarga. Misalnya konselor laktasi, dokter gizi, dokter jantung bahkan psikolog.
Apakah biaya perawatan NICU ditanggung BPJS?
BPJS Kesehatan yang Bunda miliki hanya dapat digunakan untuk menutupi biaya pemeriksaan kehamilan, biaya melahirkan dan pemeriksaan bayi baru lahir. Jika ternyata si kecil memerlukan perawatan tambahan di rumah sakit, BPJS Bunda tidak dapat menanggungnya.
Yang perlu Bunda lakukan adalah membuat BPJS untuk si kecil. Akan tetapi perlu dipastikan bahwa Bunda tercatat sebagai peserta BPJS Kesehatan dan aktif membayar iuran. Si kecil harus segera didaftarkan untuk mendapatkan fasilitas jaminan kesehatan dari BPJS Kesehatan.
Berapa biaya perawatan di ruang NICU?
Mengingat perawatan intensif dengan alat-alat kesehatan dan tenaga kesehatan terlatih, biaya perawatan ruang NICU tentu saja lebih tinggi dari kamar perawatan biasa. Dilansir dari kitabisa.com biaya perawatan bayi di ruang ini bisa mencapai 2 juta rupiah per hari. Biaya ini juga tergantung dari kondisi medis bayi dan perawatan yang ia terima di ruang NICU.
Parenting
Cara Membangun Kemampuan Sosial Anak di Tengah Pandemi
Pandemi sudah berjalan kurang lebih selama setahun. Bersamanya, seruan untuk di rumah saja demi memutus mata rantai Covid-19 terus didengungkan. Diam di rumah saja tentu bagus demi kepentingan bersama. Namun, ada efek samping dari mengisolasi diri yang mungkin luput dari perhatian kita, yakni hilangnya kesempatan anak untuk meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi.
Tahukah, Bun? Anak-anak usia sekolah sedang berada dalam tahap perkembangan penting perihal kemampuan bersosialisasi. Penting bagi mereka untuk belajar membangun pertemanan dan berkomunikasi dengan orang lain. Kondisi pandemi mau tidak mau mengurangi kesempatan anak akan hal ini.
Namun, Bunda tak perlu panik, ya. Ada sejumlah cara alternatif yang bisa Bunda coba di rumah untuk membantu anak membangun kemampuan sosialnya, meski ia tak rutin bertemu teman sebaya.
Ajak Anak Memahami Emosinya
Jangankan anak-anak, kita yang dewasa saja kadang sulit menyampaikan emosi yang kita rasa. Maka dari itu, kita perlu mengajak anak untuk mulai memahami emosinya sedari dini. Dilansir dari Parents.com, salah satu cara supaya anak mau dan mampu untuk menyampaikan emosinya dimulai dari keaktifan orang tua.
Di pengujung hari, Bunda atau Ayah bisa menanyakan perasaan si kecil selama seharian. Misalnya dengan pertanyaan, “Apa sih yang kamu rasakan seharian ini?”. Supaya lebih mudah bagi si kecil untuk menyampaikannya, gunakanlah chart yang berisi berbagai emoji dengan ekspresi berbeda-beda. Minta si kecil menunjuk emoji yang paling sesuai dengan perasaannya di hari itu.
Biarkan Ia Mandiri
Sebagai orang tua, kita mungkin akan tergelitik untuk selalu membantu buah hati. Namun, Bun, cobalah sedikit menahan diri. Bila si kecil sedang mengerjakan pekerjaan rumah, menyapu atau memakai baju misalnya, jangan terburu-buru “terjun” untuk menyelesaikan pekerjaannya. Biarkan ia bereksplorasi dan menemukan caranya sendiri. Bunda mungkin gemas melihatnya, tapi bersabarlah. Dengan membiarkan ia mandiri, Bunda dan Ayah sedang membangun kepercayaan dirinya yang akan sangat berguna di kehidupan sosialnya nanti.
Buat Kontak Mata
Pernah dengar nasihat untuk duduk bersimpuh kala berbicara dengan si kecil? Nasihat ini benar loh, Bun. Kuncinya sebenarnya bukan pada duduknya, tapi pada kontak matanya. Ketika duduk bersimpuh di hadapan si kecil, level mata Bunda akan sejajar dengan matanya sehingga kontak mata terjadi.
Saat berbicara dengan anak, jagalah kontak mata ini. Niscaya, mereka akan lebih mendengarkan perkataan Bunda. Tak hanya itu, dengan kebiasaan ini, anak akan sadar bahwa kontak mata adalah kunci terpenting dalam komunikasi. Saat nanti bergaul dengan orang lain, ia akan meniru kebiasaan ini.
Lakukan Permainan yang Melibatkan Keluarga
Saat Bunda dan Ayah telah tuntas menyelesaikan pekerjaan serta si kecil sudah selesai menyelesaikan tugas sekolahnya, luangkanlah waktu untuk family game night. Bunda dan Ayah bisa mengajak si kecil untuk melakukan permainan sederhana, tapi bermakna, misalnya ular tangga, halma, atau ludo. Dengan bermain game, si kecil akan belajar mengikuti peraturan, menghargai orang lain, bahkan belajar bekerja sama.
Beberapa cara itulah yang bisa dilakukan di rumah untuk membantu mengembangkan kemampuan sosial anak. Selamat mencoba ya, Bunda dan Ayah!
-
Kehamilan4 years ago
Bun, Ini Prosedur Periksa Kehamilan dengan BPJS yang Perlu Diketahui!
-
Pasca4 years ago
Bagaimana Mengetahui Jahitan Kering Pasca Melahirkan Normal?
-
Kehamilan5 years ago
Bagaimana Jika Tinggi Fundus Uteri Kurang dari yang Seharusnya?
-
Kehamilan6 years ago
Bunda, Ini Pentingnya Menghitung Tinggi Fundus Pada Saat Hamil
-
Persalinan5 years ago
Ini yang Akan Bunda Alami Saat Melahirkan dengan Induksi
-
Kehamilan4 years ago
Adakah Gerakan Fisik Tertentu yang Bisa Menyebabkan Keguguran?
-
Kehamilan6 years ago
Ini Fakta Seputar Perut Hamil Bunda
-
Kehamilan6 years ago
5 Jenis Infeksi yang Menyebabkan Cacat Janin