fbpx
Connect with us

Parenting

Ini 5 Cara untuk Mengasah Empati pada Anak

Mengasah empati sudah harus diajarkan kepada anak sedini mungkin. Mau tahu caranya? Inilah tips menumbuhkan empati pada anak yang bisa Bunda coba.

mm

Published

on

tips menumbuhkan empati pada anak
Mengasah empati sudah harus diajarkan kepada anak sedini mungkin. Mau tahu caranya? Inilah tips menumbuhkan empati pada anak yang bisa Bunda coba.

Rasa empati perlu dipupuk sejak dini. Dan sudah merupakan tugas orang tua untuk mengajarkannya agar ia bisa membangun hubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya. Mengajarkan si kecil rasa empati tidak sesulit yang dibayangkan kok, Bun. Mulai saja dari hal-hal sederhana.

Setiap Orang Perlu Memiliki Empati

Memiliki empati berarti memiliki kemampuan untuk mengerti perasaan dan pikiran orang lain. Tak hanya dapat memahami dan mengerti perasaan orang lain, empati juga membuat seseorang dapat memahami posisi dan situasi yang dialami orang lain.

Setiap orang, termasuk anak-anak, perlu memiliki empati. Jika tidak memiliki empati, mereka cenderung tidak peduli terhadap lingkungan sekitar. Mereka juga tidak mau dan tidak bisa merasakan penderitaan yang dialami orang lain. Parahnya, mungkin saja mereka tidak merasa bersalah atau menyesal jika telah menyakiti orang lain. Anak jadi mudah merendahkan, meremehkan, dan mengucilkan orang lain yang sedang berada dalam kesulitan.

Jika tumbuh tanpa empati, ia akan sulit mendapatkan teman dan membina hubungan dengan orang lain. Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Utrecht University dan dipublikasikan dalam European Journal of Pharmacology pada tahun 2009 juga menyebutkan bahwa kurangnya empati berhubungan dengan perilaku yang merusak, ketika dewasa. Beberapa contoh perilaku disruptif adalah sulit bekerja sama dengan orang lain, melanggar peraturan, dan kerap menyalahkan orang lain atas kesalahan yang mereka lakukan.

Tumbuhkan Empati Sejak Dini

Umumnya, anak-anak sudah bisa menunjukkan empati pada usia 8-10 bulan. Rasa empati paling mudah terlihat ketika anak merespons orang yang menangis. Secara tak sadar, mereka akan menunjukkan raut wajah yang sedih juga. Meski begitu, tidak semua bayi bisa menunjukkan rasa empati ini karena perkembangan masing-masing anak berbeda.

Cara Menumbuhkan Empati Anak

Empati tidak bisa tumbuh dengan sendirinya. Orang tua memegang peran penting dalam menumbuhkan empati anak dan sebaiknya hal ini dilakukan sedini mungkin. Berikut ini adalah cara yang bisa Bunda dan Ayah lakukan kepada anak untuk menumbuhkan rasa empatinya.

Pastikan Kebutuhan Emosional Anak Terpenuhi

Agar seseorang dapat merasakan empati, kebutuhan emosionalnya harus sudah terpenuhi dulu. Jadi, pastikan dulu si kecil mendapat dukungan emosional yang ia butuhkan. Ketika ia mendapatkan dukungan emosional ini, ia akan lebih mudah memberikannya kepada orang lain.

Ajari Si Kecil Mengenali Emosinya dan Mengeskpresikannya dengan Benar

Anak perlu mengetahui bahwa dirinya memiliki emosi positif dan negatif. Kenalkan nama-nama emosi, seperti, “Oooh… adik sedih ya, air matanya keluar. Sini bunda peluuuk.” Selain itu, anak juga perlu dikenalkan dan diberi contoh tentang emosi positif dan cara mengekspresikannya. Misalnya, “Aaiiiih, Bunda senang dapat oleh-oleh dari ayah. Terima kasih, Ayah.”

Jangan biarkan anak menunjukkan emosi negatif terus-menerus. Orang tua harus membantu anak mengenali emosinya, apakah itu negatif atau positif dan mengekspresikannya dengan cara yang positif.

Ketika ia berkelahi dengan teman, jangan langsung memarahinya. Usahakan untuk memisahkannya terlebih dahulu, kemudian tunggu sampai ia tenang. Saat ia sudah mulai tenang, perlahan-lahan ajak anak dan temannya untuk berbicara tentang perasaan masing-masing. Dengarkan penjelasan mereka dengan saksama. Setelah itu, berikan mereka pemahaman tentang mengekspresikan perasaan bahwa amarah dan salah paham bisa diselesaikan tanpa perkelahian fisik.

Berikan Kesempatan bagi Si Kecil untuk Melatih Empatinya

Anak-anak dilahirkan dengan kapasitas untuk berempati. Namun begitu, rasa empati pun perlu dipupuk sejak kecil. Bunda bisa memberikan kesempatan bagi si kecil untuk belajar berempati melalui pelajaran bahasa atau olahraga. Hal tersebut pun membutuhkan latihan dan bimbingan. Mempertimbangkan perspektif dan keadaan orang lain secara rutin dapat membantu refleks rasa empatinya tercipta secara alami. Melalui banyak percobaan–dan juga kesalahan–si kecil dapat menjadi lebih baik dalam menyesuaikan diri dengan perasaan dan perspektif orang lain.

Selalu Tanyakan Perasaannya

Proses belajar empati juga bisa dilakukan dengan menanyakan pendapat dan perasaan anak ketika ia melihat pengemis, orang terjatuh, dan lain-lain.

Jika anak tidak mau mengalah dan tidak sengaja memukul teman atau saudaranya sendiri, Bunda perlu menjelaskan bahwa perilaku tersebut bisa menyakiti dan melukai orang lain, baik secara fisik maupun emosional.

Beri ia pemahaman dengan menggali perasaannya lebih dalam. Tanyakan bagaimana perasaan si kecil. Bila ia sudah terbuka mengenai perasaannya, beri ia pemahaman lebih lanjut tentang cara mengekspresikan perasaannya.

Di lain sisi, jika anak melakukan suatu kebaikan, seperti menunjukkan rasa empatinya, berilah ia pujian agar ia tetap melakukan kebaikan tersebut. Namun, jika anak berperilaku tidak baik, berilah ia pengertian untuk tidak melakukannya lagi di kemudian hari.

Berikan Contoh yang Baik

Setiap tindakan yang ditunjukkan orang tua di depan anaknya bisa saja ditiru mentah-mentah. Itulah mengapa orang tua tak hanya perlu mengajarinya, melainkan juga perlu memberinya contoh. Tunjukkan pada mereka perilaku positif seperti sopan santun dan sikap penuh kasih sayang.

Nah, itulah informasi mengenai tips mengajarkan rasa empati pada anak. Apabila Bunda ingin membaca tips-tips lain seputar kehamilan, follow juga Ibu Sehati melalui Facebook atau Instagram, Semoga bermanfaat, ya!

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kesehatan

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

mm

Published

on

bayi dirawat di nicu
Bayi dirawat di NICU ketika lahir prematur.

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang baru lahir. Kapan seorang bayi yang baru lahir dirawat di NICU? Bayi yang baru lahir dirawat di NICU ketika ia lahir prematur (kurang dari usia 37 minggu) atau lahir dengan kesulitan bernapas. 

Kebanyakan bayi dirawat di NICU selama 24 jam saja. Namun, tidak menutup kemungkinan bayi bisa lebih lama dirawat di sana. Ada yang butuh perawatan di NICU selama beberapa hari, ada pula yang berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Tergantung kondisi si adik bayi.

Meski begitu, tak peduli berapa lama bayi berada di NICU, hal ini bisa menjadi masa yang berat bagi orang tua. Mengingat ibu biasanya masih dalam tahap pemulihan pasca melahirkan, Ayahlah yang akan lebih banyak berperan dalam perawatan bayi selama di NICU. Apa yang mesti dilakukan? Berikut panduannya.

Kenali Siapa Dokter yang Menangani

Saat bayi berada di NICU, apalagi di masa pandemi seperti ini, kesempatan Ayah untuk selalu berada di dekat si kecil berkurang. Efeknya, Ayah mungkin sedang tidak ada di tempat kala dokter melakukan visit. Untuk mengatasi hal ini, coba tanyakan kepada perawat siapa saja dokter yang bertanggung jawab atas kondisi si kecil. Karena, bisa saja ada beberapa dokter yang menanganinya. 

Tanyakan pada pukul berapa dokter akan visit atau apakah ada kemungkinan Ayah bisa menemui dokter di poli. Usahakan bertemu langsung dengan dokter setiap hari untuk mengetahui informasi perkembangan kondisi si kecil.

Bantu Antarkan ASI

Bayi yang dirawat di NICU bukan berarti tidak bisa mendapatkan ASI. Si kecil tetap bisa meminum ASI yang diperah yang kemudian diberikan melalui bantu oleh perawat. Demi mendukung si kecil mendapatkan ASI eksklusif, Ayah bisa membantu Bunda yang sedang dalam proses pemulihan pasca melahirkan untuk mengantarkan ASIP. Bawa ASIP dalam cooler bag agar terjaga nutrisinya.

Tetap Lakukan Bonding

Meski si kecil dirawat dalam inkubator, Ayah tetap bisa memulai menjalin bonding. Mintalah waktu sebentar untuk berada di sisinya. Ayah juga bisa menawarkan diri untuk mengganti popok si kecil. Saat berada di sisi inkubator, selalu ajak adik bayi bicara. Nyanyikan lagu pengantar tidur pun boleh.

Beri Penjelasan kepada Si Kakak

Pengalaman ini bukan hanya berat dan membingungkan bagi Ayah dan Bunda, tetapi juga bagi si kakak. Jika si kecil memiliki kakak, pastikan kakak mengerti mengapa adiknya belum bisa pulang ke rumah dan perlu dirawat di rumah sakit. Pun, jangan lupa untuk tetap meluangkan waktu untuknya dan memperhatikan kebutuhannya. 

Perawatan bayi baru lahir di NICU mungkin akan sangat menguras waktu dan tenaga Ayah dan Bunda, tetapi tetap jangan biarkan si kakak merasa ditinggalkan. Jika Ayah dan Bunda belum bisa meluangkan banyak waktu karena fokus mengurus perawatan bayi di NICU, katakanlah permohonan maaf secara langsung kepada si kakak dan jelaskan alasannya. Minta pula kepada anggota keluarga lain, entah itu kakek atau nenek, untuk sementara waktu memberi perhatian ekstra kepada si kakak.

Perhatikan Diri Sendiri

Di masa seperti ini, Ayah mungkin adalah orang yang diharapkan paling kuat dan tegar. Namun, Ayah juga manusia. Ayah pun pasti merasakan kesedihan dan kebingungan ketika bayi dirawat di NICU. Jika Ayah merasakan hal ini, jangan ragu untuk membaginya bersama Bunda. Ayah juga bisa mencari support group yang beranggotakan orang tua dengan pengalaman yang sama. Dari support group biasanya akan ada banyak hal untuk dipelajari. Oh ya, jangan pula lupakan kebutuhan mendasar Ayah, seperti makan dan tidur. 

Continue Reading

Kesehatan

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

mm

Published

on

ruang nicu
Ruang NICU untuk merawat bayi prematur.

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua tidak dapat menghindari hal ini. Di Amerika Serikat, 1 dari 10 bayi dilahirkan terlalu dini atau kurang dari 37 minggu. 

Sementara di Indonesia, dari RISKESDAS 2018 diketahui terdapat 675.700 kelahiran prematur di Indonesia setiap tahun. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kelahiran prematur ke-5 tertinggi di dunia. 

Bayi prematur ini akan dirawat di ruang NICU atau Neonatal Intensive Care Unit hingga organ-organ tubuhnya dapat berfungsi dengan baik untuk dapat hidup secara mandiri. Mengenai apa dan bagaimana ruang NICU, yuk simak beberapa hal ini. 

Ruang NICU adalah

Ruang NICU adalah ruang perawatan bayi baru lahir maupun bayi yang memerlukan perawatan medis khusus. Ruangan ini dilengkapi dengan peralatan pendukung dan staf/perawat yang terlatih.

Alasan bayi dirawat di ruang NICU 

Selama di rahim, si kecil sangat tergantung dengan tubuh Bunda. Ia bernapas dan makan melalui plasenta Bunda. Akan tetapi setelah lahir, ia tidak bisa lagi bergantung kepada Bunda. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan menggunakan organ-organ tubuhnya sendiri untuk bertahan hidup. 

Sayangnya tidak semua bayi terlahir dalam kondisi sehat, sehingga proses adaptasi tersebut tidak serta-merta berjalan mulus. Bayi tersebut memerlukan pertolongan medis untuk bisa hidup. Beberapa alasan yang membuat bayi baru lahir harus dirawat di ruang NICU adalah bayi yang lahir prematur, bayi yang mengalami masalah kesehatan, bayi dengan berat badan rendah dan bayi dengan berat lebih dari 4000 gr (makrosomia).

Berbagai masalah kesehatan yang membuat bayi dirawat di NICU sangat beragam dan juga bergantung dari kondisi bayi pada saat itu. Di antara masalah kesehatan tersebut adalah anemia, gangguan pernapasan, pneumonia, masalah jantung, jaundice (bayi kuning), masalah pencernaan, intra uterine growth restriction (IUGR) atau bayi yang perkembangannya di dalam rahim terhambat

Berapa lama bayi dirawat di NICU?

Jangka waktu perawatan bayi di ruang NICU bisa berbeda-beda, dari hanya beberapa jam, beberapa hari, bahkan berbulan-bulan. Ada banyak faktor yang menentukannya, akan tetapi yang paling dasar adalah apakah bayi sudah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri; bisa menyusu, bernapas tanpa bantuan alat, dan menunjukkan tren pertumbuhan yang positif.

Siapa saja yang bertugas di ruang NICU? 

Bertugas menjaga perawatan bayi dengan kebutuhan medis khusus, tentu saja ruang NICU dijaga oleh banyak staf terlatih yang tidak sembarangan. Sebagai pemimpin tim, biasanya ditunjuk seorang neonatologist (dokter anak dengan sub spesialis perawatan bayi prematur), perawat bayi baru lahir, dan suster. Selain itu, fasilitas ini juga didukung oleh tenaga ahli lain yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan keluarga. Misalnya konselor laktasi, dokter gizi, dokter jantung bahkan psikolog. 

Apakah biaya perawatan NICU ditanggung BPJS?

BPJS Kesehatan yang Bunda miliki hanya dapat digunakan untuk menutupi biaya pemeriksaan kehamilan, biaya melahirkan dan pemeriksaan bayi baru lahir. Jika ternyata si kecil memerlukan perawatan tambahan di rumah sakit, BPJS Bunda tidak dapat menanggungnya. 

Yang perlu Bunda lakukan adalah membuat BPJS untuk si kecil. Akan tetapi perlu dipastikan bahwa Bunda tercatat sebagai peserta BPJS Kesehatan dan aktif membayar iuran. Si kecil harus segera didaftarkan untuk mendapatkan fasilitas jaminan kesehatan dari BPJS Kesehatan.

Berapa biaya perawatan di ruang NICU?

Mengingat perawatan intensif dengan alat-alat kesehatan dan tenaga kesehatan terlatih, biaya perawatan ruang NICU tentu saja lebih tinggi dari kamar perawatan biasa. Dilansir dari kitabisa.com biaya perawatan bayi di ruang ini bisa mencapai 2 juta rupiah per hari. Biaya ini juga tergantung dari kondisi medis bayi dan perawatan yang ia terima di ruang NICU.

Continue Reading

Parenting

Cara Membangun Kemampuan Sosial Anak di Tengah Pandemi

mm

Published

on

kemampuan sosial anak
Kemampuan sosial anak bisa dilatih di rumah.

Pandemi sudah berjalan kurang lebih selama setahun. Bersamanya, seruan untuk di rumah saja demi memutus mata rantai Covid-19 terus didengungkan. Diam di rumah saja tentu bagus demi kepentingan bersama. Namun, ada efek samping dari mengisolasi diri yang mungkin luput dari perhatian kita, yakni hilangnya kesempatan anak untuk meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi.

Tahukah, Bun? Anak-anak usia sekolah sedang berada dalam tahap perkembangan penting perihal kemampuan bersosialisasi. Penting bagi mereka untuk belajar membangun pertemanan dan berkomunikasi dengan orang lain. Kondisi pandemi mau tidak mau mengurangi kesempatan anak akan hal ini.

Namun, Bunda tak perlu panik, ya. Ada sejumlah cara alternatif yang bisa Bunda coba di rumah untuk membantu anak membangun kemampuan sosialnya, meski ia tak rutin bertemu teman sebaya.

Ajak Anak Memahami Emosinya

Jangankan anak-anak, kita yang dewasa saja kadang sulit menyampaikan emosi yang kita rasa. Maka dari itu, kita perlu mengajak anak untuk mulai memahami emosinya sedari dini. Dilansir dari Parents.com, salah satu cara supaya anak mau dan mampu untuk menyampaikan emosinya dimulai dari keaktifan orang tua

Di pengujung hari, Bunda atau Ayah bisa menanyakan perasaan si kecil selama seharian. Misalnya dengan pertanyaan, “Apa sih yang kamu rasakan seharian ini?”. Supaya lebih mudah bagi si kecil untuk menyampaikannya, gunakanlah chart yang berisi berbagai emoji dengan ekspresi berbeda-beda. Minta si kecil menunjuk emoji yang paling sesuai dengan perasaannya di hari itu.

Biarkan Ia Mandiri

Sebagai orang tua, kita mungkin akan tergelitik untuk selalu membantu buah hati. Namun, Bun, cobalah sedikit menahan diri. Bila si kecil sedang mengerjakan pekerjaan rumah, menyapu atau memakai baju misalnya, jangan terburu-buru “terjun” untuk menyelesaikan pekerjaannya. Biarkan ia bereksplorasi dan menemukan caranya sendiri. Bunda mungkin gemas melihatnya, tapi bersabarlah. Dengan membiarkan ia mandiri, Bunda dan Ayah sedang membangun kepercayaan dirinya yang akan sangat berguna di kehidupan sosialnya nanti.

Buat Kontak Mata

Pernah dengar nasihat untuk duduk bersimpuh kala berbicara dengan si kecil? Nasihat ini benar loh, Bun. Kuncinya sebenarnya bukan pada duduknya, tapi pada kontak matanya. Ketika duduk bersimpuh di hadapan si kecil, level mata Bunda akan sejajar dengan matanya sehingga kontak mata terjadi.

Saat berbicara dengan anak, jagalah kontak mata ini. Niscaya, mereka akan lebih mendengarkan perkataan Bunda. Tak hanya itu, dengan kebiasaan ini, anak akan sadar bahwa kontak mata adalah kunci terpenting dalam komunikasi. Saat nanti bergaul dengan orang lain, ia akan meniru kebiasaan ini.

Lakukan Permainan yang Melibatkan Keluarga

Saat Bunda dan Ayah telah tuntas menyelesaikan pekerjaan serta si kecil sudah selesai menyelesaikan tugas sekolahnya, luangkanlah waktu untuk family game night. Bunda dan Ayah bisa mengajak si kecil untuk melakukan permainan sederhana, tapi bermakna, misalnya ular tangga, halma, atau ludo. Dengan bermain game, si kecil akan belajar mengikuti peraturan, menghargai orang lain, bahkan belajar bekerja sama.

Beberapa cara itulah yang bisa dilakukan di rumah untuk membantu mengembangkan kemampuan sosial anak. Selamat mencoba ya, Bunda dan Ayah!

Continue Reading

Trending