fbpx
Connect with us

Kehamilan

7 Jenis Buah-Buahan yang Baik Dikonsumsi Ibu Hamil

mm

Published

on

Buah-buahan yang baik dikonsumsi ibu hamil.
Segar dan bermanfaat. Ini daftar buah-buahan yang baik dikonsumsi ibu hamil.

Asupan nutrisi merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan selama hamil. Bagaimana tidak? Janin dalam kandungan Bunda sangat memerlukan nutrisi dari makanan yang Bunda asup untuk tumbuh dan berkembang. Bukan hanya pertumbuhan organ dan fisiknya, pertumbuhan otak pun sudah dimulai sejak bayi dalam kandungan.

Untuk alasan inilah, pola makan yang seimbang dari jenis makanan yang beragam, sangat diperlukan. Termasuk, beragam jenis sayur dan buah-buahan.

Manfaat makan buah untuk ibu hamil

Setiap nutrisi yang Bunda makan akan berguna untuk si kecil dalam kandungan. Oleh sebab itu, sebaiknya hindari konsumsi makanan bernutrisi kosong. Alangkah sayangnya jika Bunda tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan asupan makanan yang bergizi tinggi.

Bahkan bukan tidak mungkin, kebiasaan makan junk food selama hamil ini akan berpengaruh pada pola makan anak ketika ia besar nanti, loh. Sebuah penelitian yang termuat di The Faseb Journal memperlihatkan bahwa bayi dari ibu yang mengonsumsi junk food saat hamil cenderung lebih menyukai makanan yang tinggi lemak dan tinggi gula.

Buah-buahan dan sayur-sayuran adalah makanan yang kaya nutrisi. Lengkapi pola makan Bunda dengan sayur dan buah yang beragam, maka kebutuhan si kecil akan vitamin, mineral dan serat akan dapat tercukupi.

Konsumsi sayur dan buah-buahan juga dapat membantu mencegah masalah sembelit, yang kerap dialami oleh ibu hamil, terutama di trimester ketiga.

7 buah-buahan bernutrisi yang perlu dikonsumsi saat Bunda hamil

Apakah Bunda mengalami ngidam saat hamil? Saat ngidam ini biasanya Bunda memiliki dorongan untuk mengonsumsi makanan yang asam atau manis. Nah, daripada makan permen, cobalah untuk menggantinya dengan buah-buahan. Rasanya bisa meredam ngidam Bunda, tapi lebih bernutrisi daripada permen.

Berikut ini 7 buah-buahan yang baik untuk ibu hamil:

1. Jeruk

Rasanya yang segar membuat buah ini jadi favorit. Selain itu, jeruk juga mengandung banyak air yang bisa membantu asupan cairan. Jeruk juga tinggi kandungan asam folat. Folat dapat mencegah kelainan pada janin, terutama pada pertumbuhan otak dan sumsum tulang belakang. Kandungan vitamin C dalam jeruk juga tinggi. Vitamin ini dapat berfungsi sebagai antioksidan yang membantu mencegah kerusakan sel-sel tubuh dan membantu penyerapan zat besi.

2. Mangga

Mangga juga salah satu sumber vitamin C yang baik. Satu mangkuk mangga dapat memenuhi kebutuhan vitamin C Bunda dalam sehari. Buah tropis ini juga mengandung vitamin A. Perlu Bunda ketahui, defisiensi vitamin A pada bayi yang baru lahir kerap dikaitkan dengan kekebalan tubuh yang lebih rendah dan risiko komplikasi seperti infeksi saluran pernapasan  Selain itu mangga juga mengandung vit B6, asam folat, kalium dan zat besi.

Mangga memang baik dikonsumsi saat hamil, namun tetap konsumsi dalam batas wajar, dan imbangi dengan keragaman buah-buahan yang lain ya Bun.

3. Alpukat

Buah yang bertekstur creamy ini mengandung lebih banyak folat (dalam porsi yang sama) dibanding buah lain. Selain itu, buah yang lezat ini juga mengandung vitamin C, vitamin B, vitamin K, serat, kolin, magnesium, dan potasium.

Alpukat juga mengandung zat besi yang penting dikonsumsi oleh ibu hamil. Kekurangan zat besi saat hamil bisa menyebabkan anemia dan berat bayi lahir rendah (BBLR). Kandungan kalium dan magnesium dalam alpukat dikatakan dapat mengurangi mual yang kerap dialami ibu hamil. Kalium juga dapat mengurangi gejala kram kaki akibat kalium yang rendah

Sementara itu, kolin dalam alpukat, dikenal memiliki peranan penting dalam perkembangan otak dan saraf bayi. Kekurangan kolin bisa mengganggu perkembangan sumsum tulang belakang yang vital fungsinya bagi kualitas hidup si kecil kelak.

4. Jeruk Lemon

Wangi dan rasa jeruk lemon yang menyegarkan bisa membantu ibu hamil mengurangi rasa mual. Selain mencium wanginya, Bunda juga dapat mengonsumsi infused water dengan irisan jeruk lemon untuk dapat merasakan manfaatnya.

Lemon kaya vitamin C, selain itu lemon juga banyak mengandung magnesium, niacin, calcium, folat, vitamin B6, dan riboflavin. Lemon juga dapat membantu mencegah konstipasi.

Akan tetapi, kandungan asam yang tinggi pada lemon bisa mengikis enamel gigi. Oleh sebab itu, segeralah minum air putih setelah mengonsumsinya.

5. Pisang

Buah pisang kaya akan mineral potassium, vitamin B-6, vitamin C, dan serat. Sekitar setengah ibu hamil mengalami sembelit. Kondisi ini disebabkan oleh tekanan rahim pada usus, rasa cemas, stres, pola makan yang miskin serat, serta konsumsi suplemen yang mengandung zat besi. Pisang yang kaya serat bisa membantu masalah ini. Sementara vitamin B-6 di dalamnya dapat membantu mengurangi rasa mual dan muntah di trimester pertama.

6. Buah beri

Stroberi, blueberry, blackberry, cranberry, maupun raspberi mengandung karbohidrat, vitamin C, serat dan asam folat. Buah-buahan bercitarasa masam ini juga mengandung fitonutrisi seperti flavonoid dan antosianin.

Porsi asupan karbohidrat Bunda perlu dijaga antara 50-60 persen dari asupan kalori per hari. Karbohidrat merupakan sumber energi yang mudah dihantarkan ke janin dalam kandungan melalui plasenta. Buah beri menyediakan asupan karbohidrat kompleks yang lebih direkomendasikan daripada karbohidrat sederhana dalam makanan seperti donat, keik, dan kukis.

7. Apel

An apple a day, keeps the doctor away. Apel memang buah yang kaya manfaat. Tak hanya kaya serat, buah ini juga kaya akan vitamin A, vitamin C, magnesium, kalisum dan kalium. Mengonsumsi apel ketika Bunda hamil juga bisa bermanfaat untuk bayi dalam kandungan Bunda.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kehamilan

Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran

mm

Published

on

efek keguguran
Efek keguguran tak hanya pada psikis, tapi juga fisik

Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John Legend, sempat berbagi cerita pengalamannya melalui keguguran via Instagram maupun Twitter. Dari kisahnya, kita jadi memahami bahwa keguguran bukanlah pengalaman yang mudah untuk dilalui, baik secara psikis maupun fisik. Efek keguguran pada fisik ibu bahkan bisa bertahan hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

Bila Bunda adalah salah satu yang baru saja melalui momen berat itu, artikel ini mungkin bisa membantu Bunda memahami perubahan apa saja yang terjadi dan apa yang harus dilakukan karenanya.

Perubahan Fisik setelah Mengalami Keguguran

Di Indonesia, perempuan pekerja yang mengalami keguguran berhak mendapatkan cuti selama 1,5 bulan lamanya. Pemberian waktu istirahat ini bukan tanpa alasan. Selain kondisi emosional yang butuh waktu untuk pulih, kondisi fisik Bunda setelah mengalami keguguran pun akan terasa sangat berbeda.

Dilansir dari Parents.com, semakin lama Bunda mengalami kehamilan sebelum akhirnya keguguran, semakin banyak pula efek keguguran yang akan dirasakan tubuh. Hal paling mungkin yang Bunda rasakan adalah perubahan pada payudara dan kenaikan berat badan. 

Jika Bunda mengalami kematian janin dalam kandungan atau intrauterine fetal death (IUFD) di mana usia kandungan sudah di atas 20 minggu, Bunda mungkin sudah merasakan penuh pada payudara karena ASI sudah mulai dipersiapkan. ASI yang semestinya diperuntukkan bagi bayi, kini tetap tinggal dalam payudara dan bisa menimbulkan rasa sakit.

Tak hanya itu, hal lainnya yang mungkin Bunda alami adalah timbulnya selulit, sakit pada perut, rambut rontok, hingga rasa sakit pada vagina. Rasa sakit pada vagina ini umumnya dirasakan oleh para bunda yang mendapatkan episiotomi (jahitan pada perineum) ketika proses mengeluarkan janin. 

Bunda juga akan merasakan kram perut karena rahim yang berkontraksi untuk mengeluarkan sisa darah. Perdarahan yang lebih banyak dari menstruasi pun akan terjadi. Gumpalan darah pun mungkin akan turut keluar. Bagi Bunda yang sebelumnya pernah melahirkan, rasanya tidak akan jauh berbeda dengan masa nifas. 

Efek keguguran pada tubuh ini bisa bertahan selama beberapa hari bahkan minggu tergantung lamanya kehamilan sebelum mengalami keguguran. Perdarahan yang dialami oleh perempuan saat keguguran di usia 6 minggu biasanya akan lebih sedikit dan singkat dibanding perdarahan pada keguguran di usia 16 minggu.

Kondisi Emosional yang Dialami

Selain perubahan fisik, perubahan emosional tak dapat dinafikan. Rasa bingung, sedih, bahkan bersalah, campur baur jadi satu. Dan rasa duka ini mungkin diperparah dengan kondisi hormon yang berubah tiba-tiba. Saat keguguran terjadi, hormon estrogen dan progesteron turun drastis. Hormon hCG pun pelan-pelan menurun hingga nol. Kondisi emosional yang sudah tak stabil akan bertambah buruk karena hal ini.

Bagaimana Menyelesaikannya?

Kondisi fisik yang melelahkan ditambah dengan kondisi emosional yang masih berduka mungkin membuat Bunda ingin menyendiri dan menjauh dari kehidupan sosial. Its okay, take your time. Namun, jika dirasa Bunda tak dapat menyelesaikannya sendiri, cobalah ungkapkan perasaan kepada orang terdekat yang membuat Bunda nyaman. Entah itu pasangan, orang tua, atau sahabat. 

Tak perlu pula merasa bersalah jika Bunda ingin menerima bantuan sebanyak mungkin. Kondisi fisik yang belum sepenuhnya prima mungkin akan membuat Bunda kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah. Jika sahabat ataupun saudara menawarkan bantuan, terimalah selama Bunda merasa nyaman.
Jika bercerita dengan orang terdekat belum juga mendamaikan hati Bunda, Bunda bisa meminta bantuan profesional, seperti terapis, psikolog, ataupun psikiater. Bergabung dalam support group pun terkadang bisa membantu. Namun, pastikan support group yang Bunda ikuti diampu oleh seorang tenaga ahli, ya.

Continue Reading

Kehamilan

Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi

mm

Published

on

Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri bagi ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan? Begitu pun pada bayi yang baru lahir.

Risiko selama Kehamilan

Dilansir dari mayoclinic.org, risiko penularan Covid-19 pada ibu hamil berada pada level rendah. Namun, kehamilan meningkatkan risiko komplikasi serius pada bumil yang menderita Covid-19. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, ibu hamil dengan Covid-19 lebih berpotensi mengalami masalah pernapasan yang membutuhkan penanganan intensif dibanding pasien yang tidak dalam keadaan hamil. Ibu hamil dengan Covid-19 juga lebih mungkin membutuhkan ventilator.

Sebuah studi dari para peneliti di University of Jordan menunjukkan sisi lain dampak pandemi bagi ibu hamil. Penelitian yang dilakukan pada sekitar 900 orang ibu hamil ini menunjukkan bahwa ada penurunan jumlah pemeriksaan kehamilan yang signifikan. Hanya 4% ibu hamil yang menerima pemeriksaan kehamilan selama lockdown. Padahal, ibu hamil saat pandemi sangat membutuhkan pemeriksaan kehamilan tepat waktu dan berkualitas demi kesehatan bayi yang dikandung. 

Di Indonesia sendiri, Bunda bisa melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan yang tentunya lebih dekat dari rumah dan lebih kecil kemungkinannya berkontak dengan pasien lain. Cara ini bisa membuat Bunda tetap mendapatkan pemeriksaan kehamilan meski PSBB diberlakukan. Risiko penularan Covid-19 pun lebih rendah. Dengan catatan, kehamilan Bunda tidak berisiko dan tidak memiliki komplikasi serius ya. Kehamilan dengan risiko sebaiknya langsung diperiksakan ke dokter kandungan.

Persalinan di Tengah Pandemi

Ibu yang hamil saat pandemi berpotensi besar juga melahirkan di kala pandemi. Hal ini bisa menjadi kerugian tersendiri. Mengapa? 

Di masa pandemi, mayoritas faskes hanya memperbolehkan satu pendamping selama persalinan dan selama di ruang perawatan, beberapa faskes bahkan tidak memperbolehkan adanya pendamping sama sekali kala proses melahirkan. Padahal, ibu baru membutuhkan dukungan sebanyak yang diperlukan. Rasa lelah setelah melahirkan ditambah adaptasi dengan kehadiran bayi kadang membuat ibu baru kewalahan. Belum lagi ancaman baby blues yang bisa berkembang menjadi depresi pasca persalinan bila rasa sedih dan stres tinggal berlarut-larut. Angka depresi pasca persalinan sendiri meningkat selama pandemi, loh.

Dampak Pandemi bagi Bayi yang Baru Lahir

Tak hanya bagi Bunda, pandemi juga memiliki dampak sendiri bagi bayi. Sistem imun yang belum sempurna membuat bayi rentan tertular Covid-19, apalagi anak di bawah usia 2 tahun tidak diperbolehkan menggunakan masker karena khawatir mengganggu jalannya pernapasan. 

Belum lagi jika ada anggota keluarga yang kekeuh ingin menjenguk si kecil di tengah pandemi, risikonya pasti akan berlipat. Sulit pasti menerapkan protokol pada keluarga sendiri, tapi tetap dicoba ya, Bun. Mintalah keluarga yang menjenguk mengenakan masker baru ketika berada di dekat si kecil.

Bagi bayi yang orang tuanya terinfeksi Covid-19, ada kerugian lain yang akan dialami. Biasanya, bayi akan dipisahkan dari ibunya dan tidak bisa dirawat gabung demi mencegah penularan. Ini akan mengurangi peluang bayi untuk melakukan skin to skin contact dengan sang bunda. Pada beberapa kasus, ada pula kemungkinan bayi diperbolehkan pulang terlebih dulu dari rumah sakit, sementara sang ibu masih dirawat, sehingga proses menyusui langsung tidak bisa dilakukan dengan optimal.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Untuk meminimalisasi risiko penularan Covid-19 bagi Bunda yang tengah hamil dan keluarga, hal yang bisa dilakukan adalah mematuhi protokol kesehatan. Hindari bepergian ke luar rumah kecuali ada kebutuhan mendesak. Kalaupun harus ke luar rumah, selalu gunakan masker dan jaga jarak. Minta pula orang-orang yang tinggal serumah melakukan hal yang sama. Jangan lupa cuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum menyentuh wajah atau makan/minum. Konsumsi gizi seimbang agar daya tahan tubuh terjaga.

Yang terpenting tetap semangat ya, Bun. Semoga senantiasa sehat!

Continue Reading

Kehamilan

Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

mm

Published

on

vaksin covid untuk ibu hamil
Apakah vaksin Covid-19 bagi ibu hamil atau menyusui benar aman dan efektif?

Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program yang terus bergulir, banyak juga pertanyaan terkait keamanan dan efektivitas vaksin, salah satunya untuk ibu hamil dan menyusui. 

Berikut ini Ibu Sehati merangkumkan beberapa pertanyaan yang kerap muncul mengenai kaitan vaksin Covid-19 dengan ibu hamil dan menyusui. Yuk, disimak. 

Bagaimana cara kerja vaksin Covid-19?

Tujuan vaksin adalah agar penerima dapat memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit. Untuk Covid-19 itu sendiri, yang menjadi penyebabnya adalah virus SARS CoV-2. Melalui vaksinasi tubuh kita berkenalan dengan virus tersebut. Setelah dikenali, diharapkan tubuh dapat membangun sistem kekebalan untuk melawan virus tersebut. Mereka yang belum menerima vaksin, tubuhnya tidak mengenali virus dan tidak tahu cara melawannya. Itu sebabnya, mereka yang tidak menerima vaksin, dapat jatuh sakit karena tubuh tidak memiliki bekal untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus. 

Akan tetapi, kekebalan tubuh itu tidak datang secara serta-merta. Diperlukan waktu bagi vaksin untuk dapat bekerja maksimal. Vaksin SInovac yang digunakan di Indonesia, misalnya, diperlukan dua kali suntikan dengan jarak antara 28 hingga 40 hari. 

Apakah janin bisa mengidap Covid-19 jika ibu hamil menerima vaksin Covid-19?

Melalui vaksinasi Covid-19, bayi dalam kandungan ibu tidak akan terpapar virus. Virus Covid-19 itu sendiri terbuat dari satu protein yang tidak akan bereplikasi di dalam tubuh manusia. Selain tidak menyebabkan seorang yang divaksin menjadi positif Covid-19, begitupun janin dalam perut ibu hamil. 

Apakah vaksin Covid-19 aman untuk ibu hamil dan menyusui?

Dalam situasi darurat, uji klinis vaksin tidak akan melibatkan ibu hamil. Itu sebabnya, hingga sekarang tidak ada angka efikasi maupun keamanan vaksin bagi ibu hamil. Dari semua vaksin Covid-19 yang beredar saat ini pun tidak ada yang melibatkan ibu menyusui dalam uji klinisnya. 

Namun, vaksin dari jenis mRNA yang tidak diaktifkan, sehingga tidak dapat bereplikasi dibandingkan vaksin lain dengan jenis yang sama seperti vaksin tetanus, difteri maupun influenza. Sehingga, secara umum vaksin jenis ini aman dan dapat memberikan perlindungan pasif untuk janin, serta tidak menyebabkan keguguran maupun kelainan kongenital. 

Namun demikian, sejumlah badan dunia, organisasi profesi, lembaga kesehatan nasional maupun internasional seperti World Health Organisation (WHO) dan Persatuan Obstetri dan Ginekolog Indonesia (POGI) belum merekomendasikan vaksinasi Covid-19 untuk ibu hamil. Sebaliknya, vaksinasi bagi ibu menyusui diperbolehkan sepanjang tidak ada kontraindikasi. 

Apakah perlu berhenti menyusui setelah divaksin?

Bayi akan mendapatkan segudang manfaat dari air susu ibu. Manfaat ASI bagi tumbuh kembang bayi begitu berlimpah, termasuk di dalamnya antibodi. Itu sebabnya, Bunda tidak perlu berhenti menyusui setelah menerima vaksin Covid-19. Bahkan bayi dapat menerima manfaat vaksin dari ASI Bunda. 

Saya berencana menjalankan program hamil, apakah boleh divaksin?

Jika Bunda berencana menjalankan program kehamilan, sebaiknya tunda terlebih dahulu sampai mendapatkan vaksin Covid-19. Bunda dapat menjalankan program hamil paling lama 4 minggu setelah divaksin untuk menghindari Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Saya tengah melaksanakan vaksinasi lain, apakah dapat menerima vaksin Covid-19?

Tergantung vaksinasi apa yang sedang dilaksanakan. Jika dari vaksinasi tersebut diharapkan angkat titer antibodi tinggi dalam waktu yang cepat, maka vaksinasi tersebut perlu diselesaikan terlebih dahulu. Sementara untuk pemberian vaksin yang bersifat booster atau penguat, dapat ditunda.  

Apakah vaksin Covid-19 dapat menyebabkan kemandulan?

Tidak ada bukti bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan kemandulan. Kabar ini sempat beredar Desember tahun lalu. Dikatakan bahwa kandungan yang ada pada vaksin bisa menyerang protein yang diperlukan untuk perkembangan plasenta. Akan tetapi, direktur WHO menepis kabar tersebut. Menurut situs Healthline, protein vaksin Covid-19 merupakan struktur yang sama sekali berbeda dari protein yang ada di plasenta. Sehingga, keduanya tidak berhubungan. 

Continue Reading

Trending