Persalinan
Seperti Apa Posisi Melahirkan yang Benar?
Jika sering melihat adegan melahirkan di film, seringkali kita melihat ibu hamil dalam posisi berbaring di ranjang dengan kedua kaki terbuka lebar. Memang posisi ini menjadi salah satu posisi yang optimal untuk melahirkan.
Tapi tahukah Bunda, sesungguhnya ada beberapa posisi melahirkan yang bisa Bunda terapkan.
Posisi dan gerakan dalam proses persalinan adalah hal yang penting. Gerakan dapat meningkatkan kenyamanan dengan merangsang reseptor di otak yang mengurangi persepsi rasa sakit. Gerakan aktif yang dilakukan di awal fase persalinan juga membantu bayi bergerak menuju panggul. Bahkan beberapa gerakan berfungsi memperbesar diameter bukaan panggul.
Posisi apa yang bisa Bunda terapkan? Sesungguhnya tidak ada panduan pasti karena setiap orang memiliki preferensinya sendiri. Ikuti saja apa yang diinginkan oleh tubuh Bunda. Bergerak bebas sesuai yang Bunda rasakan.
Jangan lupa untuk mendiskusikan gerakan atau posisi pendukung persalinan ini dengan pendamping persalinan Bunda, apakah itu suami, doula, atau kerabat dekat. Pada saat persalinan datang, mereka dapat mengingatkan dan membantu Bunda untuk memposisikan diri. Tentu saja akan lebih baik jika sebelum persalinan, Bunda sudah berlatih melakukan gerakan-gerakan tersebut. Sehingga pada saatnya nanti, Bunda akan lebih nyaman dan percaya diri melakukannya.
Sebagai panduan, berikut ini beberapa posisi melahirkan yang bisa Bunda coba dan pelajari, berikut keunggulan dan kekurangannya.
Squat berdiri dengan ditopang
Posisi tubuh tegak dengan lutut kaki sedikit ditekuk. Pendamping persalinan dapat menopang tubuh Anda dengan berdiri di belakang punggung dengan kedua tangan di bawah ketiak Bunda.
Keuntungan
- Meluruskan panggul untuk meningkatkan bukaan hingga 15 persen
- Memungkinkan pendamping persalinan untuk memberikan topangan dengan berdiri atau duduk di belakang. Bunda juga bisa menyandar pada dinding atau tiang.
- Memanfaatkan gravitasi untuk mendorong janin ke bawah.
- Mengurangi rasa sakit akibat kontraksi.
- Memanjangkan batang tubuh dan membantu janin dalam posisi optimal untuk persalinan.
- Gerakan akan menyebabkan perubahan pada sendi-sendi panggul, membantu janin masuk ke jalan lahir.
- Bisa meningkatkan desakan untuk mengejan di fase persalinan berikutnya
Kekurangan
- Memerlukan pendamping persalinan yang kuat
- Mungkin akan melelahkan bagi Anda dan pendamping
- Bisa meningkatkan jumlah darah yang keluar saat persalinan
Duduk
Pada posisi ini Bunda duduk menghadap punggung kursi, memungkinkan kaki untuk terbuka lebar ke samping.
Keuntungan
- Baik untuk istirahat
- Memanfaatkan tarikan gravitasi untuk mendorong janin ke bawah
- Dapat diterapkan saat Bunda memerlukan pemeriksaan janin yang berlangsung cukup lama, misalnya pemeriksaan CTG
Kekurangan
- Tidak dapat diterapkan jika Bunda mengidap tekanan darah tinggi
Duduk di toilet
Hampir sama dengan posisi duduk, bedanya Bunda duduk di atas toilet, seperti sedang buang air besar.
Keuntungan
- Membantu melenturkan perineum
- Bunda jadi lebih terbiasa dengan posisi kaki terbuka dan dorongan pada panggul
- Memanfaatkan gravitasi untuk mendorong janin ke bawah
Kekurangan
- Tekanan dari dudukan toilet mungkin membuat Anda kurang nyaman. Bunda bisa melapisi dudukan toilet dengan handuk.
Berjalan
Bunda berjalan mondar-mandir seiring meningkatnya bukaan jalan lahir.
Keuntungan
- Memanfaatkan gaya gravitasi
- Meredam rasa nyeri dari kontraksi
- Memungkinkan posisi janin yang sejajar dengan panggul
- Bisa mempercepat bukaan jalan lahir
- Mengurangi nyeri punggung
Kekurangan
- Tidak disarankan jika Bunda mengidap tekanan darah tinggi
- Hanya dapat digunakan dengan alat monitoring janin yang portabel
Jongkok
Posisi ini mungkin akan sulit dilakukan oleh Bunda tanpa latihan sebelumnya. Di posisi ini Bunda akan jongkok dengan posisi kaki terbuka lebar, sambil disokong oleh pendamping persalinan atau menempel di dinding.
Keuntungan
- Memicu turunnya janin yang lebih cepat
- Memanfaatkan tarikan gaya gravitasi
- Memungkinkan bayi berotasi di rahim
- Memungkinkan pergantian titik beban yang membuat Bunda lebih nyaman
- Memudahkan akses ke jalan lahir ketika proses persalinan
- Bisa meningkatkan diameter panggul hingga lebih dari 2cm
- Kedua paha menekan ke arah perut membantu menyejajarkan posisi janin di rahim
Kekurangan
- Cukup melelahkan
- Menyulitkan tenaga kesehatan untuk mendengar denyut jantung janin
- Bisa meningkatkan volume darah yang keluar saat persalinan
Berbaring menghadap ke samping
Pada posisi ini Bunda berbaring dengan kaki ditekuk, menghadap ke salah satu sisi.
Keuntungan
- Membantu aliran oksigen ke janin
- Posisi istirahat yang baik
- Sangat membantu jika Bunda mengidap tekanan darah tinggi
- Mendukung proses persalinan dengan epidural/ILA
- Membuat kontraksi lebih efektif
- Memudahkan Bunda untuk beristirahat di antara waktu kontraksi pada kala 2 persalinan
- Bisa mengurangi kecepatan persalinan jika berlangsung terlalu cepat
- Pendamping persalinan dapat membantu persalinan dengan menyokong kaki Anda
- Risiko robekan pada perineum lebih rendah
Kekurangan
- Mungkin mempersulit tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan denyut jantung janin
- Tidak ada daya tarik dari gravitasi
- Bunda mungkin akan merasa kurang berdaya dalam posisi ini
Condong atau bersimpuh ke depan dengan sokongan
Keuntungan
- Dapat membantu memposisikan janin ke posisi optimal
- Memanfaatkan gaya gravitasi
- Bisa memanfaatkan birth ball
- Meredam sakit kontraksi dan membuat kontraksi lebih produktif
- Mengurangi nyeri punggung
- Memudahkan pendamping persalinan untuk membantu mengurangi nyeri punggung
- Lebih nyaman dibanding berdiri
- Bunda dapat menggoyang-goyangkan pinggul
- Minim tekanan pada pergelangan dan tangan
Kekurangan
- Tenaga kesehatan akan lebih sulit dalam membantu persalinan
Lutut ke dada
Keuntungan
- Dapat mengurangi rasa nyeri di punggung bawah saat persalinan
- Memungkinkan janin berputar, jika diperlukan
- Mengurangi tekanan pada hemorrhoids sehingga baik diterapkan pada ibu hamil yang mengalami wasir
- Posisi melahirkan ini dapat mengurangi kemungkinan jahitan
- Posisi melahirkan ini bagus untuk janin berukuran besar
- Baik diterapkan jika denyut jantung janin lemah
Kekurangan
- Pendamping persalinan akan merasa kesulitan melakukan kontak mata dengan Bunda
- Bunda juga akan sulit melihat apa yang terjadi
Itulah beberapa posisi melahirkan yang bisa menjadi pilihan saat Bunda menjalani proses persalinan. Coba dan pilih posisi melahirkan yang sekiranya nyaman untuk Bunda dan pendamping persalinan nanti, ya.
Pasca
Bengkak setelah Melahirkan, Apakah Normal?
Melihat foto Kate Middleton usai melahirkan anak pertamanya, Bunda pun menggantungkan ekspektasi bahwa tubuh Bunda akan terlihat kembali ramping usai si kecil lahir. Pada kenyataannya, tidak semudah itu, Bunda!
Ya, mari singkirkan imej kesempurnaan Kate Middleton setelah melahirkan. Kebanyakan ibu hamil masih terlihat “gembil” setelah melahirkan, meskipun secara timbangan berat badannya turun cukup banyak. Jadi apa yang menyebabkannya?
Apa itu bengkak setelah melahirkan?
Apakah wajah Bunda masih terlihat “gembil” atau bahkan “bengkak” setelah melahirkan? Begitu juga dengan kaki, lengan, pergelangan tangan, dan jari-jemari?
Saat melahirkan, Bunda sudah membayangkan dan siap mengucap “selamat tinggal” pada tubuh yang terlihat “puffy”. Tapi apa daya, pada kenyataannya tidak secepat itu. Cairan ekstra yang tersimpan dalam tubuh Bunda selama hamil tidak akan ‘terkuras’ begitu saja dan hilang dalam waktu semalam. Cairan ekstra tersebut tersimpan di jaringan pada lapisan di bawah kulit Bunda.
Ditambah lagi jika Bunda perlu mendapat infus karena melahirkan melalui caesar, cairan tubuh pun akan terakumulasi dan membuat Bunda terlihat lebih bengkak. Aih… jauh-jauh dulu dari cermin, ya.
Begitu pula Bunda yang menjalani persalinan secara per vaginam, akan mungkin mengalami pembengkakan di sekitar perineum.
Lalu apakah ini normal? Meski bukan hal yang menyenangkan, pembengkakan setelah melahirkan ini wajar dialami ibu yang melalui persalinan normal maupun caesar.
Penyebab bengkak setelah melahirkan
Retensi cairan selama hamil merupakan salah satu penyebab pembengkakan setelah melahirkan. Selain itu ada beberapa hal yang menyebabkannya:
- Sisa cairan yang terakumulasi selama 9 bulan kehamilan Bunda. Cairan yang terkumpul di tubuh selama kehamilan ini jika ditotal bisa mencapai berat 3 kilogram!
- Cairan yang disimpan selama persalinan. Untuk persalinan epidural misalnya, maka Bunda akan menerima cairan infus untuk memastikan tekanan darah tidak turun. Begitu pula dengan persalinan secara caesar, cairan infus diberikan selama proses operasi hingga 24 jam setelahnya. Simpanan cairan tersebut tidak akan hilang begitu saja.
- Mengedan. Proses mengedan selama persalinan bisa menyebabkan pembengkakan pada tubuh dan wajah Bunda, loh.
- Kurang bergerak. Setelah melahirkan biasanya Bunda akan disarankan untuk sering-sering turun dari ranjang dan bergerak. Cara ini bisa membantu mengeluarkan cairan dari tubuh. Sebaliknya, kecenderungan untuk tidak bergerak justru membuat tubuh bengkak lebih lama.
- Hormon. Selama kehamilan, kadar hormon progesteron dalam tubuh Bunda akan meningkat. Salah satu dampaknya adalah retensi air dalam tubuh selama kehamilan yang kemudian berlanjut setelah melahirkan.
Cara mengatasi pembengkakan setelah melahirkan
Ada beberapa langkah yang dapat Bunda lakukan untuk membantu mengatasi pembengkakan setelah melahirkan.
- Kuras cairan ekstra dengan minum banyak air. Loh, kok malah disuruh minum? Iya, Bun… cara ini bisa mencegah tubuh mengalami dehidrasi yang menyebabkan tubuh menahan air lebih banyak. Minum lebih banyak air juga dapat memastikan ginjal bekerja maksimal untuk membantu menghilangkan sampah dalam tubuh, termasuk cairan ekstra.
- Bergerak sesuai dengan kemampuan Bunda. Terlebih jika Bunda baru menjalankan persalinan melalui operasi caesar. Aktivitas fisik akan mencegah cairan dan darah mengumpul di kaki membantu mengeluarkan cairan dari tubuh.
- Hindari berdiri atau duduk terlalu lama. Berdiam diri terlalu lama, tanpa aktivitas fisik berarti, membuat cairan berkumpul di bagian bawah tubuh. Bergerak akan membantu darah bersirkulasi ke seluruh tubuh.
- Mengangkat kaki lebih tinggi dari tubuh saat berbaring di tempat tidur. Cara ini akan membantu mengalirkan cairan di bagian bawah tubuh ke bagian tubuh bagian atas yang pada akhirnya akan dibuang melalui ginjal dan kelenjar keringat.
- Putar pergelangan kaki Bunda. Jika Bunda belum dapat turun dari tempat tidur, cobalah putar pergelangan kaki searah jarum jam dan melawan jarum jam 10 kali untuk setiap arah. Coba juga untuk memijat area kaki yang bengkak.
- Jika perlu, gunakan stocking kompres. Stocking ini membantu meningkatkan sirkulasi darah di kaki, yang membantu menggerakkan cairan ke tubuh bagian atas dan melewati ginjal untuk kemudian dibuang.
- Jika jari dan tangan Bunda juga bengkak, angkat melewati kepala untuk membantu mengalirkan cairan dari area tersebut ke bawah.
- Kurangi asupan sodium atau garam dalam makanan yang Bunda konsumsi. Garam berpotensi memperparah pembengkakan setelah melahirkan.
- Berpakaian tipis dan nyaman. Suhu tubuh yang terlalu panas malah akan menahan cairan dalam tubuh. Nyalakan kipas angin dan buka jendela agar tubuh terasa lebih adem.
Pada akhirnya cairan tubuh akan dikeluarkan secara bertahap di minggu pertama setelah melahirkan. Tubuh yang bengkak setelah melahirkan pun akan kembali normal setelah itu.
Akan tetapi tetap awasi jika bengkak setelah hamil ini juga disertai dengan gejala lain yang bisa jadi penanda adanya masalah kesehatan. Beberapa tanda yang perlu diawasi adalah:
- Bengkak yang muncul tiba-tiba
- Pembengkakan bertambah parah setelah beberapa hari.
- Bengkak yang disertai tanda preeklampsia setelah melahirkan, seperti sakit kepala, muntah, pandangan buram atau sensitif terhadap cahaya.
- Nyeri dada dan kesulitan bernapas
- Luka operasi caesar bengkak dan diikuti rasa nyeri dan cairan berbau
Jika menemukan gejala di atas, jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter ya, Bunda!
Pasca
Kenali Perdarahan Nifas yang Abnormal Pasca Persalinan
Tahukah Bunda, saat hamil volume darah di dalam tubuh kita meningkat sampai 50%. Peningkatan volume darah ini diperlukan untuk mendukung pertumbuhan janin dan juga persiapan saat persalinan nanti. Proses persalinan itu sendiri menyebabkan perdarahan akibat proses keluarnya janin, baik secara per vaginam maupun melalui operasi caesar.
Jika perdarahan saat persalinan merupakan hal yang wajar, bagaimana dengan perdarahan yang terjadi setelah persalinan? Umumnya, di masa pasca persalinan atau masa nifas, Bunda akan mengalami darah yang keluar dari vagina atau disebut dengan perdarahan nifas.
Akan tetapi, bukan tidak mungkin ada perdarahan yang terjadi di masa pasca persalinan yang disebabkan oleh keadaan abnormal. Bagaimana membedakannya?
Ini perdarahan nifas yang normal
Pasca persalinan per vaginam maupun caesar, tubuh akan mengeluarkan darah nifas atau yang dikenal secara medis dengan nama lochea. Nifas merupakan cara tubuh mengeluarkan darah dan jaringan sisa di rahim, yang sebelumnya dipakai untuk menjaga pertumbuhan janin.
Perdarahan terberat terjadi pada dua hari pertama setelah persalinan. Setelah itu, jumlah darah yang keluar dari vagina akan terus berkurang.
Darah nifas berwarna merah cerah dengan adanya beberapa gumpalan, terutama di beberapa hari pertama setelah persalinan. Untuk kenyamanan, Bunda perlu mengenakan pembalut menstruasi berukuran besar, yang khusus dibuat untuk ibu nifas.
Dua sampai tiga hari setelah melahirkan darah nifas yang keluar akan semakin berkurang jumlahnya. Akan tetapi, jumlah darah yang keluar bisa kembali meningkat jika Bunda banyak beraktivitas. Jika ini yang terjadi, cobalah beristirahat, jangan terlalu sering berjalan ke sana ke mari.
Seperti halnya darah menstruasi, wajar jika Bunda merasakan arus darah keluar dari vagina saat berubah posisi dari duduk ke berdiri. Hal ini disebabkan oleh anatomi organ reproduksi perempuan yang khas. Saat duduk atau berbaring, darah nifas akan berkumpul di area yang berbentuk seperti mangkuk. Otomatis ketika berdiri, darah yang turun terasa lebih deras.
Sepuluh hari setelah melahirkan, jumlah darah nifas akan jauh berkurang. Alih-alih gumpalan dan aliran darah, Bunda akan melihat bercak atau noda darah pada pembalut menstruasi. Hal ini bisa terjadi sampai 6 minggu setelah persalinan. Saat ini, Bunda bisa mengganti pembalut menstruasi dengan sanitary pad yang lebih tipis dan nyaman. Hindari tampon ya, Bun… sebab tampon bisa menyebabkan infeksi.
Perdarahan abnormal pada masa nifas
Kondisi yang terjadi di luar gambaran di atas bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Perdarahan setelah melahirkan bisa terjadi pada 5% ibu dan biasanya terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan. Akan tetapi bukan tidak mungkin perdarahan terjadi pada 12 minggu pertama setelah melahirkan.
Perdarahan setelah melahirkan bukan hal yang bisa dianggap sepele. Kehilangan banyak darah dapat menyebabkan turunnya tekanan darah. Jika tekanan darah turun hingga di bawah normal, organ-organ tubuh Bunda bisa kekurangan suplai darah. Kondisi ini dinamakan syok dan bisa berujung pada kematian. Itu sebabnya, kondisi ini harus segera ditangani.
Segera datang ke fasilitas kesehatan jika Bunda mengalami hal ini:
- Mengeluarkan darah berwarna merah cerah tiga hari pertama pasca persalinan
- Mengeluarkan gumpalan darah yang ukurannya lebih besar dari buah plum
- Sanitary pad menjadi basah oleh darah setelah satu jam dikenakan dan perdarahan tidak berhenti atau berkurang
- Pandangan buram
- Kedinginan
- Telapak tangan keringat dingin
- Denyut jantung menjadi lebih cepat
- Pusing
- Lemah
- Mual
- Merasa seperti akan pingsan
Bunda yang rentan mengalami perdarahan abnormal masa nifas
Terjadi pada 5% ibu yang baru melahirkan, ada beberapa kondisi yang membuat seorang ibu lebih rentan mengalami perdarahan nifas yang abnormal. Di antaranya jika Bunda pernah mengalami perdarahan pasca persalinan di kehamilan sebelumnya. Risikonya juga lebih tinggi pada Bunda yang keturunan Asia dan Amerika Tengah (Hispanik).
Penyebab perdarahan masa nifas yang paling umum adalah atonia uteri. Umumnya, rahim akan menyusut atau berkontraksi untuk mengurangi perdarahan. Pada kondisi atonia uteri, rahim tidak berkontraksi secara maksimal, yang akhirnya menyebabkan perdarahan.
Kondisi atonia uteri lebih umum dialami jika Bunda:
- Melahirkan lebih dari satu anak dalam sekali waktu (anak kembar misalnya)
- Ukuran janin lebih besar dari 4 kg
- Mengalami persalinan yang lama
- Sebelumnya pernah melahirkan beberapa kali
Beberapa kondisi lain yang dapat meningkatkan perdarahan setelah persalinan, adalah:
- Robek rahim saat persalinan
- Persalinan secara caesar, risiko perdarahan lebih tinggi daripada persalinan per vaginam
- Robek pada vagin atau serviks selama persalinan
- Penggunaan obat bius total
- Penggunaan oksitosin (induksi)
- Preeklampsia
- Obesitas
- Masalah pada plasenta
Mengatasi perdarahan
Jika mengalami perdarahan yang abnormal di masa nifas, Bunda harus segera mencari pertolongan medis. Kunjungi fasilitas kesehatan tempat Bunda melahirkan untuk mengatasinya dengan segera.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi perdarahan tersebut, tergantung penyebab dan gejala yang Bunda alami. Dari pijat rahim, pemberian obat untuk memicu kontraksi rahim, transfusi darah untuk mengembalikan darah yang hilang, sampai histerektomi dan bahkan laparotomi (bedah perut) untuk mengetahui dan mengatasi penyebabnya.
Jadi jangan sepelekan perdarahan pasca melahirkan ya, Bun.
Persalinan
Yuk, Hitung Perlengkapan Bayi Baru Lahir!
Bunda sedang antusias-antusiasnya mempersiapan perlengkapan bayi untuk si kecil yang sebentar lagi akan lahir? Eits, hati-hati ya, Bun. Perlengkapan bayi memang terlihat menggemaskan dan membuat kita serasa ingin membeli semuanya. Namun, lebih baik tahan diri. Salah-salah, apa yang kita beli justru akan mubazir dan tidak terpakai karena si kecil cepat sekali pertumbuhannya.
Nah, supaya Bunda tak kalap, lebih baik mulai dengan membuat perencanaan sebelum membeli, yuk! Simak di sini perhitungan membeli perlengkapan bayi baru lahir ya, Bun.
Daftar Perlengkapan Bayi Baru Lahir
Bagi Bunda yang menantikan anak pertama, mencari perlengkapan bayi baru lahir bak mencari jalan di negara asing. Sulit! Belum adanya pengalaman membuat Bunda bingung menentukan perlengkapan bayi baru lahir yang dibutuhkan dan tidak. Supaya Bunda tak tersesat, berikut daftarnya.
- Kain bedong: 6-7 helai
Enam hingga tujuh helai kain bedong sudah cukup bagi si kecil. Pasalnya, kain bedong tidak akan dipakai terlalu lama. Bedong instan bisa jadi pilihan bagi Bunda yang tak mau repot atau merasa ‘kurang terampil’. Namun, kekurangan bedong instan dibanding kain bedong adalah tak bisa digunakan sebagai selimut saat bayi sudah besar.
- Pospak: 1 kemasan isi 40 pcs
Si kecil boleh saja langsung dipakaikan pospak atau popok sekali pakai setelah lahir. Namun, ingatlah untuk menggantinya tiap 4 jam sekali agar si kecil terhindar dari ruam popok maupun infeksi saluran kemih. Jangan dulu beli terlalu banyak untuk melihat reaksi kulit si kecil.
- Popok kain: 5 buah
Popok kain atau cloth diaper (clodi) adalah alternatif lain selain pospak. Sebagai awalan, Bunda bisa lebih dulu mempersiapkan 5 buah cloth diaper beserta insert mengingat harganya yang agak mahal. Jika memang penggunaan popok kain membuat Bunda dan si kecil lebih nyaman, barulah tambah koleksi clodi Bunda.
- Baju bayi: 9 pasang
Membeli baju bayi jangan terlalu banyak dulu, Bun, karena biasanya ada banyak kado pakaian untuk adik bayi. Hihi. Cukup beli 9 pasang yang terdiri dari 6 pasang pakaian tangan panjang dan 3 pasang pakaian tangan pendek. Belilah pakaian yang sudah satu set dengan kaos kaki dan sarung tangan bayi supaya lebih hemat.
- Handuk mandi: 3 buah
Siapkan beberapa handuk mandi supaya bisa diganti secara rutin.
- Bak mandi bayi: 1 buah
- Perlengkapan mandi bayi: 1 set yang terdiri dari sabun, sampo, minyak telon, dan minyak wangi
- Kapas bulat: 2 pak
- Tisu basah: 4 pak
- Waslap: 2 buah
- Singlet: 6 buah
- Perlak: 2 buah
- Kain kasa: 1 pak
- Salep ruam popok: 1 buah
- Gendongan kain: 1 buah
- Boks bayi side bed
Boks bayi side bed sebenarnya tidak wajib, tapi disarankan demi keamanan bayi. Pasalnya, di bawah 2 tahun, risiko sindrom bayi mati mendadak sangatlah tinggi sehingga bayi lebih baik tidur di areanya sendiri, tapi tetap dekat dengan orang tuanya.
Tips Membeli Perlengkapan Bayi Baru Lahir
- Buat perencanaan. Sebelum belanja, buatlah daftar barang yang hendak Bunda beli. Bunda bisa menggunakan daftar di atas atau berimprovisasi dengan menambahkan barang lain yang Bunda anggap perlu. Perencanaan seperti daftar belanja membuat kita lebih disiplin, loh.
- Wait and see. Bayi yang baru lahir biasanya mendapatkan banyak hadiah dari keluarga dan kerabat. Karena itulah, lebih baik menunda membeli perlengkapan bayi terlalu banyak.
- Tidak perlu membeli perlengkapan tidur. Bayi tidak disarankan tidur dengan selimut, bantal, ataupun mainan karena dapat meningkatkan risiko sindrom bayi mati mendadak. Bayi disarankan tidur di areanya sendiri tanpa tambahan apapun yang berisiko menutupi jalan napasnya.
- Cicil dari jauh hari. Agar tidak membebani uang belanja, belilah perlengkapan bayi dengan dicicil dari jauh-jauh hari. Membeli perlengkapan dari jauh hari juga memungkinkan Bunda untuk mencari diskon.
Selamat berbelanja ya, Bun. Semoga membantu.
-
Kehamilan4 years ago
Bun, Ini Prosedur Periksa Kehamilan dengan BPJS yang Perlu Diketahui!
-
Pasca4 years ago
Bagaimana Mengetahui Jahitan Kering Pasca Melahirkan Normal?
-
Kehamilan5 years ago
Bagaimana Jika Tinggi Fundus Uteri Kurang dari yang Seharusnya?
-
Kehamilan6 years ago
Bunda, Ini Pentingnya Menghitung Tinggi Fundus Pada Saat Hamil
-
Persalinan5 years ago
Ini yang Akan Bunda Alami Saat Melahirkan dengan Induksi
-
Kehamilan4 years ago
Adakah Gerakan Fisik Tertentu yang Bisa Menyebabkan Keguguran?
-
Kehamilan6 years ago
Ini Fakta Seputar Perut Hamil Bunda
-
Kehamilan6 years ago
5 Jenis Infeksi yang Menyebabkan Cacat Janin