Warning: "continue" targeting switch is equivalent to "break". Did you mean to use "continue 2"? in /home/sehatico/ibu.sehati.co/wp-content/plugins/revslider/includes/operations.class.php on line 2734

Warning: "continue" targeting switch is equivalent to "break". Did you mean to use "continue 2"? in /home/sehatico/ibu.sehati.co/wp-content/plugins/revslider/includes/operations.class.php on line 2738

Warning: "continue" targeting switch is equivalent to "break". Did you mean to use "continue 2"? in /home/sehatico/ibu.sehati.co/wp-content/plugins/revslider/includes/output.class.php on line 3679
Sleep Training untuk Bayi, Mana yang Paling Pas untuk Bunda?
Connect with us

Parenting

Sleep Training untuk Bayi, Mana yang Paling Pas untuk Bunda?

mm

Published

on

sleep training
Ada berbagai metode sleep training yang bisa diterapkan untuk bayi

Apakah si kecil terus terbangun di tengah malam hanya untuk ditenangkan kembali menuju tidurnya? Hmm, jika saat ini ia telah menginjak usia 4 bulan, ini mungkin waktu yang tepat bagi Bunda untuk melakukan sleep training. Apa itu?

Sleep training adalah pengajaran yang dilakukan kepada bayi agar ia bisa tertidur sendiri tanpa bantuan orang lain. Setelah melakukan sleep training, bayi diharapkan dapat tertidur sendiri di kasurnya tanpa perlu diayun atau ditepuk-tepuk oleh orang lain. Melalui sleep training, si kecil juga diharapkan mampu terlelap kembali dengan sendirinya ketika ia terbangun di tengah malam. 

Bunda dapat memulai sleep training sejak bayi berusia 4 hingga 6 bulan. Pasalnya, di usia inilah biasanya bayi mengalami perubahan jadwal tidur. Jadwal tidur yang tadinya teratur bisa berubah dan bahkan mengganggu aktivitas ayah dan bunda. Sehingga bayi membutuhkan sleep training agar mampu menenangkan dirinya sendiri saat terbangun dari tidur. Pun di usia ini biasanya bayi belum mengenal kursi goyang atau dot, sehingga lebih mudah beradaptasi dengan kebiasaan baru yang diterapkan melalui sleep training ini.

Nah, apa saja metode sleep training yang bisa Bunda coba terapkan? Yuk, cek di sini.

Cry it Out (CIO)

Metode cry it out bisa dibilang adalah metode paling “tega” di antara metode sleep training yang lain. Sebab, dalam metode ini, Bunda diharapkan untuk membiarkan si kecil menangis di tempatnya hingga tertidur sendiri. Pastikan saja kalau sebelumnya si kecil diantar ke tempat tidur dalam keadaan perut yang kenyang dan lingkungan sekeliling tempat tidur cukup aman

Dengan metode ini, biasanya bayi sudah bisa tertidur dengan sendirinya tanpa menangis setelah 3 sampai 4 hari. Tahukah, Bun? Metode ini biasanya justru terasa lebih sulit untuk orang tua daripada untuk bayi. Karena Bunda pasti tidak tega kan mendengar dia menangis? Belum lagi jika Bunda masih tinggal dengan orang tua atau mertua, ada kemungkinan mereka merasa terganggu dengan suara tangis bayi. Akan tetapi dalam metode CIO ini, konsistensi adalah kunci.

Ferber Method

Jika Bunda tidak nyaman meninggalkan si kecil begitu saja seperti metode cry it out, Bunda bisa mencoba metode satu ini. Bila dalam metode CIO Bunda benar-benar meninggalkan bayi setelah menaruhnya di tempat tidur, tidak demikian dengan metode Ferber. Bunda masih diperkenankan untuk mengecek si kecil secara berkala di tempat tidurnya.

Langkah awal metode ini adalah meletakkan si kecil di tempat tidur setelah tiba waktu tidurnya. Setelah itu, tinggalkan bayi sendirian. Kemudian, tunggu selama beberapa menit untuk mengeceknya kembali. Saat mengecek si kecil, jangan angkat ia dari tempat tidurnya ya, Bun. Bunda boleh mengelusnya, tapi jangan sampai mengangkatnya apalagi menina-bobokannya. Si kecil tidak akan belajar tidur secara mandiri jika Bunda melakukan ini. 

Semakin lama, perpanjang interval ketidakhadiran Bunda dalam satu malam. Misalnya, jika sebelumnya Bunda akan mengecek kembali selang 3 menit, tingkatkan jadi 5 menit. Terus tingkatkan intervalnya perlahan-lahan hingga menyentuh 10 atau 15 menit. Pertahankan interval ini hingga si kecil tertidur. Dibandingkan dengan metode CIO, metode ini mungkin tidak akan terlalu berat untuk Bunda. Namun, memang membutuhkan waktu hitungan minggu untuk berhasil.

Chair Method

Metode satu ini mungkin akan jauh lebih nyaman bagi Bunda maupun si kecil. Namun, seperti metode Ferber, metode ini butuh waktu yang lama untuk berhasil dibandingkan dengan metode CIO. Jadi, chair method mungkin tak akan cocok untuk Bunda yang menginginkan hasil cepat. 

Bagaimana cara kerjanya?

Setelah memasuki waktu tidur si kecil dan memastikan ia kenyang, taruh bayi di tempat tidurnya. Bunda bisa mengambil kursi lalu duduk di samping tempat tidur si kecil. Jika si kecil menangis, Bunda bisa menenangkannya dengan cara menepuk-nepuknya. Namun, jangan berinteraksi terlalu lama ya. Saat si kecil sudah tertidur, Bunda bisa meninggalkan ruang tidurnya. 

Bila penerapan metode ini sudah berlalu selama 3 hari, perlebar jarak duduk Bunda: dari yang sebelumnya berada persis di samping tempat tidur si kecil menjadi di antara tempat tidur dan pintu. Lama-kelamaan, Bunda bisa sama sekali tidak berada dalam ruangan saat menunggu si kecil tertidur.

Kekurangan metode ini adalah terkadang chair method justru membuat si kecil lebih rewel. Pasalnya, ia tertidur dengan kondisi Bunda ada di dalam kamar yang sama dengannya, tetapi terbangun tanpa Bunda di sisinya. Ini bisa membuat si kecil marah saat terbangun. Jadi, tetap kenali karakter buah hati Bunda, ya. Bila metode ini justru membuatnya semakin rewel di pagi hari, lebih baik coba metode yang lain.

Pick Up, Put Down Method

Metode ini hampir sama dengan metode Ferber. Hanya saja, metode ini tidak mensyaratkan interval waktu untuk menenangkan si kecil. Setelah Bunda meletakkan si kecil di tempat tidur, tunggu apakah ia menangis. Jika ia menangis, tunggulah beberapa saat dan lihat apakah ia bisa tertidur dengan sendirinya. Bila tidak, angkat dan tenangkan ia. Setelah tenang, taruh kembali di tempat tidur. Ulangi pola ini hingga si kecil bisa tertidur pulas sepanjang malam

Metode ini mungkin cocok bagi Bunda yang tidak tegaan. Namun, metode ini mensyaratkan kesabaran karena keberhasilannya sangat lama.

Itulah beberapa metode sleep training yang bisa Bunda coba. Pilihlah yang paling cocok dengan karakter Bunda dan si kecil. Semangat, Bun!

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kesehatan

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

mm

Published

on

bayi dirawat di nicu
Bayi dirawat di NICU ketika lahir prematur.

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang baru lahir. Kapan seorang bayi yang baru lahir dirawat di NICU? Bayi yang baru lahir dirawat di NICU ketika ia lahir prematur (kurang dari usia 37 minggu) atau lahir dengan kesulitan bernapas. 

Kebanyakan bayi dirawat di NICU selama 24 jam saja. Namun, tidak menutup kemungkinan bayi bisa lebih lama dirawat di sana. Ada yang butuh perawatan di NICU selama beberapa hari, ada pula yang berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Tergantung kondisi si adik bayi.

Meski begitu, tak peduli berapa lama bayi berada di NICU, hal ini bisa menjadi masa yang berat bagi orang tua. Mengingat ibu biasanya masih dalam tahap pemulihan pasca melahirkan, Ayahlah yang akan lebih banyak berperan dalam perawatan bayi selama di NICU. Apa yang mesti dilakukan? Berikut panduannya.

Kenali Siapa Dokter yang Menangani

Saat bayi berada di NICU, apalagi di masa pandemi seperti ini, kesempatan Ayah untuk selalu berada di dekat si kecil berkurang. Efeknya, Ayah mungkin sedang tidak ada di tempat kala dokter melakukan visit. Untuk mengatasi hal ini, coba tanyakan kepada perawat siapa saja dokter yang bertanggung jawab atas kondisi si kecil. Karena, bisa saja ada beberapa dokter yang menanganinya. 

Tanyakan pada pukul berapa dokter akan visit atau apakah ada kemungkinan Ayah bisa menemui dokter di poli. Usahakan bertemu langsung dengan dokter setiap hari untuk mengetahui informasi perkembangan kondisi si kecil.

Bantu Antarkan ASI

Bayi yang dirawat di NICU bukan berarti tidak bisa mendapatkan ASI. Si kecil tetap bisa meminum ASI yang diperah yang kemudian diberikan melalui bantu oleh perawat. Demi mendukung si kecil mendapatkan ASI eksklusif, Ayah bisa membantu Bunda yang sedang dalam proses pemulihan pasca melahirkan untuk mengantarkan ASIP. Bawa ASIP dalam cooler bag agar terjaga nutrisinya.

Tetap Lakukan Bonding

Meski si kecil dirawat dalam inkubator, Ayah tetap bisa memulai menjalin bonding. Mintalah waktu sebentar untuk berada di sisinya. Ayah juga bisa menawarkan diri untuk mengganti popok si kecil. Saat berada di sisi inkubator, selalu ajak adik bayi bicara. Nyanyikan lagu pengantar tidur pun boleh.

Beri Penjelasan kepada Si Kakak

Pengalaman ini bukan hanya berat dan membingungkan bagi Ayah dan Bunda, tetapi juga bagi si kakak. Jika si kecil memiliki kakak, pastikan kakak mengerti mengapa adiknya belum bisa pulang ke rumah dan perlu dirawat di rumah sakit. Pun, jangan lupa untuk tetap meluangkan waktu untuknya dan memperhatikan kebutuhannya. 

Perawatan bayi baru lahir di NICU mungkin akan sangat menguras waktu dan tenaga Ayah dan Bunda, tetapi tetap jangan biarkan si kakak merasa ditinggalkan. Jika Ayah dan Bunda belum bisa meluangkan banyak waktu karena fokus mengurus perawatan bayi di NICU, katakanlah permohonan maaf secara langsung kepada si kakak dan jelaskan alasannya. Minta pula kepada anggota keluarga lain, entah itu kakek atau nenek, untuk sementara waktu memberi perhatian ekstra kepada si kakak.

Perhatikan Diri Sendiri

Di masa seperti ini, Ayah mungkin adalah orang yang diharapkan paling kuat dan tegar. Namun, Ayah juga manusia. Ayah pun pasti merasakan kesedihan dan kebingungan ketika bayi dirawat di NICU. Jika Ayah merasakan hal ini, jangan ragu untuk membaginya bersama Bunda. Ayah juga bisa mencari support group yang beranggotakan orang tua dengan pengalaman yang sama. Dari support group biasanya akan ada banyak hal untuk dipelajari. Oh ya, jangan pula lupakan kebutuhan mendasar Ayah, seperti makan dan tidur. 

Continue Reading

Kesehatan

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

mm

Published

on

ruang nicu
Ruang NICU untuk merawat bayi prematur.

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua tidak dapat menghindari hal ini. Di Amerika Serikat, 1 dari 10 bayi dilahirkan terlalu dini atau kurang dari 37 minggu. 

Sementara di Indonesia, dari RISKESDAS 2018 diketahui terdapat 675.700 kelahiran prematur di Indonesia setiap tahun. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kelahiran prematur ke-5 tertinggi di dunia. 

Bayi prematur ini akan dirawat di ruang NICU atau Neonatal Intensive Care Unit hingga organ-organ tubuhnya dapat berfungsi dengan baik untuk dapat hidup secara mandiri. Mengenai apa dan bagaimana ruang NICU, yuk simak beberapa hal ini. 

Ruang NICU adalah

Ruang NICU adalah ruang perawatan bayi baru lahir maupun bayi yang memerlukan perawatan medis khusus. Ruangan ini dilengkapi dengan peralatan pendukung dan staf/perawat yang terlatih.

Alasan bayi dirawat di ruang NICU 

Selama di rahim, si kecil sangat tergantung dengan tubuh Bunda. Ia bernapas dan makan melalui plasenta Bunda. Akan tetapi setelah lahir, ia tidak bisa lagi bergantung kepada Bunda. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan menggunakan organ-organ tubuhnya sendiri untuk bertahan hidup. 

Sayangnya tidak semua bayi terlahir dalam kondisi sehat, sehingga proses adaptasi tersebut tidak serta-merta berjalan mulus. Bayi tersebut memerlukan pertolongan medis untuk bisa hidup. Beberapa alasan yang membuat bayi baru lahir harus dirawat di ruang NICU adalah bayi yang lahir prematur, bayi yang mengalami masalah kesehatan, bayi dengan berat badan rendah dan bayi dengan berat lebih dari 4000 gr (makrosomia).

Berbagai masalah kesehatan yang membuat bayi dirawat di NICU sangat beragam dan juga bergantung dari kondisi bayi pada saat itu. Di antara masalah kesehatan tersebut adalah anemia, gangguan pernapasan, pneumonia, masalah jantung, jaundice (bayi kuning), masalah pencernaan, intra uterine growth restriction (IUGR) atau bayi yang perkembangannya di dalam rahim terhambat

Berapa lama bayi dirawat di NICU?

Jangka waktu perawatan bayi di ruang NICU bisa berbeda-beda, dari hanya beberapa jam, beberapa hari, bahkan berbulan-bulan. Ada banyak faktor yang menentukannya, akan tetapi yang paling dasar adalah apakah bayi sudah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri; bisa menyusu, bernapas tanpa bantuan alat, dan menunjukkan tren pertumbuhan yang positif.

Siapa saja yang bertugas di ruang NICU? 

Bertugas menjaga perawatan bayi dengan kebutuhan medis khusus, tentu saja ruang NICU dijaga oleh banyak staf terlatih yang tidak sembarangan. Sebagai pemimpin tim, biasanya ditunjuk seorang neonatologist (dokter anak dengan sub spesialis perawatan bayi prematur), perawat bayi baru lahir, dan suster. Selain itu, fasilitas ini juga didukung oleh tenaga ahli lain yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan keluarga. Misalnya konselor laktasi, dokter gizi, dokter jantung bahkan psikolog. 

Apakah biaya perawatan NICU ditanggung BPJS?

BPJS Kesehatan yang Bunda miliki hanya dapat digunakan untuk menutupi biaya pemeriksaan kehamilan, biaya melahirkan dan pemeriksaan bayi baru lahir. Jika ternyata si kecil memerlukan perawatan tambahan di rumah sakit, BPJS Bunda tidak dapat menanggungnya. 

Yang perlu Bunda lakukan adalah membuat BPJS untuk si kecil. Akan tetapi perlu dipastikan bahwa Bunda tercatat sebagai peserta BPJS Kesehatan dan aktif membayar iuran. Si kecil harus segera didaftarkan untuk mendapatkan fasilitas jaminan kesehatan dari BPJS Kesehatan.

Berapa biaya perawatan di ruang NICU?

Mengingat perawatan intensif dengan alat-alat kesehatan dan tenaga kesehatan terlatih, biaya perawatan ruang NICU tentu saja lebih tinggi dari kamar perawatan biasa. Dilansir dari kitabisa.com biaya perawatan bayi di ruang ini bisa mencapai 2 juta rupiah per hari. Biaya ini juga tergantung dari kondisi medis bayi dan perawatan yang ia terima di ruang NICU.

Continue Reading

Parenting

Cara Membangun Kemampuan Sosial Anak di Tengah Pandemi

mm

Published

on

kemampuan sosial anak
Kemampuan sosial anak bisa dilatih di rumah.

Pandemi sudah berjalan kurang lebih selama setahun. Bersamanya, seruan untuk di rumah saja demi memutus mata rantai Covid-19 terus didengungkan. Diam di rumah saja tentu bagus demi kepentingan bersama. Namun, ada efek samping dari mengisolasi diri yang mungkin luput dari perhatian kita, yakni hilangnya kesempatan anak untuk meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi.

Tahukah, Bun? Anak-anak usia sekolah sedang berada dalam tahap perkembangan penting perihal kemampuan bersosialisasi. Penting bagi mereka untuk belajar membangun pertemanan dan berkomunikasi dengan orang lain. Kondisi pandemi mau tidak mau mengurangi kesempatan anak akan hal ini.

Namun, Bunda tak perlu panik, ya. Ada sejumlah cara alternatif yang bisa Bunda coba di rumah untuk membantu anak membangun kemampuan sosialnya, meski ia tak rutin bertemu teman sebaya.

Ajak Anak Memahami Emosinya

Jangankan anak-anak, kita yang dewasa saja kadang sulit menyampaikan emosi yang kita rasa. Maka dari itu, kita perlu mengajak anak untuk mulai memahami emosinya sedari dini. Dilansir dari Parents.com, salah satu cara supaya anak mau dan mampu untuk menyampaikan emosinya dimulai dari keaktifan orang tua

Di pengujung hari, Bunda atau Ayah bisa menanyakan perasaan si kecil selama seharian. Misalnya dengan pertanyaan, “Apa sih yang kamu rasakan seharian ini?”. Supaya lebih mudah bagi si kecil untuk menyampaikannya, gunakanlah chart yang berisi berbagai emoji dengan ekspresi berbeda-beda. Minta si kecil menunjuk emoji yang paling sesuai dengan perasaannya di hari itu.

Biarkan Ia Mandiri

Sebagai orang tua, kita mungkin akan tergelitik untuk selalu membantu buah hati. Namun, Bun, cobalah sedikit menahan diri. Bila si kecil sedang mengerjakan pekerjaan rumah, menyapu atau memakai baju misalnya, jangan terburu-buru “terjun” untuk menyelesaikan pekerjaannya. Biarkan ia bereksplorasi dan menemukan caranya sendiri. Bunda mungkin gemas melihatnya, tapi bersabarlah. Dengan membiarkan ia mandiri, Bunda dan Ayah sedang membangun kepercayaan dirinya yang akan sangat berguna di kehidupan sosialnya nanti.

Buat Kontak Mata

Pernah dengar nasihat untuk duduk bersimpuh kala berbicara dengan si kecil? Nasihat ini benar loh, Bun. Kuncinya sebenarnya bukan pada duduknya, tapi pada kontak matanya. Ketika duduk bersimpuh di hadapan si kecil, level mata Bunda akan sejajar dengan matanya sehingga kontak mata terjadi.

Saat berbicara dengan anak, jagalah kontak mata ini. Niscaya, mereka akan lebih mendengarkan perkataan Bunda. Tak hanya itu, dengan kebiasaan ini, anak akan sadar bahwa kontak mata adalah kunci terpenting dalam komunikasi. Saat nanti bergaul dengan orang lain, ia akan meniru kebiasaan ini.

Lakukan Permainan yang Melibatkan Keluarga

Saat Bunda dan Ayah telah tuntas menyelesaikan pekerjaan serta si kecil sudah selesai menyelesaikan tugas sekolahnya, luangkanlah waktu untuk family game night. Bunda dan Ayah bisa mengajak si kecil untuk melakukan permainan sederhana, tapi bermakna, misalnya ular tangga, halma, atau ludo. Dengan bermain game, si kecil akan belajar mengikuti peraturan, menghargai orang lain, bahkan belajar bekerja sama.

Beberapa cara itulah yang bisa dilakukan di rumah untuk membantu mengembangkan kemampuan sosial anak. Selamat mencoba ya, Bunda dan Ayah!

Continue Reading

Trending