fbpx
Connect with us

Menyusui

Begini 8 Cara Alami Memperbanyak ASI

mm

Published

on

cara alami memperbanyak asi

Si kecil butuh ASI eksklusif melimpah selama 6 bulan pertama? Yuk, penuhi kebutuhannya dengan cara alami memperbanyak ASI berikut ini.

ASI memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Bahkan, ASI mampu meningkatkan imun bayi serta mencegah infeksi. Itu sebabnya, pemberian ASI harus dilakukan secara maksimal.

Untuk memaksimalkan pemberian ASI pada bayi, tentu butuh suplai berlimpah. Sebagai solusi, Bunda bisa menerapkan cara alami memperbanyak ASI berikut ini.

Mengompres Payudara

ASI lebih mudah keluar jika kelenjar dan pembuluh darah payudara melebar. Untuk menstimulus pelebarannya, coba kompres dengan air hangat. Gunakan media kapas yang dicelupkan ke air hangat, lalu letakkan di puting payudara. Biarkan selama 1-2 menit.

Bunda juga bisa mengompres seluruh bagian payudara menggunakan handuk yang dibasahi dengan air hangat. Perlahan, sensasi hangatnya akan menjalar dan mengurangi efek bengkak pada payudara.

Mengubah Gaya Hidup

Produksi ASI dipengaruhi oleh jumlah hormon prolaktin. Untuk meningkatkan hormon ini, perlu stimulus dari hormon oksitosin. Nah, hormon oksitosin hanya bisa dikeluarkan ketika tubuh relaks dan bebas stres.

Agar terhindar dari stres, Bunda harus menerapkan gaya hidup sehat. Dari mulai tidur cukup, bersikap tenang, serta tidak melakukan kegiatan yang memicu stres. Selain itu, Bunda juga mesti menghindari rokok dan alkohol.

Lakukan Skin to Skin Contact

Skin to skin contact tidak hanya memperkuat bonding ibu dan bayi, tetapi juga mendukung proses menyusui. Pasalnya, saat kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu, hormon oksitosin meningkat. Otomatis, peningkatan tersebut juga menstimulus hormon prolaktin untuk memproduksi lebih banyak ASI.

Menambah ASI dengan Mengonsumsi Booster Alami

Memperbanyak ASI juga bisa dilakukan dengan mengonsumsi beberapa jenis makanan berikut ini.

  • Bawang putih. Bawang putih memiliki efek terapeutik yang mampu membantu meningkatkan produksi ASI.
  • Pepaya hijau. Pepaya mengandung enzim papain yang membantu melancarkan pencernaan protein. Ibu menyusui membutuhkan protein untuk menghasilkan lebih banyak ASI.
  • Biji wijen. Sebuah penelitian membuktikan, setiap 100 gram biji wijen mampu menstimulus hormon prolaktin dan progesteron. Kedua hormon inilah yang membantu meningkatkan produksi ASI.
  • Susu almond. Kacang almond merupakan salah satu sumber protein tertinggi. Karena itu, para tenaga medis menyarankan ibu menyusui untuk mengonsumsi susu yang berbahan almond secara rutin.
  • Wortel. Wortel mengandung enzim phytoestrogens yang mampu meningkatkan produksi dan kualitas ASI.
  • Asparagus. Asparagus merupakan jenis sayuran yang mengandung asam amino tinggi. Bunda bisa mengonsumsi potongan asparagus dengan cara mencampurkannya dalam minuman susu.
  • Daun bayam. Daun bayam mengandung zat besi untuk merangsang peningkatan produksi ASI. Selain itu, dalam daun bayam juga terdapat kandungan fitoestrogen yang dibutuhkan ibu menyusui.
  • Daun kelor. Daun kelor atau moringa kaya akan nutrisi untuk menstimulasi produksi ASI. Hal ini sesuai dengan penelitian Dr. Michelle A. Taup, MD., yang menemukan fakta manfaat kapsul daun kelor terhadap ibu menyusui. Melalui risetnya, Dr. Michelle A. Taup, MD., membuktikan bahwa produksi ASI meningkat setelah mengonsumsi rebusan daun kelor dua kali sehari.

Meningkatkan Intensitas Menyusui

Bunda, bayi yang baru lahir membutuhkan ASI lebih banyak, baik siang maupun malam hari. Biasanya, si kecil meminta ASI setiap 2-3 jam sekali. Jika Bunda mampu menyusui sesuai ritme kebutuhan bayi, tubuh akan mengikuti prinsip supply and demand.

Artinya, otak menstimulus hormon untuk memproduksi ASI sesuai jadwal dan sebanyak yang bayi butuhkan. Bahkan, produksi ASI semakin melimpah dalam waktu 3-7 hari. Syaratnya, Bunda harus konsisten melakukan rutinitas tersebut. Jika tidak konsisten, produksi ASI bisa berkurang.

Jaga Si Kecil agar Tetap Bangun saat Menyusui

Bunda, pernahkah si kecil perlahan memejamkan mata ketika sedang menyusu? Hal itu wajar terjadi pada bayi karena pengaruh hormon cholecystokinin. Menurut Beth MicMillan, pakar laktasi di Ottawa, hormon tersebut membuat bayi merasa nyaman sehingga ia mudah terlelap.

Meski begitu, Bunda harus mengupayakan bayi tetap bangun ketika menyusu. Pasalnya, jika si kecil sering tertidur saat menyusu, dikhawatirkan kekurangan gizi yang bersumber dari ASI. Tidak hanya itu, bayi juga bisa terkena dehidrasi akibat berkurangnya waktu menyusu.

Hindari Pemakaian Empeng

Meski empeng mampu memberikan efek tenang saat bayi rewel, para medis tidak menyarankannya. Menurut Farahdibha Tenrilemba dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), empeng atau dot bisa menimbulkan dampak negatif pada si kecil. Salah satunya adalah mengalami bingung puting.

Selain itu, pemakaian empeng bisa memengaruhi pemberian ASI. Semestinya, ASI eksklusif diberikan 6 bulan, dilanjutkan hingga 2 tahun. Namun dengan penggunaan empeng, durasinya lebih pendek. Bahkan, semakin sering memakai empeng, produksi ASI bisa semakin berkurang.

Percaya/Yakin Pasti Bisa

Bunda, jika ASI tak kunjung melimpah, jangan menyerah. Tetap yakin dan tenang, bahwa ASI pasti keluar sesuai kebutuhan si kecil. Dilansir dari website AIMI, ibu menyusui bisa mengikuti hypnobreastfeeding untuk membantu melancarkan ASI.

Hypnobreastfeeding biasanya dilakukan dengan mengucapkan sederet kalimat motivasi. Semisal :

  • aku pasti bisa menyusui bayiku;
  • ASI-ku pasti bisa mencukup kebutuhan bayiku, atau
  • ASI-ku pasti lancar.

Demikian tadi ulasan seputar cara alami memperbanyak ASI yang bisa Bunda terapkan. Gali informasi selengkapnya tentang penanganan kehamilan, persalinan, pascapersalinan, serta menyusui dengan cara follow and like Facebook dan Instagram Ibu Sehati. Bunda juga bisa mengunduh Sehati Apps di Google Play Store dan Apple Store.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Air Susu Ibu

ASI Keluar saat Hamil, Apa Sebabnya?

mm

Published

on

asi keluar saat hamil

Berbagai perubahan akan terjadi pada tubuh Bunda ketika hamil. Tidak hanya dalam rangka menjaga pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi juga dalam upaya mempersiapkan diri saat si kecil lahir nanti. Salah satu perubahan yang mulai terasa adalah air susu ibu atau ASI keluar saat hamil. 

Ya, beberapa ibu sudah mengalami ASI keluar saat hamil, bahkan di pertengahan usia kehamilan. Namun ada juga ibu hamil yang baru merasakan ASI keluar di trimester akhir kehamilan. Sebagian ibu hamil bahkan tidak merasakan ASI keluar. Sebenarnya, apa yang membedakan dan bagaimana proses produksi ASI pada ibu hamil ini? Dan apa yang dapat Bunda lakukan jika mengalami ASI keluar saat hamil?

Penyebab ASI keluar saat hamil? 

Ketika hamil, tubuh Bunda mulai memproduksi kolostrum sebagai persiapan persalinan nanti. Proses pembentukan kolostrum ini sudah dimulai sejak usia kehamilan 14 minggu atau di trimester pertama. Tentu saja tidak seperti perubahan perut yang terasa dan terlihat, produksi kolostrum ini berlangsung “secara diam-diam” tanpa Bunda sadari. 

Kolostrum itu sendiri merupakan cairan berwarna kuning kental yang akan keluar setelah melahirkan dan hanya keluar selama beberapa hari. Kolostrum merupakan sumber nutrisi yang amat baik untuk bayi baru lahir, terutama dalam membantu bayi meningkatkan ketahanan tubuhnya. 

ASI yang menetes keluar dari puting saat Bunda hamil merupakan tanda bahwa tubuh juga sudah memproduksi hormon prolaktin, yang bertanggung jawab terhadap produksi air susu ibu. Biasanya hormon ini mulai terbentuk di trimester ketiga kehamilan

Faktanya adalah, begitu banyak hormon dalam tubuh Bunda yang kadarnya mengalami pasang-surut, khususnya  saat kehamilan ini. Tubuh berusaha keras menjaga keseimbangan antar-hormon, agar pada saat dibutuhkan nanti, ASI keluar pada waktu yang tepat. Akan tetapi, ketidakseimbangan wajar saja terjadi dan bukan suatu hal yang perlu terlalu dikhawatirkan. 

Untungnya, tubuh Bunda juga memproduksi hormon estrogen dan progesteron dalam kadar yang tinggi selama hamil. Khususnya di masa awal kehamilan. Kehadiran kedua hormon inilah yang mencegah prolaktin hadir dan memengaruhi tubuh Bunda. Itu sebabnya, ASI yang keluar saat hamil tidaklah banyak. 

Bagaimana mengatasi ASI yang keluar saat hamil?

Meski wajar terjadi, bukan tidak mungkin jika Bunda merasa terganggu dengan cairan yang bocor dari puting. Misalnya karena membuat pakaian Bunda basah. Lalu apa yang bisa Bunda lakukan? 

Jika ASI yang menetes tersebut tidak banyak atau hanya beberapa tetes, Bunda cukup mengatasinya dengan menggunakan breast pad atau bantalan pada bra yang Bunda kenakan

Ketika menggunakan bantalan payudara, sebaiknya Bunda selalu menggantinya jika mulai terasa basah atau berbau. Hal ini untuk menghindari terjadinya infeksi atau ruam di sekitar puting payudara Bunda. Pastikan juga ada ruang yang cukup nyaman di dalam bra untuk menyelipkan bantalan. Hindari menekan payudara terlalu keras saat mengenakan bantalan ini ya, Bun. 

Ada baiknya juga Bunda bersiaga dengan mengenakan pakaian yang warnanya mampu menyamarkan rembesan ASI, atau syal maupun jaket yang dapat digunakan untuk menutupi rembesan tersebut.

Hindari pula aktivitas yang dapat memicu keluarnya rembesan ASI. Misalnya gerakan olahraga yang menggesek puting dan menyebabkan keluarnya ASI. Aktivitas seks, terutama stimulasi pada puting juga bisa memicu keluarnya ASI. 

Namun jika jumlah kebocoran ASI dirasakan terlalu banyak dan sudah sangat mengganggu, ada baiknya jika Bunda berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan hal ini tidak disebabkan oleh hal yang tidak wajar.  
Pada dasarnya, produksi ASI memang sudah dimulai sejak hamil, jadi Bunda tidak perlu malu untuk membicarakan hal ini dengan tenaga kesehatan yang membantu Bunda. Bahkan ASI yang keluar saat hamil bisa dijadikan pertanda bahwa saat lahir nanti si kecil akan mendapatkan ASI pertamanya dari Bunda.

Continue Reading

Air Susu Ibu

Mengenal Prolaktin & Oksitosin, Hormon yang Berperan saat Menyusui

mm

Published

on

hormon menyusui
Prolaktin dan oksitosin adalah dua hormon menyusui yang memiliki peran berbeda.

Setelah melahirkan, masa menyusui pun tiba. Rasa deg-degan mungkin melanda mengingat banyak orang yang berkata bahwa proses menyusui kerap banyak drama. Sedikitnya ASI yang keluar dari payudara menjadi drama tersering yang dialami para bunda. Kalau sudah begini, pasti bingung rasanya karena si kecil hanya mengandalkan ASI sebagai asupan di 6 bulan pertama. 

Untuk mengatasi masalah tadi, kita perlu mencari tahu dulu akar masalahnya. Apakah masalahnya ada pada produksi ASI yang memang sedikit atau ASI yang tidak lancar keluar dari payudara? Pasalnya, berbeda masalah, berbeda pula nantinya hormon menyusui yang akan dirangsang.

Yap, ada dua hormon menyusui yang mungkin sudah akrab di telinga Bunda, yakni prolaktin dan oksitosin. Meski sama-sama hormon menyusui, ternyata keduanya memiliki peran yang berbeda dalam kesuksesan pemberian ASI. Apa Bedanya?

Peran Hormon Prolaktin

Prolaktin adalah hormon yang bertanggung jawab dalam memproduksi ASI. Hormon ini mulai bekerja sejak masa kehamilan loh, Bun. Hanya saja, tingginya kadar hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh plasenta mencegah prolaktin untuk memproduksi terlalu banyak ASI matur. Karena itulah, saat hamil Bunda akan mendapati ada ASI bening hingga kekuningan yang keluar dari payudara, tetapi tidak banyak jumlahnya.

Saat melahirkan, plasenta keluar dari tubuh Bunda, otomatis hormon estrogen dan progesteron yang tadinya tinggi mendadak menurun drastis. Ketika ini terjadi, meningkatlah hormon prolaktin untuk memproduksi lebih banyak ASI.

Meningkatkan Hormon Prolaktin dalam Tubuh

Hormon prolaktin yang meningkat setelah melahirkan belum cukup untuk memproduksi ASI yang melimpah. Bunda perlu menstimulasinya dengan rajin menyusui si kecil. Kalau si kecil belum terlalu jago menyusu, Bunda bisa mencoba cara lain, yakni dengan memompa payudara. Lakukan hal ini setiap 2 atau 3 jam sekali. Semakin sering Bunda menyusui, semakin banyak pula hormon prolaktin yang dilepaskan oleh otak. 

Eits, tapi meningkatnya hormon prolaktin tak serta-merta membuat ASI keluar dengan lancar ya. Soalnya, perihal satu ini bergantung pada peran hormon lain, yakni oksitosin.

Peran Hormon Oksitosin dalam Proses Menyusui

Bila hormon prolaktin bertugas memproduksi ASI, hormon oksitosinlah yang berperan untuk mengeluarkannya. Jadi, bisa saja produksi ASI Bunda sudah banyak, tapi tidak keluar dengan optimal karena kadar hormon oksitosin yang rendah. 

Inilah mengapa kadang terjadi kasus seperti ini: Bunda sudah memompa ASI dengan durasi yang lama dan kekuatan memompa yang tinggi, tapi payudara masih terasa penuh dan ASI yang keluar hanya sedikit. Kondisi seperti ini bisa terjadi ketika hormon prolaktin yang tinggi tidak dibarengi dengan kadar hormon oksitosin yang tinggi pula.

Cara Meningkatkan Hormon Oksitosin

Hormon oksitosin bisa meningkat ketika Bunda merasa aman, nyaman, dan bahagia. Namun, ketika menyusui, cara paling ampuh meningkatkan hormon oksitosin adalah dengan menyusui secara langsung. Ketika menyusui secara langsung atau direct breastfeeding, terjadi sentuhan kulit antara Bunda dan bayi, sentuhan itulah yang memicu keluarnya hormon oksitosin. Menyusui secara langsung juga bisa memicu let-down reflex, loh.

Ketika si kecil menempel di payudara Bunda dan memasukkan areola ke mulutnya, sel saraf di payudara akan mengirimkan sinyal ke otak untuk melepaskan oksitosin. Oksitosin kemudian menyebabkan otot di sekitar kelenjar susu berkontraksi. Saat kelenjar berkontraksi, ASI terperas ke dalam saluran susu dan keluarlah dari payudara.

Oh ya, bila Bunda memang sedang tidak bisa menyusui langsung, misalnya karena harus bekerja dari kantor, cobalah melihat foto dan video si kecil sambil memompa. Hal seperti ini juga bisa membantu melepaskan hormon oksitosin yang melancarkan keluarnya ASI. Di kesempatan lain, Bunda juga bisa meminta bantuan Ayah untuk melakukan pijat oksitosin agar ASI semakin lancar.

Setelah mengenal dua hormon menyusui serta perbedaan perannya, semoga Bunda semakin mantap memberikan ASI bagi si kecil ya. Selamat berjuang

Continue Reading

Menyusui

Catat, Bun! Inilah Durasi Ketahanan ASIP di Berbagai Kondisi

mm

Published

on

ASIP tahan berapa lama
Berapa lama daya tahan ASIP tergantung pada lokasi penyimpanannya.

Air susu ibu perah atau ASIP adalah andalan bagi ibu yang sering beraktivitas di luar rumah dan tetap ingin memberikan ASI eksklusif bagi bayinya. Lazimnya, agar ASI yang sudah diperah dapat tahan lama, para ibu memanfaatkan freezer, kulkas, atau cooler bag sebagai penyimpanan. Ternyata, Bun, media penyimpanan ASIP yang Bunda pilih sangat menentukan berapa lama daya tahan ASIP, loh. 

Yuk, mari dicatat perbedaannya.

Suhu Ruang

Jika setelah memerah ASI Bunda lupa untuk menyimpannya di dalam kulkas, jangan terburu-buru membuangnya ya. Pasalnya, ASI yang disimpan dalam suhu ruang juga bisa bertahan selama beberapa jam. Begini rinciannya.

  • Baru diperah: tahan hingga 6-8 jam dalam suhu ruang.
  • Sudah dicairkan, tapi tidak dihangatkan: 4 jam dalam suhu ruang, bisa disimpan kembali dalam kulkas bagian bawah selama maksimal 24 jam.
  • Sudah dicairkan dan dihangatkan: baiknya segera dihabiskan, bisa disimpan kembali dalam kulkas bagian bawah selama maksimal 4 jam.

Cooler Bag + Ice Pack

Bagi ibu yang memerah ASI di luar rumah, seperti di kantor, cooler bag menjadi media penyimpanan ASI yang disarankan. Walau kantor Bunda menyediakan kulkas dengan freezer misalnya, cooler bag ditambah dengan ice pack adalah media penyimpanan yang lebih baik dengan daya tahan hingga 24 jam. 

Selain menghindari kontaminasi dengan makanan lain yang turut disimpan dalam kulkas atau freezer, cooler bag menjadi pilihan karena suhunya tidak sampai membekukan ASI. Ketika ASI hanya dingin dan tidak beku, Bunda dapat menyimpan ASIP di freezer setibanya di rumah. 

Sebaliknya, jika Bunda membekukan ASIP di freezer kantor lalu ASIP mencair sepanjang perjalanan menuju rumah, Bunda tidak bisa membekukannya kembali di dalam freezer. Paling-paling, ASIP hanya bisa disimpan di kulkas bagian bawah selama 24 jam saja.

Kulkas Bagian Bawah

Kulkas bagian bawah memiliki kisaran suhu 0-4 derajat celcius. Pada suhu ini, daya tahan ASIP bervariasi tergantung kondisi ketika ia disimpan. Seperti ini detailnya, Bun.

  • Baru diperah: ASIP optimal digunakan hingga 3 hari dan dapat bertahan paling lama 8 hari.
  • Sudah dicairkan, tapi tidak dihangatkan: daya tahan hingga 24 jam.
  • Sudah dicairkan dan dihangatkan: daya tahan hingga 4 jam

Freezer

Penyimpanan ASIP dalam freezer hanya disarankan untuk ASI yang baru diperah. ASIP yang sudah dicairkan ataupun dihangatkan tidak disarankan untuk kembali dibekukan karena kandungan gizinya akan menurun. Beginilah daya tahan ASIP di berbagai jenis freezer.

  • Lemari es 1 pintu: daya tahan 2 minggu
  • Lemari es 2 pintu: disarankan untuk dikonsumsi dalam kurun waktu 3 bulan, tetapi masih dapat dipakai hingga waktu 6 bulan.
  • Lemari freezer: disarankan untuk dikonsumsi dalam kurun waktu 6 bulan, tetapi masih dapat dipakai hingga waktu 12 bulan.

Manajemen Penyimpanan ASIP

Bunda juga perlu tahu bahwa tata kelola penyimpanan ASIP lebih baik menggunakan sistem LIFO (last in first out). Artinya, ASIP terakhir yang dimasukkan ke dalam freezer adalah yang lebih dulu dikeluarkan. Pasalnya, komposisi ASI terus berubah mengikuti kondisi terkini si kecil sehingga ASI terakhirlah yang paling pas untuk memenuhi kebutuhannya saat ini. 

Lalu, bagaimana dong dengan ASIP yang lebih dulu disimpan? Jika memang ASIP terdahulu sudah telanjur banyak stoknya, Bunda bisa memberikannya kepada bayi dengan cara diselang-seling. Misalnya, pagi menggunakan ASIP baru dan siang menggunakan ASIP lama.

Saat menyimpan ASIP, jangan lupa menuliskan tanggal dan jam perah. Tanggal untuk mengetahui batas kedaluwarsa ASIP dan jam untuk mengetahui kapan ASIP harus dikeluarkan. Soalnya, kandungan ASI pada pagi dan malam hari berbeda, Bun. 

ASI pada pagi hari mengandung hormon kortisol yang berfungsi membuat bayi terjaga, sedangkan ASI malam hari mengandung melatonin yang dapat membuat si kecil mengantuk. Bila tertukar, khawatirnya waktu tidur si kecil jadi kacau.

Tips Mencairkan ASIP

ASI sangat sensitif terhadap perubahan suhu mendadak. Karena itu, jangan langsung panaskan ASIP yang masih beku. Untuk mencairkan ASIP, lebih baik turunkan dulu ASIP ke kulkas bagian bawah dan biarkan mencair dengan sendirinya. Setelah mencair, baru pindahkan ke suhu ruang atau dihangatkan. 

Untuk menghangatkannya, Bunda bisa menggunakan penghangat ASI elektrik atau rendam dalam mangkuk berisi air hangat. Jangan hangatkan ASI di dalam air mendidih di atas kompor.

Jika ASIP dibutuhkan segera, keluarkan ASI beku dan segera kucurkan di bawah air mengalir. Bila ASIP sudah agak mencair, barulah Bunda bisa menghangatkannya dengan cara yang sama seperti di atas.

Itulah informasi mengenai berapa lama daya tahan ASIP beserta tips mengenai manajemen penyimpanan ASI serta cara mencairkannya. Semoga bermanfaat ya, Bun.

Continue Reading

Trending