fbpx
Connect with us

Air Susu Ibu

Fakta Tentang Hindmilk dan Foremilk yang Harus Bunda Tahu

mm

Published

on

fakta tentang hindmilk dan foremilk

Istilah hindmilk dan foremilk mungkin masih terdengar asing di telinga. Untuk memahaminya, mari simak beberapa fakta berikut.

Setelah melahirkan, seorang ibu pasti akan memproduksi ASI. Dalam dunia kedokteran, ASI yang dihasilkan tersebut terbagi dalam dua jenis, yaitu ASI depan (foremilk) dan ASI belakang (hindmilk). Istilah ini sebenarnya dibuat untuk membedakan ASI yang keluar pada sesi awal dan akhir menyusui.

Foremilk yang dikeluarkan pada sesi awal dianggap memiliki kandungan laktosa tinggi dan rendah lemak. Sedangkan hindmilk yang keluar saat menyusui akan berakhir memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi. Menurut sebuah penelitian, foremilk yang Bunda hasilkan dianggap mampu memberikan energi dan menstimulasi perkembangan otak.

perbedaan formelik dan hindmilk

Sementara hindmilk yang memiliki kandungan lemak tinggi berperan aktif dalam meningkatkan pertumbuhan dan menambah berat badan bayi. Jadi sebenarnya, dua bagian ASI ini sama pentingnya bagi tumbuh kembang bayi. Nah, untuk lebih memahami mari kita bahas beberapa fakta tentang hindmilk dan foremilk. Di antaranya:

1. Pemberian hindmilk dan foremilk harus seimbang

Karena memiliki fungsi yang berbeda, pemberian dua bagian ASI ini harus dilakukan secara seimbang. Jika tidak, hal tersebut tentu saja dapat memengaruhi proses tumbuh kembang bayi. Misalnya, bayi yang terlalu banyak mendapatkan ASI foremilk akan mengalami kelebihan laktosa yang membuat pencernaannya bermasalah.

Agar seimbang, susui bayi dengan satu payudara sampai kosong lalu ganti dengan payudara lain. Untuk mengetahui apakah bayi mendapat asupan ASI yang seimbang, Bunda bisa melihat warna fesesnya. Bayi yang mendapatkan ASI seimbang warna fesesnya cokelat keemasan. Jadi jika tidak berwarna seperti itu, Bunda patut waspada.

2. Jumlah ASI hindmilk dan foremilk pada payudara berbeda

Secara alami tubuh Bunda akan memproduksi hindmilk dan foremilk sesuai dengan kebutuhan bayi. Foremilk biasanya akan lebih sering diproduksi saat siang hari karena pada saat itu, bayi membutuhkan asupan protein dan laktosa untuk beraktivitas. Sedangkan produksi hindmilk cenderung lebih banyak saat malam hari karena lemak yang dibutuhkan bayi akan membuat tidurnya lebih kenyang dan puas.

Bayi yang lebih tahu pasti berapa banyak ASI yang ia butuhkan. Jadi, tidak ada yang tahu pasti setelah berapa menit menyusu foremilk berganti dengan Hindmilk, karena perubahan tersebut berlangsung secara bertahap. Yang penting, pastikan selalu bayi mendapatkan keduanya. Tak perlu memikirkan berapa banyak lemak yang di dapat setiap kali menyusui. Jika waktu menyusu cukup dan bayi menyusu secara efektif, lemak pasti akan diperoleh.

3. Produksi hindmilk dan foremilk berkualitas tergantung nutrisi ibu

Agar ASI yang diberikan pada bayi memiliki kandungan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, Bunda harus mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dan bermanfaat. Beberapa asupan gizi yang harus dipenuhi ibu menyusui adalah protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin.

Agar tubuh mendapatkan asupan gizi yang seimbang untuk produksi ASI yang berkualitas, aturlah pola makan Bunda selama menyusui. Untuk beberapa saat, hindari atau batasi makanan tinggi lemak dan junk food yang dapat memengaruhi kualitas ASI.

Itulah beberapa fakta menarik tentang hindmilk dan foremilk yang bisa dijadikan referensi untuk menghasilkan ASI yang berkualitas bagi bayi.

Semakin sering Bunda mengosongkan payudara akan semakin tinggi kadar lemak yang akan didapatkan dalam payudara baik kanan dan kiri, karena semakin lama jarak waktu antar menyusui, maka foremilk akan semakin banyak terkumpul didepan dan lemak akan semakin tertumpuk di saluran ASI, sehingga butuh waktu semakin lama untuk membuat lemak-lemak ASI keluar dari salurannya.

Maka dari itu penting untuk sering-sering mengosongkan payudara kalau ingin lemak ASI bisa cepat keluar. Hindmilk mulai terbentuk ketika kadar air susu dalam payudara berkurang. Semakin sedikit jumlah air susu, semakin tinggi kadar hindmilk-nya.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Air Susu Ibu

ASI Keluar saat Hamil, Apa Sebabnya?

mm

Published

on

asi keluar saat hamil

Berbagai perubahan akan terjadi pada tubuh Bunda ketika hamil. Tidak hanya dalam rangka menjaga pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi juga dalam upaya mempersiapkan diri saat si kecil lahir nanti. Salah satu perubahan yang mulai terasa adalah air susu ibu atau ASI keluar saat hamil. 

Ya, beberapa ibu sudah mengalami ASI keluar saat hamil, bahkan di pertengahan usia kehamilan. Namun ada juga ibu hamil yang baru merasakan ASI keluar di trimester akhir kehamilan. Sebagian ibu hamil bahkan tidak merasakan ASI keluar. Sebenarnya, apa yang membedakan dan bagaimana proses produksi ASI pada ibu hamil ini? Dan apa yang dapat Bunda lakukan jika mengalami ASI keluar saat hamil?

Penyebab ASI keluar saat hamil? 

Ketika hamil, tubuh Bunda mulai memproduksi kolostrum sebagai persiapan persalinan nanti. Proses pembentukan kolostrum ini sudah dimulai sejak usia kehamilan 14 minggu atau di trimester pertama. Tentu saja tidak seperti perubahan perut yang terasa dan terlihat, produksi kolostrum ini berlangsung “secara diam-diam” tanpa Bunda sadari. 

Kolostrum itu sendiri merupakan cairan berwarna kuning kental yang akan keluar setelah melahirkan dan hanya keluar selama beberapa hari. Kolostrum merupakan sumber nutrisi yang amat baik untuk bayi baru lahir, terutama dalam membantu bayi meningkatkan ketahanan tubuhnya. 

ASI yang menetes keluar dari puting saat Bunda hamil merupakan tanda bahwa tubuh juga sudah memproduksi hormon prolaktin, yang bertanggung jawab terhadap produksi air susu ibu. Biasanya hormon ini mulai terbentuk di trimester ketiga kehamilan

Faktanya adalah, begitu banyak hormon dalam tubuh Bunda yang kadarnya mengalami pasang-surut, khususnya  saat kehamilan ini. Tubuh berusaha keras menjaga keseimbangan antar-hormon, agar pada saat dibutuhkan nanti, ASI keluar pada waktu yang tepat. Akan tetapi, ketidakseimbangan wajar saja terjadi dan bukan suatu hal yang perlu terlalu dikhawatirkan. 

Untungnya, tubuh Bunda juga memproduksi hormon estrogen dan progesteron dalam kadar yang tinggi selama hamil. Khususnya di masa awal kehamilan. Kehadiran kedua hormon inilah yang mencegah prolaktin hadir dan memengaruhi tubuh Bunda. Itu sebabnya, ASI yang keluar saat hamil tidaklah banyak. 

Bagaimana mengatasi ASI yang keluar saat hamil?

Meski wajar terjadi, bukan tidak mungkin jika Bunda merasa terganggu dengan cairan yang bocor dari puting. Misalnya karena membuat pakaian Bunda basah. Lalu apa yang bisa Bunda lakukan? 

Jika ASI yang menetes tersebut tidak banyak atau hanya beberapa tetes, Bunda cukup mengatasinya dengan menggunakan breast pad atau bantalan pada bra yang Bunda kenakan

Ketika menggunakan bantalan payudara, sebaiknya Bunda selalu menggantinya jika mulai terasa basah atau berbau. Hal ini untuk menghindari terjadinya infeksi atau ruam di sekitar puting payudara Bunda. Pastikan juga ada ruang yang cukup nyaman di dalam bra untuk menyelipkan bantalan. Hindari menekan payudara terlalu keras saat mengenakan bantalan ini ya, Bun. 

Ada baiknya juga Bunda bersiaga dengan mengenakan pakaian yang warnanya mampu menyamarkan rembesan ASI, atau syal maupun jaket yang dapat digunakan untuk menutupi rembesan tersebut.

Hindari pula aktivitas yang dapat memicu keluarnya rembesan ASI. Misalnya gerakan olahraga yang menggesek puting dan menyebabkan keluarnya ASI. Aktivitas seks, terutama stimulasi pada puting juga bisa memicu keluarnya ASI. 

Namun jika jumlah kebocoran ASI dirasakan terlalu banyak dan sudah sangat mengganggu, ada baiknya jika Bunda berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan hal ini tidak disebabkan oleh hal yang tidak wajar.  
Pada dasarnya, produksi ASI memang sudah dimulai sejak hamil, jadi Bunda tidak perlu malu untuk membicarakan hal ini dengan tenaga kesehatan yang membantu Bunda. Bahkan ASI yang keluar saat hamil bisa dijadikan pertanda bahwa saat lahir nanti si kecil akan mendapatkan ASI pertamanya dari Bunda.

Continue Reading

Air Susu Ibu

Mengenal Prolaktin & Oksitosin, Hormon yang Berperan saat Menyusui

mm

Published

on

hormon menyusui
Prolaktin dan oksitosin adalah dua hormon menyusui yang memiliki peran berbeda.

Setelah melahirkan, masa menyusui pun tiba. Rasa deg-degan mungkin melanda mengingat banyak orang yang berkata bahwa proses menyusui kerap banyak drama. Sedikitnya ASI yang keluar dari payudara menjadi drama tersering yang dialami para bunda. Kalau sudah begini, pasti bingung rasanya karena si kecil hanya mengandalkan ASI sebagai asupan di 6 bulan pertama. 

Untuk mengatasi masalah tadi, kita perlu mencari tahu dulu akar masalahnya. Apakah masalahnya ada pada produksi ASI yang memang sedikit atau ASI yang tidak lancar keluar dari payudara? Pasalnya, berbeda masalah, berbeda pula nantinya hormon menyusui yang akan dirangsang.

Yap, ada dua hormon menyusui yang mungkin sudah akrab di telinga Bunda, yakni prolaktin dan oksitosin. Meski sama-sama hormon menyusui, ternyata keduanya memiliki peran yang berbeda dalam kesuksesan pemberian ASI. Apa Bedanya?

Peran Hormon Prolaktin

Prolaktin adalah hormon yang bertanggung jawab dalam memproduksi ASI. Hormon ini mulai bekerja sejak masa kehamilan loh, Bun. Hanya saja, tingginya kadar hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh plasenta mencegah prolaktin untuk memproduksi terlalu banyak ASI matur. Karena itulah, saat hamil Bunda akan mendapati ada ASI bening hingga kekuningan yang keluar dari payudara, tetapi tidak banyak jumlahnya.

Saat melahirkan, plasenta keluar dari tubuh Bunda, otomatis hormon estrogen dan progesteron yang tadinya tinggi mendadak menurun drastis. Ketika ini terjadi, meningkatlah hormon prolaktin untuk memproduksi lebih banyak ASI.

Meningkatkan Hormon Prolaktin dalam Tubuh

Hormon prolaktin yang meningkat setelah melahirkan belum cukup untuk memproduksi ASI yang melimpah. Bunda perlu menstimulasinya dengan rajin menyusui si kecil. Kalau si kecil belum terlalu jago menyusu, Bunda bisa mencoba cara lain, yakni dengan memompa payudara. Lakukan hal ini setiap 2 atau 3 jam sekali. Semakin sering Bunda menyusui, semakin banyak pula hormon prolaktin yang dilepaskan oleh otak. 

Eits, tapi meningkatnya hormon prolaktin tak serta-merta membuat ASI keluar dengan lancar ya. Soalnya, perihal satu ini bergantung pada peran hormon lain, yakni oksitosin.

Peran Hormon Oksitosin dalam Proses Menyusui

Bila hormon prolaktin bertugas memproduksi ASI, hormon oksitosinlah yang berperan untuk mengeluarkannya. Jadi, bisa saja produksi ASI Bunda sudah banyak, tapi tidak keluar dengan optimal karena kadar hormon oksitosin yang rendah. 

Inilah mengapa kadang terjadi kasus seperti ini: Bunda sudah memompa ASI dengan durasi yang lama dan kekuatan memompa yang tinggi, tapi payudara masih terasa penuh dan ASI yang keluar hanya sedikit. Kondisi seperti ini bisa terjadi ketika hormon prolaktin yang tinggi tidak dibarengi dengan kadar hormon oksitosin yang tinggi pula.

Cara Meningkatkan Hormon Oksitosin

Hormon oksitosin bisa meningkat ketika Bunda merasa aman, nyaman, dan bahagia. Namun, ketika menyusui, cara paling ampuh meningkatkan hormon oksitosin adalah dengan menyusui secara langsung. Ketika menyusui secara langsung atau direct breastfeeding, terjadi sentuhan kulit antara Bunda dan bayi, sentuhan itulah yang memicu keluarnya hormon oksitosin. Menyusui secara langsung juga bisa memicu let-down reflex, loh.

Ketika si kecil menempel di payudara Bunda dan memasukkan areola ke mulutnya, sel saraf di payudara akan mengirimkan sinyal ke otak untuk melepaskan oksitosin. Oksitosin kemudian menyebabkan otot di sekitar kelenjar susu berkontraksi. Saat kelenjar berkontraksi, ASI terperas ke dalam saluran susu dan keluarlah dari payudara.

Oh ya, bila Bunda memang sedang tidak bisa menyusui langsung, misalnya karena harus bekerja dari kantor, cobalah melihat foto dan video si kecil sambil memompa. Hal seperti ini juga bisa membantu melepaskan hormon oksitosin yang melancarkan keluarnya ASI. Di kesempatan lain, Bunda juga bisa meminta bantuan Ayah untuk melakukan pijat oksitosin agar ASI semakin lancar.

Setelah mengenal dua hormon menyusui serta perbedaan perannya, semoga Bunda semakin mantap memberikan ASI bagi si kecil ya. Selamat berjuang

Continue Reading

Air Susu Ibu

Ini yang Dapat Memengaruhi Rasa ASI Bunda

mm

Published

on

rasa asi

Bunda pernah penasaran nggak sih dengan rasa ASI yang Bunda produksi? Secara umum, rasa air susu ibu cenderung manis dan sedikit gurih. Meski demikian, seperti pada umumnya kita menerima rasa, setiap orang memiliki selera tersendiri. Dan seperti makanan lainnya, air susu ibu bisa diterima dengan rasa yang berbeda-beda oleh setiap orang. 

Rasa manis dan gurih Air Susu Ibu 

Pernah bertanya-tanya kenapa rasa air susu ibu cenderung manis? Ya, ASI mengandung laktosa susu. Memang, laktosa bukanlah tipe gula yang paling manis. Ada banyak jenis laktosa lain dengan kadar manis yang lebih tinggi dari ASI. Laktosa merupakan salah satu kandungan utama dalam air susu ibu, sehingga memberi rasa manis dalam susu ini.

Selain laktosa, ASI juga mengandung lemak. Kandungan lemak dalam susu ini memberi rasa gurih. Kandungan lemak ini akan muncul di produksi ASI bagian akhir (hindmilk), sementara awalnya ASI yang mengalir dari payudara Bunda mengandung lebih sedikit lemak (foremilk). 

Apa yang memengaruhi rasa ASI?

Selain rasa manis dan gurih, rasa air susu ibu juga dipengaruhi rasa makanan yang Bunda konsumsi setiap hari. Ketika Bunda mengonsumsi pola makan bergizi seimbang yang padat dengan sayur-sayuran dan buah-buahan, si kecil juga akan ‘mencicipi’ makanan sehat ini. 

Banyak ahli percaya, ketika si kecil tumbuh semakin besar dan mulai mengonsumsi makanan padat, ia akan lebih siap menerima makanan yang sudah dicicipinya melalui ASI. 

Selain makanan, hal ini juga memengaruhi rasa ASI

Perubahan rasa ASI juga bisa terjadi karena beberapa hal di bawah ini. Reaksi bayi terhadap rasa ASI yang berbeda juga akan bervariasi, ada yang menerimanya dengan baik, ada pula yang cenderung menyusui lebih sedikit, bahkan mogok menyusui.

Hormon

Perubahan tingkat hormon dalam tubuh, utamanya menjelang usai masa nifas, bisa mempengaruhi rasa air susu ibu loh, Bun. Tapi jangan salah kira, menyusui dapat tetap dilakukan ketika Bunda sedang menstruasi, kok. Begitu pula ketika Bunda hamil lagi, menyusui masih dimungkinkan asal Bunda tidak mengalami penyulit. 

Olahraga 

Meningkatnya asam laktat dan produksi keringat di kulit payudara yang timbul akibat olahraga berat bisa mengubah rasa ASI. Selama si kecil tidak masalah dengan perubahan rasa ini, olahraga bisa tetap dilakukan ya Bun. Tetapi jika si kecil terganggu, cobalah untuk berolahraga ringan-sedang saja. Selain itu coba lap keringat pada payudara Bunda sebelum mulai menyusui. 

Obat-obatan

Beberapa obat-obatan bisa mengubah rasa air susu Bunda. Jika Bunda baru mengonsumsi obat baru dan melihat si kecil tidak menyusui selahap biasanya, bisa jadi obat tersebut penyebabnya. Konsultasikan hal ini dengan dokter ya, Bun. 

Merokok

Penelitian menunjukkan bahwa air susu yang diproduksi seseorang setelah merokok akan mengandung rasa dan bau dari rokok tersebut. Jika Bunda merokok, sebaiknya lakukan setelah menyusui si kecil dan cobalah untuk tidak merokok setidaknya dua jam sebelum menyusui kembali.  

Alkohol 

Minum alkohol juga diketahui dapat memengaruhi rasa air susu ibu. Diperlukan waktu dua jam bagi alkohol yang dikonsumsi untuk keluar dari tubuh. Jika memang Bunda sulit untuk meninggalkan konsumsi alkohol, cobalah untuk menunggu setidaknya dua jam untuk menyusui atau memerah ASI. 

ASI Beku 

ASI perah atau ASIP beku yang dilumerkan bisa terasa dan berbau seperti sabun. Tak perlu khawatir, ASI yang dicairkan ini masih aman diberikan kepada si kecil. Hanya saja, mungkin ia tidak akan terlalu suka dengan rasa dan baunya. 

Mastitis

Mastitis adalah kondisi infeksi pada payudara yang dapat menyebabkan air susu memiliki rasa yang asin. Jika Bunda mengalami kondisi ini, tetaplah menyusui. Meski demikian, si kecil mungkin akan menolak menyusu pada sisi payudara yang mengalami infeksi. Ketika mengalami mastitis, Bunda perlu mengonsumsi antibiotik untuk mengatasinya. Sebab itu, sebaiknya konsultasi dengan dokter untuk penanganan yang tuntas. 

Produk perawatan tubuh

Lotion, krim, sabun, parfum, minyak aromaterapi, atau salep yang diaplikasikan di area payudara juga bisa memengaruhi rasa asi ya, Bun. Jika mengenakan salah satu dari produk tersebut, pastikan Bunda membersihkan area kulit di sekitar payudara sebelum menyusui si kecil. 

Untuk memastikan kualitas ASI, terutama asi perah, tidak masalah jika Bunda mencicipi air susu sendiri. Pencicipan ini juga bisa dilakukan oleh suami atau anggota keluarga lain, namun pastikan mereka mencoba di wadah terpisah dari yang akan digunakan untuk memberi ASI ke si kecil, ya.

Continue Reading

Trending