Menyusui
Tips Memompa ASI untuk Ibu yang Bekerja
Bekerja bukan menjadi penghalang bagi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif bagi sang buah hati. Pompa ASI menjadi salah satu alternatif yang bisa dicoba. Simak tipsnya berikut ini.
Para ahli berpendapat bahwa pemberian ASI eksklusif untuk sang buah hati hingga usianya menginjak enam bulan merupakan hal yang penting dilakukan. Setelahnya, pemberian ASI bisa dipadukan dengan Makanan Pendamping ASI atau MPASI hingga usia Si Kecil menginjak dua tahun atau lebih. ASI memiliki kandungan gizi lengkap yang baik untuk tumbuh kembang bayi, terlebih dengan sistem pencernaannya yang belum terbentuk sempurna. Selain itu, ASI juga baik untuk meningkatkan imunitas anak.
Namun, masalah akan muncul pada ibu yang bekerja. Tiga bulan selepas melahirkan, Bunda harus kembali bekerja. Ini artinya, Bunda hanya memiliki waktu intens bersama sang buah hati selama tiga bulan. Lalu, bagaimana caranya supaya Bunda tetap bisa memberikan ASI eksklusif pada Si Kecil sembari bekerja? Jangan khawatir, karena Bunda bisa menyimpan ASI Perah untuk diberikan kepada si kecil saat Bunda bekerja.
Baca juga: Tips Memilih Pompa ASI Berdasarkan Kebutuhan Ibu
Pada dasarnya, memerah ASI bisa dilakukan secara tradisional dengan menggunakan tangan atau menggunakan alat bantu berupa pompa ASI, baik manual maupun elektrik. Memompa ASI dengan tangan memang cenderung lebih lama dibandingkan dengan menggunakan pompa. Namun cara ini jelas tidak memerlukan alat bantu, sehingga Bunda bisa melakukannya kapan saja dan di mana saja. Pun lebih praktis karena tidak perlu bolak-balik mencuci pompa. Meski kebersihan tangan dan wadah penampung ASI tetap harus dijaga.
Tips Memompa ASI untuk Ibu yang Bekerja
Tidak ada alasan tidak sempat memberikan ASI eksklusif pada sang buah hati ketika Bunda bekerja dengan bantuan pompa ASI. Berikut tips mudah melakukan pompa ASI agar Si Kecil tetap mendapat ASI eksklusif selama enam bulan pertama usianya:
1. Mintalah Bantuan
Supaya beban Bunda lebih ringan, mintalah bantuan Ayah atau asisten rumah tangga untuk membersihkan peralatan pompa ASI dan mengepaknya ke dalam tas. Esoknya, Bunda tak perlu repot lagi harus membersihkan sekaligus merapikannya ke dalam tas pompa.
2. Miliki Persediaan
Sebaiknya, Bunda memiliki satu set perlengkapan pompa ASI cadangan. Hal ini untuk mencegah Bunda harus selalu mencuci pompa setiap saat, terlebih ketika sedang berada di kantor. Bunda pun bisa menyimpan satu set perlengkapan pompa ASI di kantor untuk berjaga-jaga jika ternyata ada bagian perlengkapan pompa yang lupa dibawa.
3. Kenakan Pakaian yang Nyaman
Pakaian akan menentukan kenyamanan Bunda dalam memerah ASI untuk sang buah hati di kantor. Agar Bunda tidak kesulitan dalam memompa ASI, sebaiknya kenakan kemeja dengan kancing di bagian depannya. Ada pula jenis bra khusus yang akan memudahkan Bunda memompa ASI tanpa perlu membuka seluruhnya.
4. Cari Ruang Kosong yang Nyaman untuk Memompa ASI
Memompa ASI akan lebih nyaman jika kantor Bunda memiliki ruangan khusus untuk ibu menyusui. Namun, jika tidak, Bunda bisa menggunakan ruangan kosong untuk memompa ASI. Pastikan ruangan tersebut nyaman untuk Bunda melakukan aktivitas ini, ya!
5. Buat Diri Senyaman Mungkin
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ibu menyusui yang kerap mendengarkan musik relaksasi selama kurang lebih 20 menit cenderung memiliki produksi susu yang lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukannya. Bunda bisa mendapatkan musik-musik relaksasi melalui YouTube atau aplikasi musik lainnya. Kalau perlu, buat playlist khusus yang didengarkan untuk memerah ASI.
6. Pastikan Ada Tempat Penyimpanan
Apakah ada kulkas di kantor Bunda? Jika ada, Bunda bisa menggunakannya untuk tempat menyimpan ASI yang sudah dipompa. Bunda hanya perlu menyiapkan botol yang higienis untuk wadah menampung ASI. Jangan lupa berikan tanggal dan waktu kapan Bunda memompanya demi menghindari kedaluwarsa sebelum ASI sempat dikonsumsi. Namun, apabila Bunda malu untuk menitipkan ASI di kulkas, Bunda bisa membawa cooler bag yang memiliki daya tahan lebih lama dalam menjaga kesegaran ASI.
7. Pompa ASI Secara Teratur
Bunda, sebisa mungkin hindari melakukan skip pompa. Biasanya, kesibukan pekerjaan membuat Bunda lupa harus memompa ASI untuk sang buah hati. Sebaiknya, pasang alarm yang mengingatkan Bunda kapan waktunya harus melakukan pompa ASI. Idealnya, pompa ASI dilakukan setiap dua hingga tiga jam sekali.
Bunda perlu tahu bahwa produksi ASI dalam tubuh bergantung pada permintaan sang buah hati atau seberapa sering Si Kecil menyusu. Jadi, setiap kali Bunda melupakan jadwal pompa, maka secara otomatis tubuh akan merespons bahwa permintaan ASI telah berkurang. Nantinya, ini akan menyebabkan produksi ASI menjadi lebih sedikit, padahal Si Kecil masih membutuhkannya dalam jumlah banyak.
8. Perhatikan Waktu untuk Membekukan ASI
Membekukan ASI banyak dilakukan oleh Bunda yang terbilang sibuk oleh padatnya aktivitas. Namun, sebaiknya Bunda melakukan pembekuan ASI cukup satu kali saja dalam seminggu. Susu segar mengandung nutrisi yang membantu menunjang tumbuh kembang serta daya tahan tubuh anak lebih optimal.
Jika diletakkan dalam suhu 25 derajat Celcius, ASI akan memiliki daya tahan hingga enam jam. Semakin dingin suhu penyimpanannya, maka ASI akan lebih tahan lama. Namun, sebaiknya Bunda tidak menyimpan ASI terlalu lama, karena proses pembekuan kemungkinan menyebabkan hilangnya beberapa nutrisi penting di dalamnya. Semakin lama ASI disimpan, kandungan vitamin C di dalamnya perlahan akan semakin berkurang.
9. Mencairkan ASI Beku? Begini Caranya
Selain waktu pembekuan, Bunda juga perlu tahu bagaimana caranya mencairkan ASI beku. Proses pencairan ASI beku akan menyebabkan terjadinya perubahan pada aroma, konsistensi atau kepadatan, dan warnanya. Tidak aneh jika Bunda mendapati adanya endapan di bagian dasar ketika menyimpan ASI di dalam kulkas. Cukup menggoyang-goyangnya lembut dengan gerakan memutar agar susu bisa tercampur kembali. Jangan mengocoknya dengan terlalu keras karena akan dapat merusak kualitas ASI.
Bunda bisa menggunakan penghangat ASI elektrik untuk mencairkan ASI beku. Jika tidak punya, siapkan air hangat dalam mangkuk atau panci dan letakkan botol kaca penyimpan ASI di dalamnya, lalu diamkan beberapa saat. Namun, apabila Si Kecil sangat membutuhkan ASI, Bunda bisa mencairkannya dengan siraman air mengalir pada suhu normal, lalu lanjutkan dengan menggunakan air hangat. Perlu diingat, hindari mencairkan ASI di microwave atau langsung diatas kompor, karena suhu yang terlalu panas justru dapat merusak kandungan nutrisi dalam ASI.
Jadi, meski tetap sibuk bekerja dan padat oleh aktivitas, Bunda tetap bisa menyiapkan ASI eksklusif untuk sang buah hati. Bunda ingin mendapatkan informasi terbaru seputar kehamilan, persalinan, dan parenting? Yuk unduh aplikasi Sehati yang sudah tersedia di Play Store atau App Store. Selain itu, jangan lupa juga untuk like Facebook dan follow Instagram Ibu Sehati, ya, Bunda. Semoga bermanfaat.
Air Susu Ibu
ASI Keluar saat Hamil, Apa Sebabnya?
Berbagai perubahan akan terjadi pada tubuh Bunda ketika hamil. Tidak hanya dalam rangka menjaga pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi juga dalam upaya mempersiapkan diri saat si kecil lahir nanti. Salah satu perubahan yang mulai terasa adalah air susu ibu atau ASI keluar saat hamil.
Ya, beberapa ibu sudah mengalami ASI keluar saat hamil, bahkan di pertengahan usia kehamilan. Namun ada juga ibu hamil yang baru merasakan ASI keluar di trimester akhir kehamilan. Sebagian ibu hamil bahkan tidak merasakan ASI keluar. Sebenarnya, apa yang membedakan dan bagaimana proses produksi ASI pada ibu hamil ini? Dan apa yang dapat Bunda lakukan jika mengalami ASI keluar saat hamil?
Penyebab ASI keluar saat hamil?
Ketika hamil, tubuh Bunda mulai memproduksi kolostrum sebagai persiapan persalinan nanti. Proses pembentukan kolostrum ini sudah dimulai sejak usia kehamilan 14 minggu atau di trimester pertama. Tentu saja tidak seperti perubahan perut yang terasa dan terlihat, produksi kolostrum ini berlangsung “secara diam-diam” tanpa Bunda sadari.
Kolostrum itu sendiri merupakan cairan berwarna kuning kental yang akan keluar setelah melahirkan dan hanya keluar selama beberapa hari. Kolostrum merupakan sumber nutrisi yang amat baik untuk bayi baru lahir, terutama dalam membantu bayi meningkatkan ketahanan tubuhnya.
ASI yang menetes keluar dari puting saat Bunda hamil merupakan tanda bahwa tubuh juga sudah memproduksi hormon prolaktin, yang bertanggung jawab terhadap produksi air susu ibu. Biasanya hormon ini mulai terbentuk di trimester ketiga kehamilan.
Faktanya adalah, begitu banyak hormon dalam tubuh Bunda yang kadarnya mengalami pasang-surut, khususnya saat kehamilan ini. Tubuh berusaha keras menjaga keseimbangan antar-hormon, agar pada saat dibutuhkan nanti, ASI keluar pada waktu yang tepat. Akan tetapi, ketidakseimbangan wajar saja terjadi dan bukan suatu hal yang perlu terlalu dikhawatirkan.
Untungnya, tubuh Bunda juga memproduksi hormon estrogen dan progesteron dalam kadar yang tinggi selama hamil. Khususnya di masa awal kehamilan. Kehadiran kedua hormon inilah yang mencegah prolaktin hadir dan memengaruhi tubuh Bunda. Itu sebabnya, ASI yang keluar saat hamil tidaklah banyak.
Bagaimana mengatasi ASI yang keluar saat hamil?
Meski wajar terjadi, bukan tidak mungkin jika Bunda merasa terganggu dengan cairan yang bocor dari puting. Misalnya karena membuat pakaian Bunda basah. Lalu apa yang bisa Bunda lakukan?
Jika ASI yang menetes tersebut tidak banyak atau hanya beberapa tetes, Bunda cukup mengatasinya dengan menggunakan breast pad atau bantalan pada bra yang Bunda kenakan.
Ketika menggunakan bantalan payudara, sebaiknya Bunda selalu menggantinya jika mulai terasa basah atau berbau. Hal ini untuk menghindari terjadinya infeksi atau ruam di sekitar puting payudara Bunda. Pastikan juga ada ruang yang cukup nyaman di dalam bra untuk menyelipkan bantalan. Hindari menekan payudara terlalu keras saat mengenakan bantalan ini ya, Bun.
Ada baiknya juga Bunda bersiaga dengan mengenakan pakaian yang warnanya mampu menyamarkan rembesan ASI, atau syal maupun jaket yang dapat digunakan untuk menutupi rembesan tersebut.
Hindari pula aktivitas yang dapat memicu keluarnya rembesan ASI. Misalnya gerakan olahraga yang menggesek puting dan menyebabkan keluarnya ASI. Aktivitas seks, terutama stimulasi pada puting juga bisa memicu keluarnya ASI.
Namun jika jumlah kebocoran ASI dirasakan terlalu banyak dan sudah sangat mengganggu, ada baiknya jika Bunda berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan hal ini tidak disebabkan oleh hal yang tidak wajar.
Pada dasarnya, produksi ASI memang sudah dimulai sejak hamil, jadi Bunda tidak perlu malu untuk membicarakan hal ini dengan tenaga kesehatan yang membantu Bunda. Bahkan ASI yang keluar saat hamil bisa dijadikan pertanda bahwa saat lahir nanti si kecil akan mendapatkan ASI pertamanya dari Bunda.
Air Susu Ibu
Mengenal Prolaktin & Oksitosin, Hormon yang Berperan saat Menyusui
Setelah melahirkan, masa menyusui pun tiba. Rasa deg-degan mungkin melanda mengingat banyak orang yang berkata bahwa proses menyusui kerap banyak drama. Sedikitnya ASI yang keluar dari payudara menjadi drama tersering yang dialami para bunda. Kalau sudah begini, pasti bingung rasanya karena si kecil hanya mengandalkan ASI sebagai asupan di 6 bulan pertama.
Untuk mengatasi masalah tadi, kita perlu mencari tahu dulu akar masalahnya. Apakah masalahnya ada pada produksi ASI yang memang sedikit atau ASI yang tidak lancar keluar dari payudara? Pasalnya, berbeda masalah, berbeda pula nantinya hormon menyusui yang akan dirangsang.
Yap, ada dua hormon menyusui yang mungkin sudah akrab di telinga Bunda, yakni prolaktin dan oksitosin. Meski sama-sama hormon menyusui, ternyata keduanya memiliki peran yang berbeda dalam kesuksesan pemberian ASI. Apa Bedanya?
Peran Hormon Prolaktin
Prolaktin adalah hormon yang bertanggung jawab dalam memproduksi ASI. Hormon ini mulai bekerja sejak masa kehamilan loh, Bun. Hanya saja, tingginya kadar hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh plasenta mencegah prolaktin untuk memproduksi terlalu banyak ASI matur. Karena itulah, saat hamil Bunda akan mendapati ada ASI bening hingga kekuningan yang keluar dari payudara, tetapi tidak banyak jumlahnya.
Saat melahirkan, plasenta keluar dari tubuh Bunda, otomatis hormon estrogen dan progesteron yang tadinya tinggi mendadak menurun drastis. Ketika ini terjadi, meningkatlah hormon prolaktin untuk memproduksi lebih banyak ASI.
Meningkatkan Hormon Prolaktin dalam Tubuh
Hormon prolaktin yang meningkat setelah melahirkan belum cukup untuk memproduksi ASI yang melimpah. Bunda perlu menstimulasinya dengan rajin menyusui si kecil. Kalau si kecil belum terlalu jago menyusu, Bunda bisa mencoba cara lain, yakni dengan memompa payudara. Lakukan hal ini setiap 2 atau 3 jam sekali. Semakin sering Bunda menyusui, semakin banyak pula hormon prolaktin yang dilepaskan oleh otak.
Eits, tapi meningkatnya hormon prolaktin tak serta-merta membuat ASI keluar dengan lancar ya. Soalnya, perihal satu ini bergantung pada peran hormon lain, yakni oksitosin.
Peran Hormon Oksitosin dalam Proses Menyusui
Bila hormon prolaktin bertugas memproduksi ASI, hormon oksitosinlah yang berperan untuk mengeluarkannya. Jadi, bisa saja produksi ASI Bunda sudah banyak, tapi tidak keluar dengan optimal karena kadar hormon oksitosin yang rendah.
Inilah mengapa kadang terjadi kasus seperti ini: Bunda sudah memompa ASI dengan durasi yang lama dan kekuatan memompa yang tinggi, tapi payudara masih terasa penuh dan ASI yang keluar hanya sedikit. Kondisi seperti ini bisa terjadi ketika hormon prolaktin yang tinggi tidak dibarengi dengan kadar hormon oksitosin yang tinggi pula.
Cara Meningkatkan Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin bisa meningkat ketika Bunda merasa aman, nyaman, dan bahagia. Namun, ketika menyusui, cara paling ampuh meningkatkan hormon oksitosin adalah dengan menyusui secara langsung. Ketika menyusui secara langsung atau direct breastfeeding, terjadi sentuhan kulit antara Bunda dan bayi, sentuhan itulah yang memicu keluarnya hormon oksitosin. Menyusui secara langsung juga bisa memicu let-down reflex, loh.
Ketika si kecil menempel di payudara Bunda dan memasukkan areola ke mulutnya, sel saraf di payudara akan mengirimkan sinyal ke otak untuk melepaskan oksitosin. Oksitosin kemudian menyebabkan otot di sekitar kelenjar susu berkontraksi. Saat kelenjar berkontraksi, ASI terperas ke dalam saluran susu dan keluarlah dari payudara.
Oh ya, bila Bunda memang sedang tidak bisa menyusui langsung, misalnya karena harus bekerja dari kantor, cobalah melihat foto dan video si kecil sambil memompa. Hal seperti ini juga bisa membantu melepaskan hormon oksitosin yang melancarkan keluarnya ASI. Di kesempatan lain, Bunda juga bisa meminta bantuan Ayah untuk melakukan pijat oksitosin agar ASI semakin lancar.
Setelah mengenal dua hormon menyusui serta perbedaan perannya, semoga Bunda semakin mantap memberikan ASI bagi si kecil ya. Selamat berjuang
Menyusui
Catat, Bun! Inilah Durasi Ketahanan ASIP di Berbagai Kondisi
Air susu ibu perah atau ASIP adalah andalan bagi ibu yang sering beraktivitas di luar rumah dan tetap ingin memberikan ASI eksklusif bagi bayinya. Lazimnya, agar ASI yang sudah diperah dapat tahan lama, para ibu memanfaatkan freezer, kulkas, atau cooler bag sebagai penyimpanan. Ternyata, Bun, media penyimpanan ASIP yang Bunda pilih sangat menentukan berapa lama daya tahan ASIP, loh.
Yuk, mari dicatat perbedaannya.
Suhu Ruang
Jika setelah memerah ASI Bunda lupa untuk menyimpannya di dalam kulkas, jangan terburu-buru membuangnya ya. Pasalnya, ASI yang disimpan dalam suhu ruang juga bisa bertahan selama beberapa jam. Begini rinciannya.
- Baru diperah: tahan hingga 6-8 jam dalam suhu ruang.
- Sudah dicairkan, tapi tidak dihangatkan: 4 jam dalam suhu ruang, bisa disimpan kembali dalam kulkas bagian bawah selama maksimal 24 jam.
- Sudah dicairkan dan dihangatkan: baiknya segera dihabiskan, bisa disimpan kembali dalam kulkas bagian bawah selama maksimal 4 jam.
Cooler Bag + Ice Pack
Bagi ibu yang memerah ASI di luar rumah, seperti di kantor, cooler bag menjadi media penyimpanan ASI yang disarankan. Walau kantor Bunda menyediakan kulkas dengan freezer misalnya, cooler bag ditambah dengan ice pack adalah media penyimpanan yang lebih baik dengan daya tahan hingga 24 jam.
Selain menghindari kontaminasi dengan makanan lain yang turut disimpan dalam kulkas atau freezer, cooler bag menjadi pilihan karena suhunya tidak sampai membekukan ASI. Ketika ASI hanya dingin dan tidak beku, Bunda dapat menyimpan ASIP di freezer setibanya di rumah.
Sebaliknya, jika Bunda membekukan ASIP di freezer kantor lalu ASIP mencair sepanjang perjalanan menuju rumah, Bunda tidak bisa membekukannya kembali di dalam freezer. Paling-paling, ASIP hanya bisa disimpan di kulkas bagian bawah selama 24 jam saja.
Kulkas Bagian Bawah
Kulkas bagian bawah memiliki kisaran suhu 0-4 derajat celcius. Pada suhu ini, daya tahan ASIP bervariasi tergantung kondisi ketika ia disimpan. Seperti ini detailnya, Bun.
- Baru diperah: ASIP optimal digunakan hingga 3 hari dan dapat bertahan paling lama 8 hari.
- Sudah dicairkan, tapi tidak dihangatkan: daya tahan hingga 24 jam.
- Sudah dicairkan dan dihangatkan: daya tahan hingga 4 jam
Freezer
Penyimpanan ASIP dalam freezer hanya disarankan untuk ASI yang baru diperah. ASIP yang sudah dicairkan ataupun dihangatkan tidak disarankan untuk kembali dibekukan karena kandungan gizinya akan menurun. Beginilah daya tahan ASIP di berbagai jenis freezer.
- Lemari es 1 pintu: daya tahan 2 minggu
- Lemari es 2 pintu: disarankan untuk dikonsumsi dalam kurun waktu 3 bulan, tetapi masih dapat dipakai hingga waktu 6 bulan.
- Lemari freezer: disarankan untuk dikonsumsi dalam kurun waktu 6 bulan, tetapi masih dapat dipakai hingga waktu 12 bulan.
Manajemen Penyimpanan ASIP
Bunda juga perlu tahu bahwa tata kelola penyimpanan ASIP lebih baik menggunakan sistem LIFO (last in first out). Artinya, ASIP terakhir yang dimasukkan ke dalam freezer adalah yang lebih dulu dikeluarkan. Pasalnya, komposisi ASI terus berubah mengikuti kondisi terkini si kecil sehingga ASI terakhirlah yang paling pas untuk memenuhi kebutuhannya saat ini.
Lalu, bagaimana dong dengan ASIP yang lebih dulu disimpan? Jika memang ASIP terdahulu sudah telanjur banyak stoknya, Bunda bisa memberikannya kepada bayi dengan cara diselang-seling. Misalnya, pagi menggunakan ASIP baru dan siang menggunakan ASIP lama.
Saat menyimpan ASIP, jangan lupa menuliskan tanggal dan jam perah. Tanggal untuk mengetahui batas kedaluwarsa ASIP dan jam untuk mengetahui kapan ASIP harus dikeluarkan. Soalnya, kandungan ASI pada pagi dan malam hari berbeda, Bun.
ASI pada pagi hari mengandung hormon kortisol yang berfungsi membuat bayi terjaga, sedangkan ASI malam hari mengandung melatonin yang dapat membuat si kecil mengantuk. Bila tertukar, khawatirnya waktu tidur si kecil jadi kacau.
Tips Mencairkan ASIP
ASI sangat sensitif terhadap perubahan suhu mendadak. Karena itu, jangan langsung panaskan ASIP yang masih beku. Untuk mencairkan ASIP, lebih baik turunkan dulu ASIP ke kulkas bagian bawah dan biarkan mencair dengan sendirinya. Setelah mencair, baru pindahkan ke suhu ruang atau dihangatkan.
Untuk menghangatkannya, Bunda bisa menggunakan penghangat ASI elektrik atau rendam dalam mangkuk berisi air hangat. Jangan hangatkan ASI di dalam air mendidih di atas kompor.
Jika ASIP dibutuhkan segera, keluarkan ASI beku dan segera kucurkan di bawah air mengalir. Bila ASIP sudah agak mencair, barulah Bunda bisa menghangatkannya dengan cara yang sama seperti di atas.
Itulah informasi mengenai berapa lama daya tahan ASIP beserta tips mengenai manajemen penyimpanan ASI serta cara mencairkannya. Semoga bermanfaat ya, Bun.
-
Kehamilan4 years ago
Bun, Ini Prosedur Periksa Kehamilan dengan BPJS yang Perlu Diketahui!
-
Pasca4 years ago
Bagaimana Mengetahui Jahitan Kering Pasca Melahirkan Normal?
-
Kehamilan5 years ago
Bagaimana Jika Tinggi Fundus Uteri Kurang dari yang Seharusnya?
-
Kehamilan6 years ago
Bunda, Ini Pentingnya Menghitung Tinggi Fundus Pada Saat Hamil
-
Persalinan5 years ago
Ini yang Akan Bunda Alami Saat Melahirkan dengan Induksi
-
Kehamilan4 years ago
Adakah Gerakan Fisik Tertentu yang Bisa Menyebabkan Keguguran?
-
Kehamilan6 years ago
Ini Fakta Seputar Perut Hamil Bunda
-
Kehamilan6 years ago
5 Jenis Infeksi yang Menyebabkan Cacat Janin