Menyusui
Bunda, Amankah Diet saat Menyusui?
Setelah melahirkan, saat ini bunda sedang masuk kedalam fase menyusui si kecil, namun terganggu dengan bentuk tubuh ya, bun. Apakah boleh diet?
Bunda, selama melahirkan berat badan wajarnya Bunda mengalami kenaikan berat badan. Setelah bayi dilahirkan, berat badan berkurang sekitar 3 – 5kg dikarenakan telah keluarnya janin, air ketuban, dan ari-ari. Namun bukan tidak mungkin berat badan yang tersisa membuat Bunda merasa tidak nyaman.
Dengan alasan itulah, banyak dari Bunda yang mencoba untuk melakukan program diet. Tapi apakah hal tersebut baik untuk si kecil, terutama jika Bunda masih menyusui?
Sebenarnya, menjalankan pola makan yang dikhususkan untuk menurunkan berat badan saat menyusui itu adalah sah-sah saja. Namun Bunda juga harus mempertimbangkan nutrisi yang nantinya akan Bunda berikan pada si kecil dalam bentuk ASI.
Apa saja yang perlu Bunda perhatikan saat menjalankan diet saat menyusui?
Tubuh Bunda akan memproduksi ASI dari nutrisi yang Bunda konsumsi dan kemudian tersimpan dalam tulang, jaringan, dan lemak tubuh. Dengan cara inilah kebutuhan nutrisi si kecil akan terpenuhi. Akan tetapi, jika Bunda tidak menerapkan pola makan yang sehat, bisa jadi Bunda akan mengalami kekurangan vitamin dan mineral. Sebab, untuk membuat ASI seluruh cadangan nutrisi dalam tubuh Bunda akan dipakai. Jika tidak diganti dengan konsumsi makanan yang sehat, cadangan tersebut tidak dapat diganti dan akhirnya membuat Bunda merasa cepat lelah.
Itulah sebabnya, menurut dr Jovita Amelia SpGK, kebutuhan nutrisi seperti karbohidrat, protein dan lemak sangat dibutuhkan untuk kualitas ASI yang baik. Pun memastikan kondisi ibu tetap sehat dan kuat.
“Perlu diperhatikan bahwa pada ibu hamil, kebutuhan nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak dan serat, serta vitamin dan mineral yang terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan sangatlah dibutuhkan agar kualitas ASI yang dihasilkan oleh ibu baik,” ucap dr Jovita.
Asupan nutrisi yang baik juga akan membantu kualitas ASI yang dihasilkan. Ya, makanan yang Bunda konsumsi akan memengaruhi komposisi, rasa, dan warna ASI yang Bunda produksi, lho. Jadi, perhatikan kualitas makanan yang Bunda konsumsi sehari-hari, ya.
“Hindari makanan junk food, gula sederhana, semua makanan yang digoreng dan yang memiliki kandungan santan,” tutur dr Jovita.
Pola makan seperti apa yang aman untuk ibu menyusui?
Ketika Bunda masih menyusui, sebaiknya hindari melakukan diet ketat, misalnya dengan mengurangi asupan kalori secara drastis. Membatasi asupan makanan yang disantap bisa berpengaruh pada nutrisi ASI Bunda dan juga membuat tubuh kekurangan nutrisi penting. Bahkan bukan tidak mungkin, ketika asupan kalori dipangkas secara drastis, produksi ASI Bunda juga akan menurun.
“Kebutuhan kalori saat menyusui tergantung berat badan dan tinggi badan sampai berapa bulan usia si kecil. Jika usia si kecil berada di bawah 6 bulan biasanya diberikan tambahan 300 kalori dari kebutuhan kalori Bunda biasanya,” ucap dr Jovita.
Penurunan berat badan yang baik adalah yang terjadi secara bertahap, yakni sekitar 0,5 kg per minggu. Diet tersebut bisa dikatakan aman untuk bunda yang menjalani diet saat menyusui. Jika penurunan yang terjadi di atas angka tersebut, Bunda perlu menambah asupan kalori dari makanan.
Selain itu, hindari konsumsi obat atau suplemen penurun berat badan. Produk semacam ini bisa mengandung obat, jamu, atau bahan lain yang akan masuk ke dalam ASI yang Bunda hasilkan dan membahayakan si kecil. Bahkan ada baiknya Bunda selalu berkonsultasi dengan dokter jika berencana melakukan diet, pengobatan ataupun mengonsumsi suplemen.
Dr Jovita pun menyarankan, sebelum menerapkan pola makan tertentu, pastikan memag sesuai dengan kebutuhan tubuh Bunda. “Sebaiknya terapkan diet sehat dan yang seimbang dengan keadaan tubuh. Karena banyak program diet yang beredar memang ada yang berhasil, namun kadang tidak memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral yang Bunda dan si kecil butuhkan,” ucap dr Jovita.
“Yang terpenting adalah asupan makanan yang baik selama diet dan menyusui. Jangan mengikuti pola diet yang banyak digunakan orang-orang pada umumnya,” tambahnya.
Apa saja makanan yang dianjurkan saat Bunda menyusui?
Sebenarnya, saat menyusui merupakan masa yang menyenangkan bagi Bunda. Bagaimana tidak, di saat inilah Bunda bisa dikatakan bebas mengonsumsi makanan yang Bunda inginkan. Apalagi jika Bunda mengalami mual saat hamil, maka saat menyusui Bunda bisa makan tanpa rasa mual yang menyiksa.
Meski demikian, pastikan konsumsi makanan Bunda beragam, ya. Makanan yang beragam ini akan membantu menyuplai nutrisi yang baik dan bervariasi, untuk ibu dan si kecil yang masih menyusu, sehingga membantu perkembangan si kecil.
Daging: Daging sapi, ayam, kalkun, ikan, seafood. Daging tanpa lemak merupakan pilihan yang lebih sehat dan dianjurkan dari daging merah, daging yang digoreng, dan daging yang diproses. Ikan mengandung lemak DHA yang sangat penting untuk pertumbuhan sistem saraf pada si kecil. Sekaligus menjadi sumber energi untuk Bunda lho, Bun.
Buah-buahan: Apel, jeruk, pisang, pir, stroberi, nanas, anggur, buah naga, melon, delima, jus buah, buah kalengan maupun asinan/manisan buah. Konsumsilah buah yang bervariasi setiap hari. Buah-buahan memberi asupan vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh Bunda dan si kecil.
Sayur-sayuran: Sayuran berwarna hijau gelap (brokoli, bayam, kale, caisim, kailan), wortel, buncis, kacang panjang, dan sayuran berwarna lain seperti ubi, labu, kubis ungu, sangat dianjurkan karena kaya akan nutrisi dan mineral.
Biji-bijian Utuh: Misalnya gandum yang terkandung dalam pasta, kulit tortila, sereal, dan roti, beras cokelat atau beras merah. Biji-bijian utuh merupakan sumber asupan karbohidrat yang lebih kaya nutrisi dan mengandung lebih banyak serat.
Susu dan produk olahannya: Susu, keju, yogurt, keju krim, serta krim masam. Ada baiknya pilih yang rendah lemak dan diperkaya dengan Vitamin A dan D daripada susu lemak penuh.
Kacang-kacangan dan Polong-polongan: Kacang tanah, almond, biji bunga matahari, kacang hijau, selai kacang, kacang kenari, dan kacang merah memberi asupan protein nabati untuk Bunda dan si kecil.
Lemak dan Minyak yang Sehat: Misalnya minyak zaitun, minyak kanola, minyak biji matahari, minyak jagung dan Virgin Coconut Oil (VCO). Sebaliknya, batasi konsumsi mentega, keju berlemak, dan gaji yang tinggi kandungan lemak jenuhnya.
Cairan: Minum cukup air, antara 6 sampai 8 gelas air dalam sehari. Sebaliknya batasi minum kopi, teh atau minuman berkafein lainnya.
Telur: Merupakan salah satu sumber protein yang mudah ditemukan lho, bun. Dimanapun bunda dapat membelinya. Dan pengaplikasian nya pun juga mudah, hanya dengan bunda rebus atau bunda goring lalu bunda campurkan dengan salad.
“Jadi, sebaiknya berikan nutrisi yang baik untuk anak adalah dengan konsumsi makanan yang sehat dan bergizi serta menghindari makanan-makanan dengan kalori kosong. Dengan menghindari makanan-makanan tersebut serta meningkatkan aktivitas olahraga yang baik, makan berat badan Bunda akan turun secara alami,” saran dr Jovita. Olahraga secara rutin dapat membantu Bunda menjaga berat badan sekaligus membuat tubuh sehat dan terhindar dari berbagai penyakit.
Air Susu Ibu
ASI Keluar saat Hamil, Apa Sebabnya?
Berbagai perubahan akan terjadi pada tubuh Bunda ketika hamil. Tidak hanya dalam rangka menjaga pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi juga dalam upaya mempersiapkan diri saat si kecil lahir nanti. Salah satu perubahan yang mulai terasa adalah air susu ibu atau ASI keluar saat hamil.
Ya, beberapa ibu sudah mengalami ASI keluar saat hamil, bahkan di pertengahan usia kehamilan. Namun ada juga ibu hamil yang baru merasakan ASI keluar di trimester akhir kehamilan. Sebagian ibu hamil bahkan tidak merasakan ASI keluar. Sebenarnya, apa yang membedakan dan bagaimana proses produksi ASI pada ibu hamil ini? Dan apa yang dapat Bunda lakukan jika mengalami ASI keluar saat hamil?
Penyebab ASI keluar saat hamil?
Ketika hamil, tubuh Bunda mulai memproduksi kolostrum sebagai persiapan persalinan nanti. Proses pembentukan kolostrum ini sudah dimulai sejak usia kehamilan 14 minggu atau di trimester pertama. Tentu saja tidak seperti perubahan perut yang terasa dan terlihat, produksi kolostrum ini berlangsung “secara diam-diam” tanpa Bunda sadari.
Kolostrum itu sendiri merupakan cairan berwarna kuning kental yang akan keluar setelah melahirkan dan hanya keluar selama beberapa hari. Kolostrum merupakan sumber nutrisi yang amat baik untuk bayi baru lahir, terutama dalam membantu bayi meningkatkan ketahanan tubuhnya.
ASI yang menetes keluar dari puting saat Bunda hamil merupakan tanda bahwa tubuh juga sudah memproduksi hormon prolaktin, yang bertanggung jawab terhadap produksi air susu ibu. Biasanya hormon ini mulai terbentuk di trimester ketiga kehamilan.
Faktanya adalah, begitu banyak hormon dalam tubuh Bunda yang kadarnya mengalami pasang-surut, khususnya saat kehamilan ini. Tubuh berusaha keras menjaga keseimbangan antar-hormon, agar pada saat dibutuhkan nanti, ASI keluar pada waktu yang tepat. Akan tetapi, ketidakseimbangan wajar saja terjadi dan bukan suatu hal yang perlu terlalu dikhawatirkan.
Untungnya, tubuh Bunda juga memproduksi hormon estrogen dan progesteron dalam kadar yang tinggi selama hamil. Khususnya di masa awal kehamilan. Kehadiran kedua hormon inilah yang mencegah prolaktin hadir dan memengaruhi tubuh Bunda. Itu sebabnya, ASI yang keluar saat hamil tidaklah banyak.
Bagaimana mengatasi ASI yang keluar saat hamil?
Meski wajar terjadi, bukan tidak mungkin jika Bunda merasa terganggu dengan cairan yang bocor dari puting. Misalnya karena membuat pakaian Bunda basah. Lalu apa yang bisa Bunda lakukan?
Jika ASI yang menetes tersebut tidak banyak atau hanya beberapa tetes, Bunda cukup mengatasinya dengan menggunakan breast pad atau bantalan pada bra yang Bunda kenakan.
Ketika menggunakan bantalan payudara, sebaiknya Bunda selalu menggantinya jika mulai terasa basah atau berbau. Hal ini untuk menghindari terjadinya infeksi atau ruam di sekitar puting payudara Bunda. Pastikan juga ada ruang yang cukup nyaman di dalam bra untuk menyelipkan bantalan. Hindari menekan payudara terlalu keras saat mengenakan bantalan ini ya, Bun.
Ada baiknya juga Bunda bersiaga dengan mengenakan pakaian yang warnanya mampu menyamarkan rembesan ASI, atau syal maupun jaket yang dapat digunakan untuk menutupi rembesan tersebut.
Hindari pula aktivitas yang dapat memicu keluarnya rembesan ASI. Misalnya gerakan olahraga yang menggesek puting dan menyebabkan keluarnya ASI. Aktivitas seks, terutama stimulasi pada puting juga bisa memicu keluarnya ASI.
Namun jika jumlah kebocoran ASI dirasakan terlalu banyak dan sudah sangat mengganggu, ada baiknya jika Bunda berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan hal ini tidak disebabkan oleh hal yang tidak wajar.
Pada dasarnya, produksi ASI memang sudah dimulai sejak hamil, jadi Bunda tidak perlu malu untuk membicarakan hal ini dengan tenaga kesehatan yang membantu Bunda. Bahkan ASI yang keluar saat hamil bisa dijadikan pertanda bahwa saat lahir nanti si kecil akan mendapatkan ASI pertamanya dari Bunda.
Air Susu Ibu
Mengenal Prolaktin & Oksitosin, Hormon yang Berperan saat Menyusui
Setelah melahirkan, masa menyusui pun tiba. Rasa deg-degan mungkin melanda mengingat banyak orang yang berkata bahwa proses menyusui kerap banyak drama. Sedikitnya ASI yang keluar dari payudara menjadi drama tersering yang dialami para bunda. Kalau sudah begini, pasti bingung rasanya karena si kecil hanya mengandalkan ASI sebagai asupan di 6 bulan pertama.
Untuk mengatasi masalah tadi, kita perlu mencari tahu dulu akar masalahnya. Apakah masalahnya ada pada produksi ASI yang memang sedikit atau ASI yang tidak lancar keluar dari payudara? Pasalnya, berbeda masalah, berbeda pula nantinya hormon menyusui yang akan dirangsang.
Yap, ada dua hormon menyusui yang mungkin sudah akrab di telinga Bunda, yakni prolaktin dan oksitosin. Meski sama-sama hormon menyusui, ternyata keduanya memiliki peran yang berbeda dalam kesuksesan pemberian ASI. Apa Bedanya?
Peran Hormon Prolaktin
Prolaktin adalah hormon yang bertanggung jawab dalam memproduksi ASI. Hormon ini mulai bekerja sejak masa kehamilan loh, Bun. Hanya saja, tingginya kadar hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh plasenta mencegah prolaktin untuk memproduksi terlalu banyak ASI matur. Karena itulah, saat hamil Bunda akan mendapati ada ASI bening hingga kekuningan yang keluar dari payudara, tetapi tidak banyak jumlahnya.
Saat melahirkan, plasenta keluar dari tubuh Bunda, otomatis hormon estrogen dan progesteron yang tadinya tinggi mendadak menurun drastis. Ketika ini terjadi, meningkatlah hormon prolaktin untuk memproduksi lebih banyak ASI.
Meningkatkan Hormon Prolaktin dalam Tubuh
Hormon prolaktin yang meningkat setelah melahirkan belum cukup untuk memproduksi ASI yang melimpah. Bunda perlu menstimulasinya dengan rajin menyusui si kecil. Kalau si kecil belum terlalu jago menyusu, Bunda bisa mencoba cara lain, yakni dengan memompa payudara. Lakukan hal ini setiap 2 atau 3 jam sekali. Semakin sering Bunda menyusui, semakin banyak pula hormon prolaktin yang dilepaskan oleh otak.
Eits, tapi meningkatnya hormon prolaktin tak serta-merta membuat ASI keluar dengan lancar ya. Soalnya, perihal satu ini bergantung pada peran hormon lain, yakni oksitosin.
Peran Hormon Oksitosin dalam Proses Menyusui
Bila hormon prolaktin bertugas memproduksi ASI, hormon oksitosinlah yang berperan untuk mengeluarkannya. Jadi, bisa saja produksi ASI Bunda sudah banyak, tapi tidak keluar dengan optimal karena kadar hormon oksitosin yang rendah.
Inilah mengapa kadang terjadi kasus seperti ini: Bunda sudah memompa ASI dengan durasi yang lama dan kekuatan memompa yang tinggi, tapi payudara masih terasa penuh dan ASI yang keluar hanya sedikit. Kondisi seperti ini bisa terjadi ketika hormon prolaktin yang tinggi tidak dibarengi dengan kadar hormon oksitosin yang tinggi pula.
Cara Meningkatkan Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin bisa meningkat ketika Bunda merasa aman, nyaman, dan bahagia. Namun, ketika menyusui, cara paling ampuh meningkatkan hormon oksitosin adalah dengan menyusui secara langsung. Ketika menyusui secara langsung atau direct breastfeeding, terjadi sentuhan kulit antara Bunda dan bayi, sentuhan itulah yang memicu keluarnya hormon oksitosin. Menyusui secara langsung juga bisa memicu let-down reflex, loh.
Ketika si kecil menempel di payudara Bunda dan memasukkan areola ke mulutnya, sel saraf di payudara akan mengirimkan sinyal ke otak untuk melepaskan oksitosin. Oksitosin kemudian menyebabkan otot di sekitar kelenjar susu berkontraksi. Saat kelenjar berkontraksi, ASI terperas ke dalam saluran susu dan keluarlah dari payudara.
Oh ya, bila Bunda memang sedang tidak bisa menyusui langsung, misalnya karena harus bekerja dari kantor, cobalah melihat foto dan video si kecil sambil memompa. Hal seperti ini juga bisa membantu melepaskan hormon oksitosin yang melancarkan keluarnya ASI. Di kesempatan lain, Bunda juga bisa meminta bantuan Ayah untuk melakukan pijat oksitosin agar ASI semakin lancar.
Setelah mengenal dua hormon menyusui serta perbedaan perannya, semoga Bunda semakin mantap memberikan ASI bagi si kecil ya. Selamat berjuang
Menyusui
Catat, Bun! Inilah Durasi Ketahanan ASIP di Berbagai Kondisi
Air susu ibu perah atau ASIP adalah andalan bagi ibu yang sering beraktivitas di luar rumah dan tetap ingin memberikan ASI eksklusif bagi bayinya. Lazimnya, agar ASI yang sudah diperah dapat tahan lama, para ibu memanfaatkan freezer, kulkas, atau cooler bag sebagai penyimpanan. Ternyata, Bun, media penyimpanan ASIP yang Bunda pilih sangat menentukan berapa lama daya tahan ASIP, loh.
Yuk, mari dicatat perbedaannya.
Suhu Ruang
Jika setelah memerah ASI Bunda lupa untuk menyimpannya di dalam kulkas, jangan terburu-buru membuangnya ya. Pasalnya, ASI yang disimpan dalam suhu ruang juga bisa bertahan selama beberapa jam. Begini rinciannya.
- Baru diperah: tahan hingga 6-8 jam dalam suhu ruang.
- Sudah dicairkan, tapi tidak dihangatkan: 4 jam dalam suhu ruang, bisa disimpan kembali dalam kulkas bagian bawah selama maksimal 24 jam.
- Sudah dicairkan dan dihangatkan: baiknya segera dihabiskan, bisa disimpan kembali dalam kulkas bagian bawah selama maksimal 4 jam.
Cooler Bag + Ice Pack
Bagi ibu yang memerah ASI di luar rumah, seperti di kantor, cooler bag menjadi media penyimpanan ASI yang disarankan. Walau kantor Bunda menyediakan kulkas dengan freezer misalnya, cooler bag ditambah dengan ice pack adalah media penyimpanan yang lebih baik dengan daya tahan hingga 24 jam.
Selain menghindari kontaminasi dengan makanan lain yang turut disimpan dalam kulkas atau freezer, cooler bag menjadi pilihan karena suhunya tidak sampai membekukan ASI. Ketika ASI hanya dingin dan tidak beku, Bunda dapat menyimpan ASIP di freezer setibanya di rumah.
Sebaliknya, jika Bunda membekukan ASIP di freezer kantor lalu ASIP mencair sepanjang perjalanan menuju rumah, Bunda tidak bisa membekukannya kembali di dalam freezer. Paling-paling, ASIP hanya bisa disimpan di kulkas bagian bawah selama 24 jam saja.
Kulkas Bagian Bawah
Kulkas bagian bawah memiliki kisaran suhu 0-4 derajat celcius. Pada suhu ini, daya tahan ASIP bervariasi tergantung kondisi ketika ia disimpan. Seperti ini detailnya, Bun.
- Baru diperah: ASIP optimal digunakan hingga 3 hari dan dapat bertahan paling lama 8 hari.
- Sudah dicairkan, tapi tidak dihangatkan: daya tahan hingga 24 jam.
- Sudah dicairkan dan dihangatkan: daya tahan hingga 4 jam
Freezer
Penyimpanan ASIP dalam freezer hanya disarankan untuk ASI yang baru diperah. ASIP yang sudah dicairkan ataupun dihangatkan tidak disarankan untuk kembali dibekukan karena kandungan gizinya akan menurun. Beginilah daya tahan ASIP di berbagai jenis freezer.
- Lemari es 1 pintu: daya tahan 2 minggu
- Lemari es 2 pintu: disarankan untuk dikonsumsi dalam kurun waktu 3 bulan, tetapi masih dapat dipakai hingga waktu 6 bulan.
- Lemari freezer: disarankan untuk dikonsumsi dalam kurun waktu 6 bulan, tetapi masih dapat dipakai hingga waktu 12 bulan.
Manajemen Penyimpanan ASIP
Bunda juga perlu tahu bahwa tata kelola penyimpanan ASIP lebih baik menggunakan sistem LIFO (last in first out). Artinya, ASIP terakhir yang dimasukkan ke dalam freezer adalah yang lebih dulu dikeluarkan. Pasalnya, komposisi ASI terus berubah mengikuti kondisi terkini si kecil sehingga ASI terakhirlah yang paling pas untuk memenuhi kebutuhannya saat ini.
Lalu, bagaimana dong dengan ASIP yang lebih dulu disimpan? Jika memang ASIP terdahulu sudah telanjur banyak stoknya, Bunda bisa memberikannya kepada bayi dengan cara diselang-seling. Misalnya, pagi menggunakan ASIP baru dan siang menggunakan ASIP lama.
Saat menyimpan ASIP, jangan lupa menuliskan tanggal dan jam perah. Tanggal untuk mengetahui batas kedaluwarsa ASIP dan jam untuk mengetahui kapan ASIP harus dikeluarkan. Soalnya, kandungan ASI pada pagi dan malam hari berbeda, Bun.
ASI pada pagi hari mengandung hormon kortisol yang berfungsi membuat bayi terjaga, sedangkan ASI malam hari mengandung melatonin yang dapat membuat si kecil mengantuk. Bila tertukar, khawatirnya waktu tidur si kecil jadi kacau.
Tips Mencairkan ASIP
ASI sangat sensitif terhadap perubahan suhu mendadak. Karena itu, jangan langsung panaskan ASIP yang masih beku. Untuk mencairkan ASIP, lebih baik turunkan dulu ASIP ke kulkas bagian bawah dan biarkan mencair dengan sendirinya. Setelah mencair, baru pindahkan ke suhu ruang atau dihangatkan.
Untuk menghangatkannya, Bunda bisa menggunakan penghangat ASI elektrik atau rendam dalam mangkuk berisi air hangat. Jangan hangatkan ASI di dalam air mendidih di atas kompor.
Jika ASIP dibutuhkan segera, keluarkan ASI beku dan segera kucurkan di bawah air mengalir. Bila ASIP sudah agak mencair, barulah Bunda bisa menghangatkannya dengan cara yang sama seperti di atas.
Itulah informasi mengenai berapa lama daya tahan ASIP beserta tips mengenai manajemen penyimpanan ASI serta cara mencairkannya. Semoga bermanfaat ya, Bun.
-
Kehamilan4 years ago
Bun, Ini Prosedur Periksa Kehamilan dengan BPJS yang Perlu Diketahui!
-
Pasca4 years ago
Bagaimana Mengetahui Jahitan Kering Pasca Melahirkan Normal?
-
Kehamilan5 years ago
Bagaimana Jika Tinggi Fundus Uteri Kurang dari yang Seharusnya?
-
Kehamilan6 years ago
Bunda, Ini Pentingnya Menghitung Tinggi Fundus Pada Saat Hamil
-
Persalinan5 years ago
Ini yang Akan Bunda Alami Saat Melahirkan dengan Induksi
-
Kehamilan4 years ago
Adakah Gerakan Fisik Tertentu yang Bisa Menyebabkan Keguguran?
-
Kehamilan6 years ago
Ini Fakta Seputar Perut Hamil Bunda
-
Kehamilan6 years ago
5 Jenis Infeksi yang Menyebabkan Cacat Janin