Persalinan
Benarkah Konsumsi Kurma Bisa Bantu Proses Persalinan?
Banyak yang bilang bahwa konsumsi kurma saat hamil bermanfaat untuk persalinan. Benarkah? Yuk simak jawabannya di sini, Bun.
Puasa dan kurma, seperti dua hal yang tidak terpisahkan. Dalam agama Islam, konsumsi kurma memang dianjurkan sebagai ta’jil atau makanan berbuka puasa. Tak heran jika keberadaan kurma menjelang puasa semakin mudah ditemukan.
Selain memang dianjurkan sebagai sajian berbuka, konsumsi kurma dianjurkan karena bisa mengganti energi yang hilang selama berpuasa. Selain itu buah kaya serat ini juga bisa mencegah sembelit saat berpuasa, mengurangi kadar kolesterol dalam tubuh, merangsang enzim pencernaan dalam perut, dan juga membunuh bakteri jahat.
Bagi ibu hamil, kurma juga dianjurkan konsumsinya karena dapat membantu menstimulasi kontraksi pada rahim dan bahkan membantu waktu persalinan akan lebih singkat. Benarkah demikian? Yuk, simak ulasan dr. Jovita Amelia, Sp.GK berikut ini.
Buah yang Kaya Asam Amino
Berbagai manfaat kurma itu tidak lepas dari nutrisi yang terkandung di dalamnya. Menurut dr Jovita Amelia, SpGK, kurma mengandung karbohidrat, lemak, protein, 15 jenis garam dan mineral, serta vitamin dan serat yang tinggi. Dokter Jovita juga menjelaskan bahwa kurma mengandung asam lemak, seperti palmitoleic, oleic acid, dan linolenic acid. “Protein dalam kurma terdiri dari 23 jenis asam amino,” ucap dr Jovita.
Tak hanya itu, kurma juga mengandung berbagai mineral, seperti kalsium, selenium, zat besi, magnesium, kalium, sodium, fosfor, manganase, dan copper. Dalam buah kurma, terdapat pula beberapa vitamin, seperti vitamin C, B1, B2, riboflavin, niacin, dan vitamin A.
Mengonsumsi Kurma Dapat Memperlancar Proses Persalinan, Benarkah?
Menurut dr Jovita, konsumsi kurma selama kehamilan memang dapat mempersingkat waktu persalinan. “Beberapa penelitian menyatakan kurma dapat memperpendek masa persalinan. Hal ini berkaitan dengan kandungan asam lemak dalam kurma yang dapat membentuk prostaglandin dan menyediakan energi,” ujarnya.
Prostaglandin adalah zat dengan struktur kimia yang menyerupai hormon. Prostaglandin dibutuhkan dalam sistem reproduksi serta pada proses penyembuhan luka. Dalam persalinan, prostaglandin bisa meningkatkan kontraksi uterus. Tidak seperti hormon, prostaglandin diproduksi tubuh hanya pada kondisi-kondisi tertentu lo, Bun. Dengan mengonsumsi kurma, produksi prostaglandin pun meningkat.
“Kandungan serotonin, tanin, dan kalsium yang terdapat dalam kurma juga berperan pada kontraksi otot halus dari uterus,” tutur dr Jovita. Tak hanya itu, kurma juga dapat mempengaruhi reseptor oksitosin hingga mendorong kontraksi yang lebih efektif.
Penelitian yang dilakukan Jordan University of Science and Technology dan diterbitkan di Journal of Obstetrics and Gynaecology menemukan bahwa konsumsi 6 buah kurma dalam sehari selama 4 minggu menjelas hari taksiran persalinan, dilaporkan melalui proses persalinan per vaginam yang lebih lancar dibanding ibu yang tidak mengonsumsi kurma. Begitu pun kemungkinan mengalami persalinan per vaginam, lebih tinggi pada ibu yang mengonsumsi kurma (96%) dibanding ibu yang tidak (79%).
Adakah Batasan Mengonsumsi Kurma?
Menurut dr Jovita, belum ada pantangan bagi ibu hamil dalam mengonsumsi kurma. Namun, Bunda pasti tahu bahwa kurma mengandung kadar gula yang cukup tinggi. Sehingga, Bunda yang mengidap diabetes lebih baik menghindarinya.
“Ibu hamil sehat tanpa penyakit dapat mengonsumsi kurma. Namun, jika mengidap diabetes atau sakit ginjal kronis, sebaiknya hindari,” ucap dr Jovita. Apalagi, saat hamil, Bunda akan rentan terkena diabetes gestasional.
“Diabetes gestasional adalah diabetes yang didapat pada masa kehamilan. Hal ini ditandai dengan kandungan gula darah yang tinggi dan merasa sering haus, cepat lapar, sering buang air kecil, dan lemas,” jelas dr Jovita.
Jika bunda tidak mengontrol makanan begitu terkena diabetes gestasional, si kecil bisa lahir prematur, bayi akan bertumbuh besar, dan bila kandungan gula darah terlalu tinggi, Bunda bisa mengalami asidosis diabetikum atau yang biasa disebut kondisi serius terkait dengan diabetes.
Pada prinsipnya, agar kondisi persalinan Bunda terjaga, konsumsi bahan makanan apapun dalam jumlah yang tidak berlebihan. Begitu juga dengan kurma, Bun. Batasi konsumsinya hanya beberapa butir saja sehari meskipun kandungan gizi kurma begitu besar. Karena, apapun yang berlebihan tetap tidak baik, kan?
Untuk memperoleh beragam informasi penting lainnya seputar kehamilan dan persalinan, yuk follow dan like akun Facebook dan Instagram Sehati. Bunda juga bisa memasang aplikasi Sehati di gawai untuk kemudahan mengakses berita terbaru. Aplikasi ini dapat diunduh di Google Play Store dan Apple Store secara gratis. Semoga bermanfaat, ya.
Pasca
Bengkak setelah Melahirkan, Apakah Normal?
Melihat foto Kate Middleton usai melahirkan anak pertamanya, Bunda pun menggantungkan ekspektasi bahwa tubuh Bunda akan terlihat kembali ramping usai si kecil lahir. Pada kenyataannya, tidak semudah itu, Bunda!
Ya, mari singkirkan imej kesempurnaan Kate Middleton setelah melahirkan. Kebanyakan ibu hamil masih terlihat “gembil” setelah melahirkan, meskipun secara timbangan berat badannya turun cukup banyak. Jadi apa yang menyebabkannya?
Apa itu bengkak setelah melahirkan?
Apakah wajah Bunda masih terlihat “gembil” atau bahkan “bengkak” setelah melahirkan? Begitu juga dengan kaki, lengan, pergelangan tangan, dan jari-jemari?
Saat melahirkan, Bunda sudah membayangkan dan siap mengucap “selamat tinggal” pada tubuh yang terlihat “puffy”. Tapi apa daya, pada kenyataannya tidak secepat itu. Cairan ekstra yang tersimpan dalam tubuh Bunda selama hamil tidak akan ‘terkuras’ begitu saja dan hilang dalam waktu semalam. Cairan ekstra tersebut tersimpan di jaringan pada lapisan di bawah kulit Bunda.
Ditambah lagi jika Bunda perlu mendapat infus karena melahirkan melalui caesar, cairan tubuh pun akan terakumulasi dan membuat Bunda terlihat lebih bengkak. Aih… jauh-jauh dulu dari cermin, ya.
Begitu pula Bunda yang menjalani persalinan secara per vaginam, akan mungkin mengalami pembengkakan di sekitar perineum.
Lalu apakah ini normal? Meski bukan hal yang menyenangkan, pembengkakan setelah melahirkan ini wajar dialami ibu yang melalui persalinan normal maupun caesar.
Penyebab bengkak setelah melahirkan
Retensi cairan selama hamil merupakan salah satu penyebab pembengkakan setelah melahirkan. Selain itu ada beberapa hal yang menyebabkannya:
- Sisa cairan yang terakumulasi selama 9 bulan kehamilan Bunda. Cairan yang terkumpul di tubuh selama kehamilan ini jika ditotal bisa mencapai berat 3 kilogram!
- Cairan yang disimpan selama persalinan. Untuk persalinan epidural misalnya, maka Bunda akan menerima cairan infus untuk memastikan tekanan darah tidak turun. Begitu pula dengan persalinan secara caesar, cairan infus diberikan selama proses operasi hingga 24 jam setelahnya. Simpanan cairan tersebut tidak akan hilang begitu saja.
- Mengedan. Proses mengedan selama persalinan bisa menyebabkan pembengkakan pada tubuh dan wajah Bunda, loh.
- Kurang bergerak. Setelah melahirkan biasanya Bunda akan disarankan untuk sering-sering turun dari ranjang dan bergerak. Cara ini bisa membantu mengeluarkan cairan dari tubuh. Sebaliknya, kecenderungan untuk tidak bergerak justru membuat tubuh bengkak lebih lama.
- Hormon. Selama kehamilan, kadar hormon progesteron dalam tubuh Bunda akan meningkat. Salah satu dampaknya adalah retensi air dalam tubuh selama kehamilan yang kemudian berlanjut setelah melahirkan.
Cara mengatasi pembengkakan setelah melahirkan
Ada beberapa langkah yang dapat Bunda lakukan untuk membantu mengatasi pembengkakan setelah melahirkan.
- Kuras cairan ekstra dengan minum banyak air. Loh, kok malah disuruh minum? Iya, Bun… cara ini bisa mencegah tubuh mengalami dehidrasi yang menyebabkan tubuh menahan air lebih banyak. Minum lebih banyak air juga dapat memastikan ginjal bekerja maksimal untuk membantu menghilangkan sampah dalam tubuh, termasuk cairan ekstra.
- Bergerak sesuai dengan kemampuan Bunda. Terlebih jika Bunda baru menjalankan persalinan melalui operasi caesar. Aktivitas fisik akan mencegah cairan dan darah mengumpul di kaki membantu mengeluarkan cairan dari tubuh.
- Hindari berdiri atau duduk terlalu lama. Berdiam diri terlalu lama, tanpa aktivitas fisik berarti, membuat cairan berkumpul di bagian bawah tubuh. Bergerak akan membantu darah bersirkulasi ke seluruh tubuh.
- Mengangkat kaki lebih tinggi dari tubuh saat berbaring di tempat tidur. Cara ini akan membantu mengalirkan cairan di bagian bawah tubuh ke bagian tubuh bagian atas yang pada akhirnya akan dibuang melalui ginjal dan kelenjar keringat.
- Putar pergelangan kaki Bunda. Jika Bunda belum dapat turun dari tempat tidur, cobalah putar pergelangan kaki searah jarum jam dan melawan jarum jam 10 kali untuk setiap arah. Coba juga untuk memijat area kaki yang bengkak.
- Jika perlu, gunakan stocking kompres. Stocking ini membantu meningkatkan sirkulasi darah di kaki, yang membantu menggerakkan cairan ke tubuh bagian atas dan melewati ginjal untuk kemudian dibuang.
- Jika jari dan tangan Bunda juga bengkak, angkat melewati kepala untuk membantu mengalirkan cairan dari area tersebut ke bawah.
- Kurangi asupan sodium atau garam dalam makanan yang Bunda konsumsi. Garam berpotensi memperparah pembengkakan setelah melahirkan.
- Berpakaian tipis dan nyaman. Suhu tubuh yang terlalu panas malah akan menahan cairan dalam tubuh. Nyalakan kipas angin dan buka jendela agar tubuh terasa lebih adem.
Pada akhirnya cairan tubuh akan dikeluarkan secara bertahap di minggu pertama setelah melahirkan. Tubuh yang bengkak setelah melahirkan pun akan kembali normal setelah itu.
Akan tetapi tetap awasi jika bengkak setelah hamil ini juga disertai dengan gejala lain yang bisa jadi penanda adanya masalah kesehatan. Beberapa tanda yang perlu diawasi adalah:
- Bengkak yang muncul tiba-tiba
- Pembengkakan bertambah parah setelah beberapa hari.
- Bengkak yang disertai tanda preeklampsia setelah melahirkan, seperti sakit kepala, muntah, pandangan buram atau sensitif terhadap cahaya.
- Nyeri dada dan kesulitan bernapas
- Luka operasi caesar bengkak dan diikuti rasa nyeri dan cairan berbau
Jika menemukan gejala di atas, jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter ya, Bunda!
Pasca
Kenali Perdarahan Nifas yang Abnormal Pasca Persalinan
Tahukah Bunda, saat hamil volume darah di dalam tubuh kita meningkat sampai 50%. Peningkatan volume darah ini diperlukan untuk mendukung pertumbuhan janin dan juga persiapan saat persalinan nanti. Proses persalinan itu sendiri menyebabkan perdarahan akibat proses keluarnya janin, baik secara per vaginam maupun melalui operasi caesar.
Jika perdarahan saat persalinan merupakan hal yang wajar, bagaimana dengan perdarahan yang terjadi setelah persalinan? Umumnya, di masa pasca persalinan atau masa nifas, Bunda akan mengalami darah yang keluar dari vagina atau disebut dengan perdarahan nifas.
Akan tetapi, bukan tidak mungkin ada perdarahan yang terjadi di masa pasca persalinan yang disebabkan oleh keadaan abnormal. Bagaimana membedakannya?
Ini perdarahan nifas yang normal
Pasca persalinan per vaginam maupun caesar, tubuh akan mengeluarkan darah nifas atau yang dikenal secara medis dengan nama lochea. Nifas merupakan cara tubuh mengeluarkan darah dan jaringan sisa di rahim, yang sebelumnya dipakai untuk menjaga pertumbuhan janin.
Perdarahan terberat terjadi pada dua hari pertama setelah persalinan. Setelah itu, jumlah darah yang keluar dari vagina akan terus berkurang.
Darah nifas berwarna merah cerah dengan adanya beberapa gumpalan, terutama di beberapa hari pertama setelah persalinan. Untuk kenyamanan, Bunda perlu mengenakan pembalut menstruasi berukuran besar, yang khusus dibuat untuk ibu nifas.
Dua sampai tiga hari setelah melahirkan darah nifas yang keluar akan semakin berkurang jumlahnya. Akan tetapi, jumlah darah yang keluar bisa kembali meningkat jika Bunda banyak beraktivitas. Jika ini yang terjadi, cobalah beristirahat, jangan terlalu sering berjalan ke sana ke mari.
Seperti halnya darah menstruasi, wajar jika Bunda merasakan arus darah keluar dari vagina saat berubah posisi dari duduk ke berdiri. Hal ini disebabkan oleh anatomi organ reproduksi perempuan yang khas. Saat duduk atau berbaring, darah nifas akan berkumpul di area yang berbentuk seperti mangkuk. Otomatis ketika berdiri, darah yang turun terasa lebih deras.
Sepuluh hari setelah melahirkan, jumlah darah nifas akan jauh berkurang. Alih-alih gumpalan dan aliran darah, Bunda akan melihat bercak atau noda darah pada pembalut menstruasi. Hal ini bisa terjadi sampai 6 minggu setelah persalinan. Saat ini, Bunda bisa mengganti pembalut menstruasi dengan sanitary pad yang lebih tipis dan nyaman. Hindari tampon ya, Bun… sebab tampon bisa menyebabkan infeksi.
Perdarahan abnormal pada masa nifas
Kondisi yang terjadi di luar gambaran di atas bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Perdarahan setelah melahirkan bisa terjadi pada 5% ibu dan biasanya terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan. Akan tetapi bukan tidak mungkin perdarahan terjadi pada 12 minggu pertama setelah melahirkan.
Perdarahan setelah melahirkan bukan hal yang bisa dianggap sepele. Kehilangan banyak darah dapat menyebabkan turunnya tekanan darah. Jika tekanan darah turun hingga di bawah normal, organ-organ tubuh Bunda bisa kekurangan suplai darah. Kondisi ini dinamakan syok dan bisa berujung pada kematian. Itu sebabnya, kondisi ini harus segera ditangani.
Segera datang ke fasilitas kesehatan jika Bunda mengalami hal ini:
- Mengeluarkan darah berwarna merah cerah tiga hari pertama pasca persalinan
- Mengeluarkan gumpalan darah yang ukurannya lebih besar dari buah plum
- Sanitary pad menjadi basah oleh darah setelah satu jam dikenakan dan perdarahan tidak berhenti atau berkurang
- Pandangan buram
- Kedinginan
- Telapak tangan keringat dingin
- Denyut jantung menjadi lebih cepat
- Pusing
- Lemah
- Mual
- Merasa seperti akan pingsan
Bunda yang rentan mengalami perdarahan abnormal masa nifas
Terjadi pada 5% ibu yang baru melahirkan, ada beberapa kondisi yang membuat seorang ibu lebih rentan mengalami perdarahan nifas yang abnormal. Di antaranya jika Bunda pernah mengalami perdarahan pasca persalinan di kehamilan sebelumnya. Risikonya juga lebih tinggi pada Bunda yang keturunan Asia dan Amerika Tengah (Hispanik).
Penyebab perdarahan masa nifas yang paling umum adalah atonia uteri. Umumnya, rahim akan menyusut atau berkontraksi untuk mengurangi perdarahan. Pada kondisi atonia uteri, rahim tidak berkontraksi secara maksimal, yang akhirnya menyebabkan perdarahan.
Kondisi atonia uteri lebih umum dialami jika Bunda:
- Melahirkan lebih dari satu anak dalam sekali waktu (anak kembar misalnya)
- Ukuran janin lebih besar dari 4 kg
- Mengalami persalinan yang lama
- Sebelumnya pernah melahirkan beberapa kali
Beberapa kondisi lain yang dapat meningkatkan perdarahan setelah persalinan, adalah:
- Robek rahim saat persalinan
- Persalinan secara caesar, risiko perdarahan lebih tinggi daripada persalinan per vaginam
- Robek pada vagin atau serviks selama persalinan
- Penggunaan obat bius total
- Penggunaan oksitosin (induksi)
- Preeklampsia
- Obesitas
- Masalah pada plasenta
Mengatasi perdarahan
Jika mengalami perdarahan yang abnormal di masa nifas, Bunda harus segera mencari pertolongan medis. Kunjungi fasilitas kesehatan tempat Bunda melahirkan untuk mengatasinya dengan segera.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi perdarahan tersebut, tergantung penyebab dan gejala yang Bunda alami. Dari pijat rahim, pemberian obat untuk memicu kontraksi rahim, transfusi darah untuk mengembalikan darah yang hilang, sampai histerektomi dan bahkan laparotomi (bedah perut) untuk mengetahui dan mengatasi penyebabnya.
Jadi jangan sepelekan perdarahan pasca melahirkan ya, Bun.
Persalinan
Yuk, Hitung Perlengkapan Bayi Baru Lahir!
Bunda sedang antusias-antusiasnya mempersiapan perlengkapan bayi untuk si kecil yang sebentar lagi akan lahir? Eits, hati-hati ya, Bun. Perlengkapan bayi memang terlihat menggemaskan dan membuat kita serasa ingin membeli semuanya. Namun, lebih baik tahan diri. Salah-salah, apa yang kita beli justru akan mubazir dan tidak terpakai karena si kecil cepat sekali pertumbuhannya.
Nah, supaya Bunda tak kalap, lebih baik mulai dengan membuat perencanaan sebelum membeli, yuk! Simak di sini perhitungan membeli perlengkapan bayi baru lahir ya, Bun.
Daftar Perlengkapan Bayi Baru Lahir
Bagi Bunda yang menantikan anak pertama, mencari perlengkapan bayi baru lahir bak mencari jalan di negara asing. Sulit! Belum adanya pengalaman membuat Bunda bingung menentukan perlengkapan bayi baru lahir yang dibutuhkan dan tidak. Supaya Bunda tak tersesat, berikut daftarnya.
- Kain bedong: 6-7 helai
Enam hingga tujuh helai kain bedong sudah cukup bagi si kecil. Pasalnya, kain bedong tidak akan dipakai terlalu lama. Bedong instan bisa jadi pilihan bagi Bunda yang tak mau repot atau merasa ‘kurang terampil’. Namun, kekurangan bedong instan dibanding kain bedong adalah tak bisa digunakan sebagai selimut saat bayi sudah besar.
- Pospak: 1 kemasan isi 40 pcs
Si kecil boleh saja langsung dipakaikan pospak atau popok sekali pakai setelah lahir. Namun, ingatlah untuk menggantinya tiap 4 jam sekali agar si kecil terhindar dari ruam popok maupun infeksi saluran kemih. Jangan dulu beli terlalu banyak untuk melihat reaksi kulit si kecil.
- Popok kain: 5 buah
Popok kain atau cloth diaper (clodi) adalah alternatif lain selain pospak. Sebagai awalan, Bunda bisa lebih dulu mempersiapkan 5 buah cloth diaper beserta insert mengingat harganya yang agak mahal. Jika memang penggunaan popok kain membuat Bunda dan si kecil lebih nyaman, barulah tambah koleksi clodi Bunda.
- Baju bayi: 9 pasang
Membeli baju bayi jangan terlalu banyak dulu, Bun, karena biasanya ada banyak kado pakaian untuk adik bayi. Hihi. Cukup beli 9 pasang yang terdiri dari 6 pasang pakaian tangan panjang dan 3 pasang pakaian tangan pendek. Belilah pakaian yang sudah satu set dengan kaos kaki dan sarung tangan bayi supaya lebih hemat.
- Handuk mandi: 3 buah
Siapkan beberapa handuk mandi supaya bisa diganti secara rutin.
- Bak mandi bayi: 1 buah
- Perlengkapan mandi bayi: 1 set yang terdiri dari sabun, sampo, minyak telon, dan minyak wangi
- Kapas bulat: 2 pak
- Tisu basah: 4 pak
- Waslap: 2 buah
- Singlet: 6 buah
- Perlak: 2 buah
- Kain kasa: 1 pak
- Salep ruam popok: 1 buah
- Gendongan kain: 1 buah
- Boks bayi side bed
Boks bayi side bed sebenarnya tidak wajib, tapi disarankan demi keamanan bayi. Pasalnya, di bawah 2 tahun, risiko sindrom bayi mati mendadak sangatlah tinggi sehingga bayi lebih baik tidur di areanya sendiri, tapi tetap dekat dengan orang tuanya.
Tips Membeli Perlengkapan Bayi Baru Lahir
- Buat perencanaan. Sebelum belanja, buatlah daftar barang yang hendak Bunda beli. Bunda bisa menggunakan daftar di atas atau berimprovisasi dengan menambahkan barang lain yang Bunda anggap perlu. Perencanaan seperti daftar belanja membuat kita lebih disiplin, loh.
- Wait and see. Bayi yang baru lahir biasanya mendapatkan banyak hadiah dari keluarga dan kerabat. Karena itulah, lebih baik menunda membeli perlengkapan bayi terlalu banyak.
- Tidak perlu membeli perlengkapan tidur. Bayi tidak disarankan tidur dengan selimut, bantal, ataupun mainan karena dapat meningkatkan risiko sindrom bayi mati mendadak. Bayi disarankan tidur di areanya sendiri tanpa tambahan apapun yang berisiko menutupi jalan napasnya.
- Cicil dari jauh hari. Agar tidak membebani uang belanja, belilah perlengkapan bayi dengan dicicil dari jauh-jauh hari. Membeli perlengkapan dari jauh hari juga memungkinkan Bunda untuk mencari diskon.
Selamat berbelanja ya, Bun. Semoga membantu.
-
Kehamilan4 years ago
Bun, Ini Prosedur Periksa Kehamilan dengan BPJS yang Perlu Diketahui!
-
Pasca4 years ago
Bagaimana Mengetahui Jahitan Kering Pasca Melahirkan Normal?
-
Kehamilan5 years ago
Bagaimana Jika Tinggi Fundus Uteri Kurang dari yang Seharusnya?
-
Kehamilan6 years ago
Bunda, Ini Pentingnya Menghitung Tinggi Fundus Pada Saat Hamil
-
Persalinan5 years ago
Ini yang Akan Bunda Alami Saat Melahirkan dengan Induksi
-
Kehamilan4 years ago
Adakah Gerakan Fisik Tertentu yang Bisa Menyebabkan Keguguran?
-
Kehamilan6 years ago
Ini Fakta Seputar Perut Hamil Bunda
-
Kehamilan6 years ago
5 Jenis Infeksi yang Menyebabkan Cacat Janin