Kehamilan
Persiapan Kehamilan dalam 4 Minggu, Ini yang Perlu Bunda Lakukan!
Setelah menikah, Anda dan suami siap memiliki momongan? Jika memang sudah merencanakan untuk segera memiliki anak setelah menikah, sebaiknya lakukan perencanaan terlebih dahulu. Tidak hanya secara mental, kondisi tubuh Bunda juga perlu dipersiapkan dengan matang. Pasalnya, kondisi tubuh yang sehat akan membantu janin berkembang secara optimal. Apa saja yang perlu dipersiapkan?
Minggu pertama
Atur pola makan dan asupan nutrisi baik. Ya, apa yang Bunda makan sangat menentukan kondisi kesehatan tubuh dan juga janin di dalam kandungan Bunda. Tidak hanya makanan yang dikonsumsi saat hamil ya, Bun, tetapi juga makanan sebelum hamil. Sebab itu, pastikan Bunda mengonsumsi makanan sehat dan bergizi tinggi yang bisa membantu pertumbuhan janin nantinya.
Selain makanan bergizi seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak dan vitamin, tambahkan beberapa nutrisi spesifik. Misalnya asam folat yang diperlukan untuk menjaga pertumbuhan organ-organ janin. Targetkan asupan asam folat sebanyak 400-800 mikrogram setiap harinya. Asam folat bisa ditemukan dalam sayuran hijau. Selain itu juga bisa membantu pemenuhannya dengan konsumsi suplemen.
Selain asam folat, tidak ada salah mengonsumsi suplemen multivitamin pelengkap lain, yang dikhususkan bagi ibu hamil. Suplemen ini membantu tubuh menyiapkan nutrisi dalam tubuh dan mencegah kekurangan nutrisi pada masa awal kehamilan.
Menjaga kebugaran tubuh dengan aktivitas fisik setidaknya empat sampai lima kali seminggu merupakan cara yang baik untuk mempersiapkan tubuh sebelum hamil. Lakukan setidaknya 30 menit aktivitas sedang setiap kali berolahraga. Mulailah dari yang mudah, misalnya berjalan kaki di depan rumah. Jika sudah terbiasa berolahraga, Anda bisa mencoba latihan yang lebih menantang, misalnya jogging, hiking atau bersepeda di luar ruang.
Lakukan pemeriksaan fisik untuk melihat adanya masalah kesehatan. Semakin cepat terdeteksi, semakin cepat pula dokter dapat menanganinya. Selain pemeriksaan fisik, dokter juga mungkin akan melakukan pemeriksaan sampel darah untuk melihat kadar kolesterol dan gula darah. Manfaatkan kesempatan tersebut untuk juga melengkapi imunisasi yang mungkin terlewatkan. Imunisasi tidak hanya menjaga Bunda dari penyakit, tetapi juga melindungi janin.
Minggu kedua
Di minggu ini, Bunda bisa mulai menjadwalkan pemeriksaan dengan dokter kandungan. Dokter kandungan akan memeriksa kondisi tubuh Bunda dan melihat kesiapannya untuk mengandung janin. Misalnya dengan melihat kondisi rahim dan saluran indung telur melalui USG. Dokter juga akan mengecek kemungkinan Bunda mengidap penyakit seksual menular. Penyakit ini dapat menyebabkan infeksi kehamilan yang berakibat fatal bagi pertumbuhan janin.
Selain itu, mulailah untuk memantau siklus mens Bunda. Dengan mengetahui siklus mens ini Bunda akan tahu kapan masa subur Bunda. Mengetahui siklus mens juga membantu Bunda mengamati adanya ketidaknormalan pada siklus maupun kondisi darah mens yang bisa menjadi pertanda adanya hal yang tidak normal dan perlu ditangani segera.
Ini juga saat yang tepat untuk mulai lebih waspada dan menghindari paparan pada benda-benda yang berpotensi mengandung racun dan berbahaya bagi janin. Misalnya parfum sintetis, memilih produk yang bebas BPA (bisphenol-A, biasa terdapat pada peranti makan), pembersih rumah dan sanitasi tubuh, serta produk-produk kecantikan yang berpotensi mengandung bahan kimia berbahaya. Ganti produk pembersih rumah dengan yang terbuat dari bahan-bahan natural, hindari makanan kalengan, dan periksalah produk kecantikan Bunda ya. Sebaiknya mulai juga hindari asap rokok, minuman beralkohol, dan konsumsi obat-obatan.
Ini juga saat yang tepat untuk membangun ritual untuk meredam stres. Bunda bisa mencoba jalan-jalan santai di ruang terbuka, belajar teknik pernapasan (bisa diaplikasikan juga saat proses persalinan), mencoba hobi yang membawa perasaan relaks buat Bunda, atau mencoba yoga. Olahraga yoga tak hanya baik untuk meredam kecemasan, tapi juga dapat memperkuat otot-otot tubuh yang akan bekerja dalam proses persalinan nanti. Yuk, cari kelas yoga yang dekat dengan lokasi tempat tinggal Bunda.
Minggu ketiga
Saatnya mempersiapkan tubuh lebih jauh lagi. Cek indeks massa tubuh apakah sudah ideal. Jika IMT di bawah normal atau di atas normal, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk dapat mencapai target IMT ideal. Baik IMT di atas maupun di bawah normal dapat menimbulkan risiko pada ibu hamil, sebab itu perlu dikelola dengan baik.
Cobalah juga untuk mengecek riwayat kesehatan dari kedua pihak. Tanyakan kepada orangtua Bunda dan Ayah apakah ada riwayat kesehatan yang perlu diwaspadai. Beberapa penyakit atau kondisi kesehatan dapat diwariskan dari keturunan Anda sebelumnya, dari yang ringan sampai yang berat. Misalnya kondisi alergi, diabetes tipe 2, hingga risiko kanker payudara. Bukan berarti Anda tidak bisa memiliki anak jika ada risiko tersebut dari garis keturunan keluarga, namun ada baiknya mengetahui hal ini sebagai upaya mencegah dan menangani kondisi tersebut lebih awal.
Minggu ini saatnya Bunda mempersiapkan tubuh dengan mengurangi kebiasaan ngopi ya, Bun. Terutama jika Bunda terbiasa mengonsumsi kopi hingga lebih dari dua gelas sehari. Mulailah menguranginya secara perlahan dan menggantinya dengan konsumsi air putih. Hindari dehidrasi dengan minum air putih setidaknya 8 gelas sehari. Pada perempuan hamil, kebutuhan air akan meningkat.
Minggu keempat
Meskipun kesehatan ibu sangat penting dalam menentukan kondisi janin, ada baiknya minta suami untuk melakukan pemeriksaan kesehatan juga. Sekitar 30 persen kasus kemandulan disebabkan oleh faktor/kondisi pasangan. Pastikan Ayah menerapkan hidup sehat; melakukan pemeriksaan fisik, mengonsumsi makanan sehat dan seimbang, berolahraga, berhenti merokok dan membatasi konsumsi minuman beralkohol.
Selain itu, pengetahuan orang tua tentang kehamilan yang sehat juga penting dan akan menentukan bagaimana Bunda menjalani kehamilan dan persalinan nanti. Sehingga, inilah saatnya mempersiapkan diri dengan melahap informasi sebanyak-banyaknya seputar kehamilan dan kesehatan. Ada baiknya mencari informasi dari media yang terpercaya ya, Bun.
Terakhir, pastikan apakah asuransi yang Bunda atau Ayah miliki menanggung biaya pemeriksaan kehamilan dan persalinan. Jika tidak, Bunda dapat mengatur keuangan untuk memastikan biaya ini dapat terpenuhi ya. Pada trimester pertama, idealnya Bunda melakukan pemeriksaan kehamilan sekali sebulan, dua minggu sekali pada trimester kedua dan seminggu sekali di sebulan terakhir sebelum waktu persalinan tiba.
Itulah beberapa hal yang bisa Bunda lakukan untuk mempersiapkan diri sebelum hamil. Untuk informasi seputar kehamilan, Bunda dapat menjadi Ibu Sehati sebagai panduan ya.
Kehamilan
Memahami Perubahan pada Tubuh setelah Keguguran
Bunda mungkin ingat beberapa waktu lalu Chrissy Teigen, istri dari penulis lagu dan penyanyi John Legend, sempat berbagi cerita pengalamannya melalui keguguran via Instagram maupun Twitter. Dari kisahnya, kita jadi memahami bahwa keguguran bukanlah pengalaman yang mudah untuk dilalui, baik secara psikis maupun fisik. Efek keguguran pada fisik ibu bahkan bisa bertahan hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
Bila Bunda adalah salah satu yang baru saja melalui momen berat itu, artikel ini mungkin bisa membantu Bunda memahami perubahan apa saja yang terjadi dan apa yang harus dilakukan karenanya.
Perubahan Fisik setelah Mengalami Keguguran
Di Indonesia, perempuan pekerja yang mengalami keguguran berhak mendapatkan cuti selama 1,5 bulan lamanya. Pemberian waktu istirahat ini bukan tanpa alasan. Selain kondisi emosional yang butuh waktu untuk pulih, kondisi fisik Bunda setelah mengalami keguguran pun akan terasa sangat berbeda.
Dilansir dari Parents.com, semakin lama Bunda mengalami kehamilan sebelum akhirnya keguguran, semakin banyak pula efek keguguran yang akan dirasakan tubuh. Hal paling mungkin yang Bunda rasakan adalah perubahan pada payudara dan kenaikan berat badan.
Jika Bunda mengalami kematian janin dalam kandungan atau intrauterine fetal death (IUFD) di mana usia kandungan sudah di atas 20 minggu, Bunda mungkin sudah merasakan penuh pada payudara karena ASI sudah mulai dipersiapkan. ASI yang semestinya diperuntukkan bagi bayi, kini tetap tinggal dalam payudara dan bisa menimbulkan rasa sakit.
Tak hanya itu, hal lainnya yang mungkin Bunda alami adalah timbulnya selulit, sakit pada perut, rambut rontok, hingga rasa sakit pada vagina. Rasa sakit pada vagina ini umumnya dirasakan oleh para bunda yang mendapatkan episiotomi (jahitan pada perineum) ketika proses mengeluarkan janin.
Bunda juga akan merasakan kram perut karena rahim yang berkontraksi untuk mengeluarkan sisa darah. Perdarahan yang lebih banyak dari menstruasi pun akan terjadi. Gumpalan darah pun mungkin akan turut keluar. Bagi Bunda yang sebelumnya pernah melahirkan, rasanya tidak akan jauh berbeda dengan masa nifas.
Efek keguguran pada tubuh ini bisa bertahan selama beberapa hari bahkan minggu tergantung lamanya kehamilan sebelum mengalami keguguran. Perdarahan yang dialami oleh perempuan saat keguguran di usia 6 minggu biasanya akan lebih sedikit dan singkat dibanding perdarahan pada keguguran di usia 16 minggu.
Kondisi Emosional yang Dialami
Selain perubahan fisik, perubahan emosional tak dapat dinafikan. Rasa bingung, sedih, bahkan bersalah, campur baur jadi satu. Dan rasa duka ini mungkin diperparah dengan kondisi hormon yang berubah tiba-tiba. Saat keguguran terjadi, hormon estrogen dan progesteron turun drastis. Hormon hCG pun pelan-pelan menurun hingga nol. Kondisi emosional yang sudah tak stabil akan bertambah buruk karena hal ini.
Bagaimana Menyelesaikannya?
Kondisi fisik yang melelahkan ditambah dengan kondisi emosional yang masih berduka mungkin membuat Bunda ingin menyendiri dan menjauh dari kehidupan sosial. Its okay, take your time. Namun, jika dirasa Bunda tak dapat menyelesaikannya sendiri, cobalah ungkapkan perasaan kepada orang terdekat yang membuat Bunda nyaman. Entah itu pasangan, orang tua, atau sahabat.
Tak perlu pula merasa bersalah jika Bunda ingin menerima bantuan sebanyak mungkin. Kondisi fisik yang belum sepenuhnya prima mungkin akan membuat Bunda kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah. Jika sahabat ataupun saudara menawarkan bantuan, terimalah selama Bunda merasa nyaman.
Jika bercerita dengan orang terdekat belum juga mendamaikan hati Bunda, Bunda bisa meminta bantuan profesional, seperti terapis, psikolog, ataupun psikiater. Bergabung dalam support group pun terkadang bisa membantu. Namun, pastikan support group yang Bunda ikuti diampu oleh seorang tenaga ahli, ya.
Kehamilan
Simak! Ini Dampak Pandemi bagi Ibu Hamil dan Bayi
Pandemi Covid-19 berdampak pada kita semua. Namun, tahukah, Bunda, bahwa pandemi ini memiliki konsekuensi tersendiri bagi ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan? Begitu pun pada bayi yang baru lahir.
Risiko selama Kehamilan
Dilansir dari mayoclinic.org, risiko penularan Covid-19 pada ibu hamil berada pada level rendah. Namun, kehamilan meningkatkan risiko komplikasi serius pada bumil yang menderita Covid-19. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, ibu hamil dengan Covid-19 lebih berpotensi mengalami masalah pernapasan yang membutuhkan penanganan intensif dibanding pasien yang tidak dalam keadaan hamil. Ibu hamil dengan Covid-19 juga lebih mungkin membutuhkan ventilator.
Sebuah studi dari para peneliti di University of Jordan menunjukkan sisi lain dampak pandemi bagi ibu hamil. Penelitian yang dilakukan pada sekitar 900 orang ibu hamil ini menunjukkan bahwa ada penurunan jumlah pemeriksaan kehamilan yang signifikan. Hanya 4% ibu hamil yang menerima pemeriksaan kehamilan selama lockdown. Padahal, ibu hamil saat pandemi sangat membutuhkan pemeriksaan kehamilan tepat waktu dan berkualitas demi kesehatan bayi yang dikandung.
Di Indonesia sendiri, Bunda bisa melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan yang tentunya lebih dekat dari rumah dan lebih kecil kemungkinannya berkontak dengan pasien lain. Cara ini bisa membuat Bunda tetap mendapatkan pemeriksaan kehamilan meski PSBB diberlakukan. Risiko penularan Covid-19 pun lebih rendah. Dengan catatan, kehamilan Bunda tidak berisiko dan tidak memiliki komplikasi serius ya. Kehamilan dengan risiko sebaiknya langsung diperiksakan ke dokter kandungan.
Persalinan di Tengah Pandemi
Ibu yang hamil saat pandemi berpotensi besar juga melahirkan di kala pandemi. Hal ini bisa menjadi kerugian tersendiri. Mengapa?
Di masa pandemi, mayoritas faskes hanya memperbolehkan satu pendamping selama persalinan dan selama di ruang perawatan, beberapa faskes bahkan tidak memperbolehkan adanya pendamping sama sekali kala proses melahirkan. Padahal, ibu baru membutuhkan dukungan sebanyak yang diperlukan. Rasa lelah setelah melahirkan ditambah adaptasi dengan kehadiran bayi kadang membuat ibu baru kewalahan. Belum lagi ancaman baby blues yang bisa berkembang menjadi depresi pasca persalinan bila rasa sedih dan stres tinggal berlarut-larut. Angka depresi pasca persalinan sendiri meningkat selama pandemi, loh.
Dampak Pandemi bagi Bayi yang Baru Lahir
Tak hanya bagi Bunda, pandemi juga memiliki dampak sendiri bagi bayi. Sistem imun yang belum sempurna membuat bayi rentan tertular Covid-19, apalagi anak di bawah usia 2 tahun tidak diperbolehkan menggunakan masker karena khawatir mengganggu jalannya pernapasan.
Belum lagi jika ada anggota keluarga yang kekeuh ingin menjenguk si kecil di tengah pandemi, risikonya pasti akan berlipat. Sulit pasti menerapkan protokol pada keluarga sendiri, tapi tetap dicoba ya, Bun. Mintalah keluarga yang menjenguk mengenakan masker baru ketika berada di dekat si kecil.
Bagi bayi yang orang tuanya terinfeksi Covid-19, ada kerugian lain yang akan dialami. Biasanya, bayi akan dipisahkan dari ibunya dan tidak bisa dirawat gabung demi mencegah penularan. Ini akan mengurangi peluang bayi untuk melakukan skin to skin contact dengan sang bunda. Pada beberapa kasus, ada pula kemungkinan bayi diperbolehkan pulang terlebih dulu dari rumah sakit, sementara sang ibu masih dirawat, sehingga proses menyusui langsung tidak bisa dilakukan dengan optimal.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Untuk meminimalisasi risiko penularan Covid-19 bagi Bunda yang tengah hamil dan keluarga, hal yang bisa dilakukan adalah mematuhi protokol kesehatan. Hindari bepergian ke luar rumah kecuali ada kebutuhan mendesak. Kalaupun harus ke luar rumah, selalu gunakan masker dan jaga jarak. Minta pula orang-orang yang tinggal serumah melakukan hal yang sama. Jangan lupa cuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum menyentuh wajah atau makan/minum. Konsumsi gizi seimbang agar daya tahan tubuh terjaga.
Yang terpenting tetap semangat ya, Bun. Semoga senantiasa sehat!
Kehamilan
Pertanyaan seputar Vaksin Covid-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Vaksinasi Covid-19 terus digencarkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity. Di tengah program yang terus bergulir, banyak juga pertanyaan terkait keamanan dan efektivitas vaksin, salah satunya untuk ibu hamil dan menyusui.
Berikut ini Ibu Sehati merangkumkan beberapa pertanyaan yang kerap muncul mengenai kaitan vaksin Covid-19 dengan ibu hamil dan menyusui. Yuk, disimak.
Bagaimana cara kerja vaksin Covid-19?
Tujuan vaksin adalah agar penerima dapat memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit. Untuk Covid-19 itu sendiri, yang menjadi penyebabnya adalah virus SARS CoV-2. Melalui vaksinasi tubuh kita berkenalan dengan virus tersebut. Setelah dikenali, diharapkan tubuh dapat membangun sistem kekebalan untuk melawan virus tersebut. Mereka yang belum menerima vaksin, tubuhnya tidak mengenali virus dan tidak tahu cara melawannya. Itu sebabnya, mereka yang tidak menerima vaksin, dapat jatuh sakit karena tubuh tidak memiliki bekal untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus.
Akan tetapi, kekebalan tubuh itu tidak datang secara serta-merta. Diperlukan waktu bagi vaksin untuk dapat bekerja maksimal. Vaksin SInovac yang digunakan di Indonesia, misalnya, diperlukan dua kali suntikan dengan jarak antara 28 hingga 40 hari.
Apakah janin bisa mengidap Covid-19 jika ibu hamil menerima vaksin Covid-19?
Melalui vaksinasi Covid-19, bayi dalam kandungan ibu tidak akan terpapar virus. Virus Covid-19 itu sendiri terbuat dari satu protein yang tidak akan bereplikasi di dalam tubuh manusia. Selain tidak menyebabkan seorang yang divaksin menjadi positif Covid-19, begitupun janin dalam perut ibu hamil.
Apakah vaksin Covid-19 aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Dalam situasi darurat, uji klinis vaksin tidak akan melibatkan ibu hamil. Itu sebabnya, hingga sekarang tidak ada angka efikasi maupun keamanan vaksin bagi ibu hamil. Dari semua vaksin Covid-19 yang beredar saat ini pun tidak ada yang melibatkan ibu menyusui dalam uji klinisnya.
Namun, vaksin dari jenis mRNA yang tidak diaktifkan, sehingga tidak dapat bereplikasi dibandingkan vaksin lain dengan jenis yang sama seperti vaksin tetanus, difteri maupun influenza. Sehingga, secara umum vaksin jenis ini aman dan dapat memberikan perlindungan pasif untuk janin, serta tidak menyebabkan keguguran maupun kelainan kongenital.
Namun demikian, sejumlah badan dunia, organisasi profesi, lembaga kesehatan nasional maupun internasional seperti World Health Organisation (WHO) dan Persatuan Obstetri dan Ginekolog Indonesia (POGI) belum merekomendasikan vaksinasi Covid-19 untuk ibu hamil. Sebaliknya, vaksinasi bagi ibu menyusui diperbolehkan sepanjang tidak ada kontraindikasi.
Apakah perlu berhenti menyusui setelah divaksin?
Bayi akan mendapatkan segudang manfaat dari air susu ibu. Manfaat ASI bagi tumbuh kembang bayi begitu berlimpah, termasuk di dalamnya antibodi. Itu sebabnya, Bunda tidak perlu berhenti menyusui setelah menerima vaksin Covid-19. Bahkan bayi dapat menerima manfaat vaksin dari ASI Bunda.
Saya berencana menjalankan program hamil, apakah boleh divaksin?
Jika Bunda berencana menjalankan program kehamilan, sebaiknya tunda terlebih dahulu sampai mendapatkan vaksin Covid-19. Bunda dapat menjalankan program hamil paling lama 4 minggu setelah divaksin untuk menghindari Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
Saya tengah melaksanakan vaksinasi lain, apakah dapat menerima vaksin Covid-19?
Tergantung vaksinasi apa yang sedang dilaksanakan. Jika dari vaksinasi tersebut diharapkan angkat titer antibodi tinggi dalam waktu yang cepat, maka vaksinasi tersebut perlu diselesaikan terlebih dahulu. Sementara untuk pemberian vaksin yang bersifat booster atau penguat, dapat ditunda.
Apakah vaksin Covid-19 dapat menyebabkan kemandulan?
Tidak ada bukti bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan kemandulan. Kabar ini sempat beredar Desember tahun lalu. Dikatakan bahwa kandungan yang ada pada vaksin bisa menyerang protein yang diperlukan untuk perkembangan plasenta. Akan tetapi, direktur WHO menepis kabar tersebut. Menurut situs Healthline, protein vaksin Covid-19 merupakan struktur yang sama sekali berbeda dari protein yang ada di plasenta. Sehingga, keduanya tidak berhubungan.
-
Kehamilan4 years ago
Bun, Ini Prosedur Periksa Kehamilan dengan BPJS yang Perlu Diketahui!
-
Pasca4 years ago
Bagaimana Mengetahui Jahitan Kering Pasca Melahirkan Normal?
-
Kehamilan5 years ago
Bagaimana Jika Tinggi Fundus Uteri Kurang dari yang Seharusnya?
-
Kehamilan6 years ago
Bunda, Ini Pentingnya Menghitung Tinggi Fundus Pada Saat Hamil
-
Persalinan5 years ago
Ini yang Akan Bunda Alami Saat Melahirkan dengan Induksi
-
Kehamilan4 years ago
Adakah Gerakan Fisik Tertentu yang Bisa Menyebabkan Keguguran?
-
Kehamilan6 years ago
Ini Fakta Seputar Perut Hamil Bunda
-
Kehamilan6 years ago
5 Jenis Infeksi yang Menyebabkan Cacat Janin