fbpx
Connect with us

Kesehatan

Imunisasi Rutin di Masa Pandemi? Begini Rekomendasinya

mm

Published

on

imunisasi di masa pandemi
Imunisasi di masa pandemi tetap dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan.

Dikutip dari penjelasan WHO, imunisasi adalah langkah penting bagi kesehatan masyarakat, khususnya untuk menangkal penyakit-penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga menyampaikan bahwa imunisasi dapat menyelamatkan kita dari berbagai penyakit berbahaya, seperti cacar, tuberkulosis, atau tetanus. Karena itulah, penting bagi kita untuk melakukan imunisasi secara rutin. Tidak hanya anak-anak loh, Bun, yang disarankan melakukan imunisasi secara rutin, orang dewasa khususnya ibu hamil pun demikian.

Lantas, bagaimana pemberian imunisasi dilakukan di masa pandemi Covid-19 seperti ini? Bukankah kita diimbau untuk tidak terlalu sering pergi ke fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit, klinik, atau puskesmas, karena merupakan tempat penyebaran virus? Tahukah, Bun? Saking pentingnya, imunisasi tetap disarankan untuk diberikan selama masa pandemi ini demi kesehatan bersama, loh.

Lalu, bagaimana Bunda dan si kecil bisa mendapatkan imunisasi rutin dan tetap aman dari virus di lain sisi? Ini jawabannya.

Rekomendasi Imunisasi di Masa Pandemi

Imunisasi rutin, seperti vaksin hepatitis B untuk anak atau vaksin tetanus bagi ibu hamil, tidak disarankan untuk ditunda walau masa pandemi Covid-19. Ini demi menghindari risiko infeksi saat jeda waktu pemberian vaksin. Namun, kala Bunda memutuskan untuk pergi ke fasilitas kesehatan demi mendapatkan pelayanan imunisasi, perhatikan hal-hal berikut ini, ya.

Hal yang Perlu Diperhatikan

  • Pilih fasilitas kesehatan dengan cermat. Pastikan fasilitas kesehatan yang Bunda tuju memiliki ruang pemeriksaan maupun ruang tunggu yang luas dengan sirkulasi udara yang baik.
  • Perhatikan apakah fasilitas kesehatan terjaga kebersihannya dan senantiasa membersihkan ruang pemeriksaan dengan cairan desinfektan sebelum dan sesudah pemeriksaan.
  • Pastikan fasilitas kesehatan yang Bunda tuju menyediakan area cuci tangan, lengkap dengan sabun dan air mengalir.
  • Selalu jaga jarak dengan pasien lain sejauh 1-2 meter. Fasilitas kesehatan yang baik biasanya telah memberikan tanda pada kursi tunggu agar pasien terjaga jaraknya. Patuhi tanda ini ya, Bun.
  • Pada H-1 jadwal pemberian imunisasi, hubungilah fasilitas kesehatan yang Bunda tuju. Tanyakan apakah faskes membatasi jumlah pasien dalam sehari dan pastikan apakah Bunda bisa masuk ke dalam kuota. Pasalnya, di masa pandemi seperti ini, beberapa fasilitas kesehatan kerap membatasi jumlah pasien untuk menghindari kerumunan.
  • Pastikan tubuh Bunda atau si kecil sehat saat hendak diberikan imunisasi. Pun, pastikan Bunda atau si kecil tidak memiliki riwayat kontak erat dengan pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Ini demi melindungi diri Bunda dari efek samping imunisasi dan demi melindungi tenaga kesehatan yang akan memberikan imunisasi pada Bunda.
  • Bagi ibu hamil, jika vaksin yang disarankan seperti tetanus tertunda pemberiannya karena fasilitas kesehatan tutup atau terbatas, segera lakukan di kunjungan berikutnya.
  • Jangan lupa menggunakan masker dan selalu membersihkan tangan sebelum dan sesudah memasuki fasilitas kesehatan.

Peran Bunda dalam Imunisasi Si Kecil di Masa Pandemi

Nah, jika Bunda pergi ke fasilitas kesehatan untuk memberikan imunisasi bagi si kecil, ada beberapa hal lainnya yang perlu Bunda perhatikan demi kesehatan dan keselamatan Bunda sebagai pengantar maupun si kecil sebagai penerima vaksin. Ini dia, Bun.

  • Pastikan si kecil dalam keadaan sehat saat hendak diimunisasi dan tidak memiliki riwayat kontak erat dengan pasien kasus konfirmasi maupun kasus suspek Covid-19. Jika si kecil memiliki riwayat ini atau ada riwayat demam, flu, dan batuk, laporkan kepada tenaga kesehatan. Konsultasikan mengenai kemungkinan jadwal pengganti imunisasi.
  • Gunakan masker kain yang bersih saat Bunda mengantar si kecil ke faskes. Anak di bawah usia 2 tahun tidak perlu menggunakan masker agar tak kesulitan bernapas. Pastikan saja Bunda menjaga jarak dengan orang lain selama berada di faskes.
  • Sesampainya di faskes, segera cuci tangan.
  • Setelah imunisasi diberikan, tunggu selama 30 menit sebelum pulang. Duduk di area yang memiliki sirkulasi udara baik dan tetap menjaga jarak. Jangan berjalan-jalan ke wilayah lain faskes selama menunggu untuk menghindari virus. Jika dalam waktu 30 menit anak tidak menunjukkan alergi ataupun reaksi lainnya yang berbahaya, segeralah pulang.
  • Sesampainya di rumah, bersihkan diri dan si kecil. Ganti seluruh pakaian yang Bunda kenakan ke faskes. Begitu pula dengan si kecil. Ganti pakaian, bedong, kain gendongan, ataupun selimut yang digunakan ke faskes. 
  • Hubungi segera petugas kesehatan jika terdapat keluhan setelah imunisasi.

Bunda, itulah rekomendasi imunisasi di masa pandemi. Bila ingin lebih aman, Bunda bisa memanfaatkan pelayanan imunisasi drive-thru yang kini telah disediakan oleh beberapa fasilitas kesehatan. 

Puskesmas Keliling

Pemerintah sendiri menyediakan layanan puskesmas keliling untuk memudahkan pemberian imunisasi. Imunisasi lewat puskesmas keliling tentu lebih aman karena biasanya dilakukan di tempat terbuka dan luas serta menjangkau pasien dalam wilayah yang lebih terbatas. Hanya saja, Bunda memang harus rajin-rajin mengecek jadwalnya dengan menghubungi puskesmas setempat untuk tahu kapan puskesmas keliling akan menyambangi wilayah Bunda. Tetap semangat untuk melakukan imunisasi di masa pandemi ini, Bun.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kesehatan

Panduan untuk Ayah, saat Si Kecil Dirawat di NICU

mm

Published

on

bayi dirawat di nicu
Bayi dirawat di NICU ketika lahir prematur.

Neonatal intensive care unit atau biasa disingkat NICU adalah ruang perawatan intensif bagi bayi yang baru lahir. Kapan seorang bayi yang baru lahir dirawat di NICU? Bayi yang baru lahir dirawat di NICU ketika ia lahir prematur (kurang dari usia 37 minggu) atau lahir dengan kesulitan bernapas. 

Kebanyakan bayi dirawat di NICU selama 24 jam saja. Namun, tidak menutup kemungkinan bayi bisa lebih lama dirawat di sana. Ada yang butuh perawatan di NICU selama beberapa hari, ada pula yang berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Tergantung kondisi si adik bayi.

Meski begitu, tak peduli berapa lama bayi berada di NICU, hal ini bisa menjadi masa yang berat bagi orang tua. Mengingat ibu biasanya masih dalam tahap pemulihan pasca melahirkan, Ayahlah yang akan lebih banyak berperan dalam perawatan bayi selama di NICU. Apa yang mesti dilakukan? Berikut panduannya.

Kenali Siapa Dokter yang Menangani

Saat bayi berada di NICU, apalagi di masa pandemi seperti ini, kesempatan Ayah untuk selalu berada di dekat si kecil berkurang. Efeknya, Ayah mungkin sedang tidak ada di tempat kala dokter melakukan visit. Untuk mengatasi hal ini, coba tanyakan kepada perawat siapa saja dokter yang bertanggung jawab atas kondisi si kecil. Karena, bisa saja ada beberapa dokter yang menanganinya. 

Tanyakan pada pukul berapa dokter akan visit atau apakah ada kemungkinan Ayah bisa menemui dokter di poli. Usahakan bertemu langsung dengan dokter setiap hari untuk mengetahui informasi perkembangan kondisi si kecil.

Bantu Antarkan ASI

Bayi yang dirawat di NICU bukan berarti tidak bisa mendapatkan ASI. Si kecil tetap bisa meminum ASI yang diperah yang kemudian diberikan melalui bantu oleh perawat. Demi mendukung si kecil mendapatkan ASI eksklusif, Ayah bisa membantu Bunda yang sedang dalam proses pemulihan pasca melahirkan untuk mengantarkan ASIP. Bawa ASIP dalam cooler bag agar terjaga nutrisinya.

Tetap Lakukan Bonding

Meski si kecil dirawat dalam inkubator, Ayah tetap bisa memulai menjalin bonding. Mintalah waktu sebentar untuk berada di sisinya. Ayah juga bisa menawarkan diri untuk mengganti popok si kecil. Saat berada di sisi inkubator, selalu ajak adik bayi bicara. Nyanyikan lagu pengantar tidur pun boleh.

Beri Penjelasan kepada Si Kakak

Pengalaman ini bukan hanya berat dan membingungkan bagi Ayah dan Bunda, tetapi juga bagi si kakak. Jika si kecil memiliki kakak, pastikan kakak mengerti mengapa adiknya belum bisa pulang ke rumah dan perlu dirawat di rumah sakit. Pun, jangan lupa untuk tetap meluangkan waktu untuknya dan memperhatikan kebutuhannya. 

Perawatan bayi baru lahir di NICU mungkin akan sangat menguras waktu dan tenaga Ayah dan Bunda, tetapi tetap jangan biarkan si kakak merasa ditinggalkan. Jika Ayah dan Bunda belum bisa meluangkan banyak waktu karena fokus mengurus perawatan bayi di NICU, katakanlah permohonan maaf secara langsung kepada si kakak dan jelaskan alasannya. Minta pula kepada anggota keluarga lain, entah itu kakek atau nenek, untuk sementara waktu memberi perhatian ekstra kepada si kakak.

Perhatikan Diri Sendiri

Di masa seperti ini, Ayah mungkin adalah orang yang diharapkan paling kuat dan tegar. Namun, Ayah juga manusia. Ayah pun pasti merasakan kesedihan dan kebingungan ketika bayi dirawat di NICU. Jika Ayah merasakan hal ini, jangan ragu untuk membaginya bersama Bunda. Ayah juga bisa mencari support group yang beranggotakan orang tua dengan pengalaman yang sama. Dari support group biasanya akan ada banyak hal untuk dipelajari. Oh ya, jangan pula lupakan kebutuhan mendasar Ayah, seperti makan dan tidur. 

Continue Reading

Kesehatan

Mengenal Ruang NICU, Fungsi dan Perkiraan Tarif

mm

Published

on

ruang nicu
Ruang NICU untuk merawat bayi prematur.

Tidak ada seorang ibu atau ayah yang ingin melahirkan bayi prematur. Akan tetapi, beberapa orangtua tidak dapat menghindari hal ini. Di Amerika Serikat, 1 dari 10 bayi dilahirkan terlalu dini atau kurang dari 37 minggu. 

Sementara di Indonesia, dari RISKESDAS 2018 diketahui terdapat 675.700 kelahiran prematur di Indonesia setiap tahun. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kelahiran prematur ke-5 tertinggi di dunia. 

Bayi prematur ini akan dirawat di ruang NICU atau Neonatal Intensive Care Unit hingga organ-organ tubuhnya dapat berfungsi dengan baik untuk dapat hidup secara mandiri. Mengenai apa dan bagaimana ruang NICU, yuk simak beberapa hal ini. 

Ruang NICU adalah

Ruang NICU adalah ruang perawatan bayi baru lahir maupun bayi yang memerlukan perawatan medis khusus. Ruangan ini dilengkapi dengan peralatan pendukung dan staf/perawat yang terlatih.

Alasan bayi dirawat di ruang NICU 

Selama di rahim, si kecil sangat tergantung dengan tubuh Bunda. Ia bernapas dan makan melalui plasenta Bunda. Akan tetapi setelah lahir, ia tidak bisa lagi bergantung kepada Bunda. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan menggunakan organ-organ tubuhnya sendiri untuk bertahan hidup. 

Sayangnya tidak semua bayi terlahir dalam kondisi sehat, sehingga proses adaptasi tersebut tidak serta-merta berjalan mulus. Bayi tersebut memerlukan pertolongan medis untuk bisa hidup. Beberapa alasan yang membuat bayi baru lahir harus dirawat di ruang NICU adalah bayi yang lahir prematur, bayi yang mengalami masalah kesehatan, bayi dengan berat badan rendah dan bayi dengan berat lebih dari 4000 gr (makrosomia).

Berbagai masalah kesehatan yang membuat bayi dirawat di NICU sangat beragam dan juga bergantung dari kondisi bayi pada saat itu. Di antara masalah kesehatan tersebut adalah anemia, gangguan pernapasan, pneumonia, masalah jantung, jaundice (bayi kuning), masalah pencernaan, intra uterine growth restriction (IUGR) atau bayi yang perkembangannya di dalam rahim terhambat

Berapa lama bayi dirawat di NICU?

Jangka waktu perawatan bayi di ruang NICU bisa berbeda-beda, dari hanya beberapa jam, beberapa hari, bahkan berbulan-bulan. Ada banyak faktor yang menentukannya, akan tetapi yang paling dasar adalah apakah bayi sudah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri; bisa menyusu, bernapas tanpa bantuan alat, dan menunjukkan tren pertumbuhan yang positif.

Siapa saja yang bertugas di ruang NICU? 

Bertugas menjaga perawatan bayi dengan kebutuhan medis khusus, tentu saja ruang NICU dijaga oleh banyak staf terlatih yang tidak sembarangan. Sebagai pemimpin tim, biasanya ditunjuk seorang neonatologist (dokter anak dengan sub spesialis perawatan bayi prematur), perawat bayi baru lahir, dan suster. Selain itu, fasilitas ini juga didukung oleh tenaga ahli lain yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan keluarga. Misalnya konselor laktasi, dokter gizi, dokter jantung bahkan psikolog. 

Apakah biaya perawatan NICU ditanggung BPJS?

BPJS Kesehatan yang Bunda miliki hanya dapat digunakan untuk menutupi biaya pemeriksaan kehamilan, biaya melahirkan dan pemeriksaan bayi baru lahir. Jika ternyata si kecil memerlukan perawatan tambahan di rumah sakit, BPJS Bunda tidak dapat menanggungnya. 

Yang perlu Bunda lakukan adalah membuat BPJS untuk si kecil. Akan tetapi perlu dipastikan bahwa Bunda tercatat sebagai peserta BPJS Kesehatan dan aktif membayar iuran. Si kecil harus segera didaftarkan untuk mendapatkan fasilitas jaminan kesehatan dari BPJS Kesehatan.

Berapa biaya perawatan di ruang NICU?

Mengingat perawatan intensif dengan alat-alat kesehatan dan tenaga kesehatan terlatih, biaya perawatan ruang NICU tentu saja lebih tinggi dari kamar perawatan biasa. Dilansir dari kitabisa.com biaya perawatan bayi di ruang ini bisa mencapai 2 juta rupiah per hari. Biaya ini juga tergantung dari kondisi medis bayi dan perawatan yang ia terima di ruang NICU.

Continue Reading

Kesehatan

Ini yang Perlu Bunda Ketahui tentang Bayi Prematur

mm

Published

on

Kondisi bayi prematur yang belum berkembang utuh, memerlukan perawatan dan perhatian khusus.

Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum waktunya, atau di bawah usia kehamilan 37 minggu. Wajarnya, di dalam rahim Bunda akan terus berkembang dan menyempurnakan diri, sebagai bekal hidupnya ketika terlahir ke dunia. Akan tetapi, karena terlahir sebelum usia yang seharusnya, kondisi tubuh bayi prematur pun belum sempurna. 

Kondisi ini menyebabkan bayi prematur perlu dirawat di ruang NICU atau Neonatal Intensive Care Unit. Mengetahui kondisi bayi prematur merupakan langkah awal untuk dapat merawat bayi prematur dengan baik. Berikut ini beberapa hal yang perlu Bunda ketahui tentang bayi prematur. 

1. Berat bayi lahir rendah. Semakin matang usia kelahiran bayi, semakin berat pula badannya. Bahkan di usia kehamilan 37 ke atas, janin mulai menumpuk lapisan lemak di kulitnya. Tidak heran jika bayi yang lahir prematur memiliki berat badan yang rendah. Bayi prematur biasanya terlahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg. Seiring usianya, berat badan dan ukurannya juga akan bertambah. 

2. Bayi prematur mungkin akan dirawat di ruang NICU. Jangan panik jika dokter yang menangani si kecil memutuskan untuk merawatnya di NICU. Pahamilah bahwa keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan kondisi si kecil dan memahami kebutuhannya. Bunda tetap dapat melakukan bonding dengan si kecil. Tanyakan pada fasilitas kesehatan terkait mengenai apa saja yang bisa Bunda lakukan untuk menjalin komunikasi dengan si kecil. 

3. Di NICU, si kecil mungkin perlu dirawat dalam inkubator dan ‘terikat’ dengan berbagai peralatan medis, Beberapa peralatan itu diperlukan untuk mengatur suhu tubuh dan memonitor tanda vital. Mungkin si kecil juga perlu menggunakan ventilator dan selang makanan yang diperlukan untuk membantunya bernapas dan mengonsumsi makanan. 

4. Bayi prematur masih rentan terhadap kuman. Lahir sebelum matang, menyebabkan bayi prematur memiliki sistem imunitas yang belum berkembang maksimal. Oleh sebab itu, wajib menjaga lingkungannya tetap bersih dan bebas kuman. 

Di NICU, setiap pengunjung wajib mencuci tangannya terlebih dahulu. Penggunaan gaun rumah sakit, masker, dan sarung tangan juga disarankan. Begitu pun ketika si kecil sudah dirawat di rumah, jaga kebiasaan untuk mencuci tangan sebelum memegangnya. Batasi kerabat maupun teman yang berkunjung. Asap rokok juga bisa berbahaya bagi bayi prematur Bunda. 

5. Si kecil memerlukan pemantauan dokter secara rutin. Adalah penting untuk terus menjaga komunikasi dengan dokter anak si kecil dan meng-update perkembangannya. Kunjungan rutin ke dokter tetap perlu dilakukan. Sayangnya, bayi prematur masih rentan tidak hanya terhadap kuman tapi juga terhadap kondisi kesehatan tertentu. Ia pun perlu divaksinasi sesuai jadwal. 

6. Si kecil mungkin mengalami kesulitan menyusui. Selain usus dan paru-parunya yang masih berkembang, si kecil juga masih kesulitan mengisap, menelan dan bernapas secara bersamaan. Padahal, keahlian ini diperlukan untuk memenuhi nutrisinya di luar rahim. Pun, bayi prematur cepat merasa lelah dari kegiatan tersebut. 

Selama di NICU ia memperoleh nutrisi dari infus atau selang yang dimasukkan melalui hidung atau mulutnya. Selang tersebut mengantarkan ASI atau susu formula ke dalam perutnya. 

Ketika si kecil mulai mengisap dari payudara Bunda untuk memperoleh asupan ASI, lakukanlah secara bertahap, yaitu dengan mengkombinasikan menyusui langsung dengan pemberian ASI melalui botol. Akan tetapi, selalu mulai dengan memberikan ASI langsung ya, Bun. Selain itu, beri jarak antar menyusui lebih sering, pasalnya si kecil cenderung menyusu sedikit-sedikit. 

7. Pola tidur bayi prematur berbeda dengan bayi yang lahir sesuai usia. Tidak hanya dalam hal waktu tetapi juga kualitas tidur. Bayi prematur dapat tidur selama 22 jam per hari. Namun karena mereka masih perlu sering menyusu, tidurnya tidak akan terlalu nyenyak. Itu sebabnya mereka akan tampak seperti selalu mengantuk. Bayi prematur baru dapat tidur sepanjang malam di usia 8 atau 9 bulan. 

Itulah tujuh fakta yang perlu Bunda ketahui tentang bayi prematur. Dengan memahami kondisinya. Bunda pun dapat memberikan perawatan yang tepat untuk si kecil. 

Continue Reading

Trending