fbpx
Connect with us

Menyusui

Jenis Benjolan di Payudara pada Ibu Menyusui

mm

Published

on

benjolan payudara
Selama menyusui, benjolan payudara bisa terjadi.

Tidak hanya ukuran payudara yang akan berubah selama Bunda menyusui si kecil, benjolan payudara saat menyusui pun kerap terjadi. Perubahan ini sesungguhnya wajar terjadi karena kelenjar payudara yang memproduksi air susu ibu ukurannya akan membesar selama masa menyusui. 

Akan tetapi, ada kalanya benjolan tak mau pergi walau Bunda sudah menyusui si kecil. Bahkan bisa jadi benjolan menetap selama beberapa hari. Saat ini terjadi, Bunda mungkin merasa tidak nyaman. Payudara terasa kencang dan berat, proses menyusui pun terhambat. Apakah hal ini wajar? 

Tenang saja Bun, kebanyakan benjolan payudara bukanlah kondisi serius yang biasanya akan hilang dalam beberapa hari. Meski demikian, waspada tetaplah perlu. Pasalnya pada beberapa kasus, benjolan ini bersifat berbahaya bahkan bisa menjadi tanda adanya kanker payudara. Itu sebabnya, Bunda perlu segera menemui dokter jika benjolan tak kunjung hilang meski lewat dari seminggu. 

Yuk Bun, cek benjolan payudara yang mungkin terjadi saat Bunda menyusui dan bagaimana cara mengatasinya.  

Jenis benjolan payudara pada ibu menyusui

Berikut ini adalah beberapa jenis benjolan payudara yang biasa dialami perempuan, terutama ibu menyusui. 

Saluran susu tersumbat 

Jika Bunda melihat titik-titik putih di bagian areola payudara dan merasakan payudara tidak mengeluarkan ASI selancar biasanya, maka mungkin Bunda mengalami sumbatan pada saluran ASI. Kondisi ini bisa terjadi jika saluran susu tidak mengalami pengosongan total lewat cara menyusui. Misalnya jika bayi tidak terlalu banyak menyusu, atau produksi ASI lebih banyak dibanding jumlah ASI yang diisap oleh si kecil. Selain itu, saluran bisa ASI bisa jadi tersumbat jika posisi menyusui kurang optimal dan bayi tidak menyusu secara sering dan teratur. 

Jika mengalami sumbatan pada saluran payudara, Bunda akan merasa payudara penuh, hangat, berat dan keras. Payudara pun terasa nyeri dengan gumpalan yang dapat teraba. Meski penuh, ASI tidak keluar sama sekali atau hanya keluar sedikit saat diperah. Tanda lainnya adalah si kecil merasa rewel saat disusui karena ASI tidak keluar. 

Untuk mengatasinya, Bunda bisa mengompres payudara dengan handuk atau waslap yang sudah direndam air hangat. Bunda juga bisa mengisi cangkir dengan air hangat, kemudian tempelkan cangkir tersebut pada benjolan payudara. Sambil menempelkan cangkir tersebut Bunda bisa melakukan gerakan memijat atau menekan. Cara ini dapat melancarkan saluran yang tersumbat. 

Setelah kompres hangat diterapkan, biasanya payudara akan terasa lebih lemas. Saat itulah Bunda bisa segera memerah payudara menggunakan pompa atau secara manual untuk mengeluarkan ASI yang tersumbat. Selain memerah, Bunda juga bisa memberikan payudara pada si kecil untuk diisap. 

Saat memerah atau menyusui, coba sedikit bungkukkan punggung agar payudara menggantung. Posisi ini membantu menarik ASI keluar. Mungkin ASI yang tersumbat tidak akan langsung keluar dengan sekali kompres, Bunda bisa mengulang-ulang prosesnya sampai payudara terasa enteng dan lemas. 

Biasanya Bunda akan menemukan tekstur ASI yang lebih kental keluar saat memerah payudara secara manual. Ya, tekstur kental itulah yang menahan ASI keluar dengan lancar. 

Mastitis 

Pada mastitis, benjolan payudara terasa panas dan merah. Biasanya mastitis juga disertai demam hingga 38 derajat Celcius. 

Infeksi pada payudara bisa terjadi jika ada bakteri yang masuk melalui saluran ASI melalui celah pada puting. Bakteri tersebut bisa berasal dari mulut bayi atau kotoran pada bra. Jika kondisi kekebalan tubuh Bunda baik, mastitis tidak akan terjadi, sebab daya tahan tubuh akan mencegah bakteri berkembang biak. Bunda yang mengidap penyakit seperti diabetes, penyakit kronis, AIDS, atau gangguan kekebalan tubuh lain, umumnya lebih rentan mengalami mastitis. 

Karena terjadi infeksi bakteri, untuk mengatasinya diperlukan obat-obatan antibiotik. Jadi, Bunda bisa segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat ya. 

Kista

Benjolan bulat atau oval yang tidak berbahaya dan mengandung cairan. Terasa keras dan halus saat diraba dan biasanya akan berpindah-pindah posisinya di dalam payudara. Kista biasanya tidak menimbulkan masalah. Akan tetapi beberapa jenis kista perlu diangkat dengan cara bedah. Kista juga tidak akan memengaruhi produksi ASI dan proses menyusui. Untuk amannya, Bunda bisa memeriksakan benjolan tersebut ke fasilitas kesehatan terdekat ya. 

Payudara Fibrokistik 

Adalah adanya benjolan pada payudara diikuti perubahan tekstur payudara dan rasa nyeri payudara yang disebabkan oleh perubahan hormon selama siklus menstruasi yang memengaruhi jaringan payudara. Biasanya kondisi ini akan terasa lebih mengganggu beberapa hari sebelum menstruasi. Kondisi ini tidak memicu kanker dan juga tidak memengaruhi proses menyusui maupun produksi ASI. 

Lipoma

Benjolan payudara ini juga tidak bersifat kanker. Lipoma adalah jaringan lemak di dalam payudara yang tumbuh secara perlahan. Benjolan ini cenderung lunak dan tidak menyebabkan sakit. 

Hematoma

Hematoma adalah gumpalan darah di bawah jaringan kulit payudara yang disebabkan oleh benturan atau bedah. Ukurannya bisa kecil atau besar. Biasanya Anda akan merasakan sensasi nyeri di sekitar benjolan, bisa juga berwarna merah dan bengkak. Jika gumpalan darah tersebut berada dekat permukaan kulit, akan terlihat memar. 

Kanker payudara

Dari sekian banyak kasus benjolan pada payudara, hanya sebagian kecilnya disebabkan oleh kanker payudara. Benjolan akibat kanker payudara biasanya keras dan tidak terasa nyeri. Jika diraba, Bunda akan sulit menemukan pinggir atau tepiannya. Selain itu, benjolan akan terasa seperti tertambat jaringan payudara di sekitarnya, menyebabkan benjolan ini sulit bergerak di dalam jaringan payudara. Jika Bunda merasakan gejala ini, jangan menunda untuk memeriksakannya ke fasilitas kesehatan terdekat ya, Bun. 


Itulah penjelasan mengenai benjolan pada payudara yang bisa terjadi pada ibu menyusui. Semoga penjelasan di atas dapat memberi sedikit gambaran mengenai benjolan payudara yang Bunda rasakan. Jika benjolan tidak juga mereka lebih dari seminggu, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter ya, Bun.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Air Susu Ibu

ASI Keluar saat Hamil, Apa Sebabnya?

mm

Published

on

asi keluar saat hamil

Berbagai perubahan akan terjadi pada tubuh Bunda ketika hamil. Tidak hanya dalam rangka menjaga pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi juga dalam upaya mempersiapkan diri saat si kecil lahir nanti. Salah satu perubahan yang mulai terasa adalah air susu ibu atau ASI keluar saat hamil. 

Ya, beberapa ibu sudah mengalami ASI keluar saat hamil, bahkan di pertengahan usia kehamilan. Namun ada juga ibu hamil yang baru merasakan ASI keluar di trimester akhir kehamilan. Sebagian ibu hamil bahkan tidak merasakan ASI keluar. Sebenarnya, apa yang membedakan dan bagaimana proses produksi ASI pada ibu hamil ini? Dan apa yang dapat Bunda lakukan jika mengalami ASI keluar saat hamil?

Penyebab ASI keluar saat hamil? 

Ketika hamil, tubuh Bunda mulai memproduksi kolostrum sebagai persiapan persalinan nanti. Proses pembentukan kolostrum ini sudah dimulai sejak usia kehamilan 14 minggu atau di trimester pertama. Tentu saja tidak seperti perubahan perut yang terasa dan terlihat, produksi kolostrum ini berlangsung “secara diam-diam” tanpa Bunda sadari. 

Kolostrum itu sendiri merupakan cairan berwarna kuning kental yang akan keluar setelah melahirkan dan hanya keluar selama beberapa hari. Kolostrum merupakan sumber nutrisi yang amat baik untuk bayi baru lahir, terutama dalam membantu bayi meningkatkan ketahanan tubuhnya. 

ASI yang menetes keluar dari puting saat Bunda hamil merupakan tanda bahwa tubuh juga sudah memproduksi hormon prolaktin, yang bertanggung jawab terhadap produksi air susu ibu. Biasanya hormon ini mulai terbentuk di trimester ketiga kehamilan

Faktanya adalah, begitu banyak hormon dalam tubuh Bunda yang kadarnya mengalami pasang-surut, khususnya  saat kehamilan ini. Tubuh berusaha keras menjaga keseimbangan antar-hormon, agar pada saat dibutuhkan nanti, ASI keluar pada waktu yang tepat. Akan tetapi, ketidakseimbangan wajar saja terjadi dan bukan suatu hal yang perlu terlalu dikhawatirkan. 

Untungnya, tubuh Bunda juga memproduksi hormon estrogen dan progesteron dalam kadar yang tinggi selama hamil. Khususnya di masa awal kehamilan. Kehadiran kedua hormon inilah yang mencegah prolaktin hadir dan memengaruhi tubuh Bunda. Itu sebabnya, ASI yang keluar saat hamil tidaklah banyak. 

Bagaimana mengatasi ASI yang keluar saat hamil?

Meski wajar terjadi, bukan tidak mungkin jika Bunda merasa terganggu dengan cairan yang bocor dari puting. Misalnya karena membuat pakaian Bunda basah. Lalu apa yang bisa Bunda lakukan? 

Jika ASI yang menetes tersebut tidak banyak atau hanya beberapa tetes, Bunda cukup mengatasinya dengan menggunakan breast pad atau bantalan pada bra yang Bunda kenakan

Ketika menggunakan bantalan payudara, sebaiknya Bunda selalu menggantinya jika mulai terasa basah atau berbau. Hal ini untuk menghindari terjadinya infeksi atau ruam di sekitar puting payudara Bunda. Pastikan juga ada ruang yang cukup nyaman di dalam bra untuk menyelipkan bantalan. Hindari menekan payudara terlalu keras saat mengenakan bantalan ini ya, Bun. 

Ada baiknya juga Bunda bersiaga dengan mengenakan pakaian yang warnanya mampu menyamarkan rembesan ASI, atau syal maupun jaket yang dapat digunakan untuk menutupi rembesan tersebut.

Hindari pula aktivitas yang dapat memicu keluarnya rembesan ASI. Misalnya gerakan olahraga yang menggesek puting dan menyebabkan keluarnya ASI. Aktivitas seks, terutama stimulasi pada puting juga bisa memicu keluarnya ASI. 

Namun jika jumlah kebocoran ASI dirasakan terlalu banyak dan sudah sangat mengganggu, ada baiknya jika Bunda berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan hal ini tidak disebabkan oleh hal yang tidak wajar.  
Pada dasarnya, produksi ASI memang sudah dimulai sejak hamil, jadi Bunda tidak perlu malu untuk membicarakan hal ini dengan tenaga kesehatan yang membantu Bunda. Bahkan ASI yang keluar saat hamil bisa dijadikan pertanda bahwa saat lahir nanti si kecil akan mendapatkan ASI pertamanya dari Bunda.

Continue Reading

Air Susu Ibu

Mengenal Prolaktin & Oksitosin, Hormon yang Berperan saat Menyusui

mm

Published

on

hormon menyusui
Prolaktin dan oksitosin adalah dua hormon menyusui yang memiliki peran berbeda.

Setelah melahirkan, masa menyusui pun tiba. Rasa deg-degan mungkin melanda mengingat banyak orang yang berkata bahwa proses menyusui kerap banyak drama. Sedikitnya ASI yang keluar dari payudara menjadi drama tersering yang dialami para bunda. Kalau sudah begini, pasti bingung rasanya karena si kecil hanya mengandalkan ASI sebagai asupan di 6 bulan pertama. 

Untuk mengatasi masalah tadi, kita perlu mencari tahu dulu akar masalahnya. Apakah masalahnya ada pada produksi ASI yang memang sedikit atau ASI yang tidak lancar keluar dari payudara? Pasalnya, berbeda masalah, berbeda pula nantinya hormon menyusui yang akan dirangsang.

Yap, ada dua hormon menyusui yang mungkin sudah akrab di telinga Bunda, yakni prolaktin dan oksitosin. Meski sama-sama hormon menyusui, ternyata keduanya memiliki peran yang berbeda dalam kesuksesan pemberian ASI. Apa Bedanya?

Peran Hormon Prolaktin

Prolaktin adalah hormon yang bertanggung jawab dalam memproduksi ASI. Hormon ini mulai bekerja sejak masa kehamilan loh, Bun. Hanya saja, tingginya kadar hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh plasenta mencegah prolaktin untuk memproduksi terlalu banyak ASI matur. Karena itulah, saat hamil Bunda akan mendapati ada ASI bening hingga kekuningan yang keluar dari payudara, tetapi tidak banyak jumlahnya.

Saat melahirkan, plasenta keluar dari tubuh Bunda, otomatis hormon estrogen dan progesteron yang tadinya tinggi mendadak menurun drastis. Ketika ini terjadi, meningkatlah hormon prolaktin untuk memproduksi lebih banyak ASI.

Meningkatkan Hormon Prolaktin dalam Tubuh

Hormon prolaktin yang meningkat setelah melahirkan belum cukup untuk memproduksi ASI yang melimpah. Bunda perlu menstimulasinya dengan rajin menyusui si kecil. Kalau si kecil belum terlalu jago menyusu, Bunda bisa mencoba cara lain, yakni dengan memompa payudara. Lakukan hal ini setiap 2 atau 3 jam sekali. Semakin sering Bunda menyusui, semakin banyak pula hormon prolaktin yang dilepaskan oleh otak. 

Eits, tapi meningkatnya hormon prolaktin tak serta-merta membuat ASI keluar dengan lancar ya. Soalnya, perihal satu ini bergantung pada peran hormon lain, yakni oksitosin.

Peran Hormon Oksitosin dalam Proses Menyusui

Bila hormon prolaktin bertugas memproduksi ASI, hormon oksitosinlah yang berperan untuk mengeluarkannya. Jadi, bisa saja produksi ASI Bunda sudah banyak, tapi tidak keluar dengan optimal karena kadar hormon oksitosin yang rendah. 

Inilah mengapa kadang terjadi kasus seperti ini: Bunda sudah memompa ASI dengan durasi yang lama dan kekuatan memompa yang tinggi, tapi payudara masih terasa penuh dan ASI yang keluar hanya sedikit. Kondisi seperti ini bisa terjadi ketika hormon prolaktin yang tinggi tidak dibarengi dengan kadar hormon oksitosin yang tinggi pula.

Cara Meningkatkan Hormon Oksitosin

Hormon oksitosin bisa meningkat ketika Bunda merasa aman, nyaman, dan bahagia. Namun, ketika menyusui, cara paling ampuh meningkatkan hormon oksitosin adalah dengan menyusui secara langsung. Ketika menyusui secara langsung atau direct breastfeeding, terjadi sentuhan kulit antara Bunda dan bayi, sentuhan itulah yang memicu keluarnya hormon oksitosin. Menyusui secara langsung juga bisa memicu let-down reflex, loh.

Ketika si kecil menempel di payudara Bunda dan memasukkan areola ke mulutnya, sel saraf di payudara akan mengirimkan sinyal ke otak untuk melepaskan oksitosin. Oksitosin kemudian menyebabkan otot di sekitar kelenjar susu berkontraksi. Saat kelenjar berkontraksi, ASI terperas ke dalam saluran susu dan keluarlah dari payudara.

Oh ya, bila Bunda memang sedang tidak bisa menyusui langsung, misalnya karena harus bekerja dari kantor, cobalah melihat foto dan video si kecil sambil memompa. Hal seperti ini juga bisa membantu melepaskan hormon oksitosin yang melancarkan keluarnya ASI. Di kesempatan lain, Bunda juga bisa meminta bantuan Ayah untuk melakukan pijat oksitosin agar ASI semakin lancar.

Setelah mengenal dua hormon menyusui serta perbedaan perannya, semoga Bunda semakin mantap memberikan ASI bagi si kecil ya. Selamat berjuang

Continue Reading

Menyusui

Catat, Bun! Inilah Durasi Ketahanan ASIP di Berbagai Kondisi

mm

Published

on

ASIP tahan berapa lama
Berapa lama daya tahan ASIP tergantung pada lokasi penyimpanannya.

Air susu ibu perah atau ASIP adalah andalan bagi ibu yang sering beraktivitas di luar rumah dan tetap ingin memberikan ASI eksklusif bagi bayinya. Lazimnya, agar ASI yang sudah diperah dapat tahan lama, para ibu memanfaatkan freezer, kulkas, atau cooler bag sebagai penyimpanan. Ternyata, Bun, media penyimpanan ASIP yang Bunda pilih sangat menentukan berapa lama daya tahan ASIP, loh. 

Yuk, mari dicatat perbedaannya.

Suhu Ruang

Jika setelah memerah ASI Bunda lupa untuk menyimpannya di dalam kulkas, jangan terburu-buru membuangnya ya. Pasalnya, ASI yang disimpan dalam suhu ruang juga bisa bertahan selama beberapa jam. Begini rinciannya.

  • Baru diperah: tahan hingga 6-8 jam dalam suhu ruang.
  • Sudah dicairkan, tapi tidak dihangatkan: 4 jam dalam suhu ruang, bisa disimpan kembali dalam kulkas bagian bawah selama maksimal 24 jam.
  • Sudah dicairkan dan dihangatkan: baiknya segera dihabiskan, bisa disimpan kembali dalam kulkas bagian bawah selama maksimal 4 jam.

Cooler Bag + Ice Pack

Bagi ibu yang memerah ASI di luar rumah, seperti di kantor, cooler bag menjadi media penyimpanan ASI yang disarankan. Walau kantor Bunda menyediakan kulkas dengan freezer misalnya, cooler bag ditambah dengan ice pack adalah media penyimpanan yang lebih baik dengan daya tahan hingga 24 jam. 

Selain menghindari kontaminasi dengan makanan lain yang turut disimpan dalam kulkas atau freezer, cooler bag menjadi pilihan karena suhunya tidak sampai membekukan ASI. Ketika ASI hanya dingin dan tidak beku, Bunda dapat menyimpan ASIP di freezer setibanya di rumah. 

Sebaliknya, jika Bunda membekukan ASIP di freezer kantor lalu ASIP mencair sepanjang perjalanan menuju rumah, Bunda tidak bisa membekukannya kembali di dalam freezer. Paling-paling, ASIP hanya bisa disimpan di kulkas bagian bawah selama 24 jam saja.

Kulkas Bagian Bawah

Kulkas bagian bawah memiliki kisaran suhu 0-4 derajat celcius. Pada suhu ini, daya tahan ASIP bervariasi tergantung kondisi ketika ia disimpan. Seperti ini detailnya, Bun.

  • Baru diperah: ASIP optimal digunakan hingga 3 hari dan dapat bertahan paling lama 8 hari.
  • Sudah dicairkan, tapi tidak dihangatkan: daya tahan hingga 24 jam.
  • Sudah dicairkan dan dihangatkan: daya tahan hingga 4 jam

Freezer

Penyimpanan ASIP dalam freezer hanya disarankan untuk ASI yang baru diperah. ASIP yang sudah dicairkan ataupun dihangatkan tidak disarankan untuk kembali dibekukan karena kandungan gizinya akan menurun. Beginilah daya tahan ASIP di berbagai jenis freezer.

  • Lemari es 1 pintu: daya tahan 2 minggu
  • Lemari es 2 pintu: disarankan untuk dikonsumsi dalam kurun waktu 3 bulan, tetapi masih dapat dipakai hingga waktu 6 bulan.
  • Lemari freezer: disarankan untuk dikonsumsi dalam kurun waktu 6 bulan, tetapi masih dapat dipakai hingga waktu 12 bulan.

Manajemen Penyimpanan ASIP

Bunda juga perlu tahu bahwa tata kelola penyimpanan ASIP lebih baik menggunakan sistem LIFO (last in first out). Artinya, ASIP terakhir yang dimasukkan ke dalam freezer adalah yang lebih dulu dikeluarkan. Pasalnya, komposisi ASI terus berubah mengikuti kondisi terkini si kecil sehingga ASI terakhirlah yang paling pas untuk memenuhi kebutuhannya saat ini. 

Lalu, bagaimana dong dengan ASIP yang lebih dulu disimpan? Jika memang ASIP terdahulu sudah telanjur banyak stoknya, Bunda bisa memberikannya kepada bayi dengan cara diselang-seling. Misalnya, pagi menggunakan ASIP baru dan siang menggunakan ASIP lama.

Saat menyimpan ASIP, jangan lupa menuliskan tanggal dan jam perah. Tanggal untuk mengetahui batas kedaluwarsa ASIP dan jam untuk mengetahui kapan ASIP harus dikeluarkan. Soalnya, kandungan ASI pada pagi dan malam hari berbeda, Bun. 

ASI pada pagi hari mengandung hormon kortisol yang berfungsi membuat bayi terjaga, sedangkan ASI malam hari mengandung melatonin yang dapat membuat si kecil mengantuk. Bila tertukar, khawatirnya waktu tidur si kecil jadi kacau.

Tips Mencairkan ASIP

ASI sangat sensitif terhadap perubahan suhu mendadak. Karena itu, jangan langsung panaskan ASIP yang masih beku. Untuk mencairkan ASIP, lebih baik turunkan dulu ASIP ke kulkas bagian bawah dan biarkan mencair dengan sendirinya. Setelah mencair, baru pindahkan ke suhu ruang atau dihangatkan. 

Untuk menghangatkannya, Bunda bisa menggunakan penghangat ASI elektrik atau rendam dalam mangkuk berisi air hangat. Jangan hangatkan ASI di dalam air mendidih di atas kompor.

Jika ASIP dibutuhkan segera, keluarkan ASI beku dan segera kucurkan di bawah air mengalir. Bila ASIP sudah agak mencair, barulah Bunda bisa menghangatkannya dengan cara yang sama seperti di atas.

Itulah informasi mengenai berapa lama daya tahan ASIP beserta tips mengenai manajemen penyimpanan ASI serta cara mencairkannya. Semoga bermanfaat ya, Bun.

Continue Reading

Trending