Menyusui
Bunda, Begini Cara Memenuhi Kebutuhan ASI Bayi Baru Lahir
Bunda, selamat atas kelahiran si kecil! Kini waktunya memberikan ia ASI eksklusif selama 6 bulan. Tahukah, Bun, perjalanan Bunda dalam memberikan ASI selama 6 bulan ini akan sangat ditentukan oleh pemberian ASI di awal-awal masa kelahiran bayi hingga 5 hari pertama saat tubuh Bunda sedang belajar memproduksi ASI.
Meski keberhasilan pemberian ASI sangat ditentukan oleh periode 5 hari pertama, bukan berarti dalam 5 hari ini ASI Bunda akan langsung melimpah, ya. Produksi ASI akan menyesuaikan dengan kebutuhan ASI bayi baru lahir. Jadi, tidak perlu langsung stres dan menyerah jika di awal pasca-persalinan ASI Bunda hanya keluar sedikit. Pasalnya, kebutuhan ASI si kecil di awal masa kelahirannya juga baru sedikit kok.
Supaya Bunda tak khawatir dan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan bisa sukses, ketahui dulu yuk jumlah kebutuhan ASI bayi baru lahir, lengkap dengan cara memenuhinya.
Kebutuhan ASI Bayi Baru Lahir
Hari Pertama Kelahiran
Pada 24 jam pertama setelah lahir, perut bayi hanya berukuran sebesar buah cherry. Mungil sekali, kan? Oleh karena itu, kebutuhan ASI-nya pun belum terlalu banyak. Si kecil hanya bisa menampung 5-7 ml ASI atau sekitar 1-1,5 sendok teh tiap menyusu dengan frekuensi menyusu 8-10 kali sehari.
Hari Ketiga Kelahiran
Di hari ketiga, perut bayi sudah berkembang menjadi sebesar kenari dan mampu menampung ASI hingga 22-27 ml per sekali menyusu. Frekuensi menyusunya masih sama, yakni 8-10 kali sehari.
Minggu Pertama Kelahiran
Nah, di minggu ini, ukuran perut bayi sudah bertambah lagi menjadi sebesar aprikot dan mampu menampung ASI sebanyak 45-60 ml per sesi menyusu. Hingga 1 minggu, frekuensi menyusu bayi masih sama ya, Bun, yakni 8-10 kali sehari.
Minggu Kedua Kelahiran
Di minggu kedua, perut bayi sudah bertumbuh menjadi sebesar telur dan mampu menampung ASI sebanyak 80-150 ml per sesi menyusu. Meski demikian, bukan berarti setiap menyusu, bayi PASTI memerlukan jumlah itu. Pada dasarnya kebutuhan ASI setiap bayi berbeda, ya Bun. Frekuensi menyusu dalam sehari pun masih sama.
Cara Memenuhi Kebutuhan ASI Bayi Baru Lahir
Beberapa Jam Setelah Melahirkan
Setelah melahirkan, hal terpenting yang perlu Bunda lakukan untuk memenuhi kebutuhan ASI si kecil adalah melakukan skin to skin contact. Inilah mengapa Bunda disarankan melakukan IMD atau inisiasi menyusui dini. Bunda yang melahirkan secara per vaginam maupun caesar dapat melakukan ini. Saat melakukan IMD, perhatikan pula apakah bayi dapat melekat dengan baik di payudara Bunda? Jika si kecil terlihat mengalami kesulitan, coba konsultasikan dengan dokter atau konselor laktasi ya, Bun, karena bayi baru lahir pun biasanya sudah memiliki insting untuk menyusu.
Hari Pertama Hingga Ketiga Setelah Melahirkan
Bila Bunda masih dirawat di RS atau klinik hingga hari ketiga, usahakan agar si kecil dapat dirawat gabung, ya. Dengan demikian, jika si kecil butuh menyusu, Bunda bisa cepat memenuhinya. Mulut yang bergerak-gerak dan bibir yang mengerucut seperti sedang mengisap sesuatu adalah tanda ia ingin menyusu.
Di waktu-waktu ini, perbanyak pula skin to skin contact. Dan yang terpenting, hindari pemberian dot. Entah dalam bentuk empeng/pacifier ataupun botol. Ini dapat membuat bayi bingung puting nantinya dan sulit melekat dengan tepat di payudara Bunda. Bila kondisi Bunda tak memungkinkan untuk secara langsung memberikan ASI dari payudara, gunakanlah cup feeder atau sendok teh.
Hari Ketiga Hingga Kelima Setelah Melahirkan
Di masa ini, ASI yang tadinya baru keluar sedikit kini mulai melimpah. Jadi, jangan terserang panik jika pada hari pertama atau kedua setelah melahirkan ASI Bunda baru keluar sedikit ya. Keluarnya ASI pada hari ketiga sampai kelima setelah melahirkan bisa tiba-tiba membanjir, tapi seringnya bertambah banyak secara bertahap.
Susuilah si kecil lebih sering untuk menghindari penumpukan ASI di payudara. Pasalnya, jika ASI dibiarkan menumpuk di payudara, Bunda bisa mengalami pembengkakan yang pastinya membuat tidak nyaman. Bila si kecil lebih banyak tidur, Bunda bisa mengeluarkan ASI dengan cara memompanya untuk disuapkan ke si kecil nanti dengan sendok atau cup feeder. Jika payudara mulai terasa kencang dan tidak nyaman, kompreslah dengan air dingin.
Hari Kelima Hingga Hari Ketujuh Setelah Melahirkan
Setelah hampir seminggu, wajarnya Bunda sudah menemukan irama menyusui yang pas. Di masa ini, penting bagi Bunda untuk dapat mengenali tanda bayi perlu menyusu. Tandanya tak selalu tangisan loh, Bun. Bibir mengerucut saja seperti mengemut sesuatu adalah tanda ia butuh minum.
Hingga masa ini, biasanya bayi akan menyusu sebanyak 10 kali dalam waktu 24 jam. Kapan saja jadwalnya? Ikuti saja kemauan si kecil, Bun. Karena berbeda bayi, berbeda pula kebiasaannya. Ada bayi yang meminta makan beberapa kali dalam waktu singkat lalu terlelap selama beberapa jam, ada pula yang secara konsisten meminta makan setiap beberapa jam sekali. Pokoknya, percaya saja padanya.
Seminggu Setelah Melahirkan dan Seterusnya
Setelah satu minggu berlalu, yang terpenting untuk memenuhi kebutuhan ASI si kecil adalah dengan sebisa mungkin menghabiskan banyak waktu dengannya. Pasalnya, si kecil akan ingin berlama-lama berada di dekat Bunda. Jangan terobsesi mengerjakan segalanya sendiri.
Manfaatkanlah bantuan yang bisa diberikan oleh orang lain, entah dari pasangan, orang tua, keluarga, atau pun kerabat, untuk mengurus rumah agar Bunda dapat menghabiskan waktu lebih lama dengan si kecil. Waktu yang Bunda habiskan bersamanya, tidak hanya meningkatkan produksi ASI tapi juga mempererat ikatan antara Anda berdua. Percayalah, saat masa menyusui itu telah berlalu, Bunda akan mengenangnya dengan manis. Selamat menyusui ya, Bunda!
Air Susu Ibu
ASI Keluar saat Hamil, Apa Sebabnya?
Berbagai perubahan akan terjadi pada tubuh Bunda ketika hamil. Tidak hanya dalam rangka menjaga pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi juga dalam upaya mempersiapkan diri saat si kecil lahir nanti. Salah satu perubahan yang mulai terasa adalah air susu ibu atau ASI keluar saat hamil.
Ya, beberapa ibu sudah mengalami ASI keluar saat hamil, bahkan di pertengahan usia kehamilan. Namun ada juga ibu hamil yang baru merasakan ASI keluar di trimester akhir kehamilan. Sebagian ibu hamil bahkan tidak merasakan ASI keluar. Sebenarnya, apa yang membedakan dan bagaimana proses produksi ASI pada ibu hamil ini? Dan apa yang dapat Bunda lakukan jika mengalami ASI keluar saat hamil?
Penyebab ASI keluar saat hamil?
Ketika hamil, tubuh Bunda mulai memproduksi kolostrum sebagai persiapan persalinan nanti. Proses pembentukan kolostrum ini sudah dimulai sejak usia kehamilan 14 minggu atau di trimester pertama. Tentu saja tidak seperti perubahan perut yang terasa dan terlihat, produksi kolostrum ini berlangsung “secara diam-diam” tanpa Bunda sadari.
Kolostrum itu sendiri merupakan cairan berwarna kuning kental yang akan keluar setelah melahirkan dan hanya keluar selama beberapa hari. Kolostrum merupakan sumber nutrisi yang amat baik untuk bayi baru lahir, terutama dalam membantu bayi meningkatkan ketahanan tubuhnya.
ASI yang menetes keluar dari puting saat Bunda hamil merupakan tanda bahwa tubuh juga sudah memproduksi hormon prolaktin, yang bertanggung jawab terhadap produksi air susu ibu. Biasanya hormon ini mulai terbentuk di trimester ketiga kehamilan.
Faktanya adalah, begitu banyak hormon dalam tubuh Bunda yang kadarnya mengalami pasang-surut, khususnya saat kehamilan ini. Tubuh berusaha keras menjaga keseimbangan antar-hormon, agar pada saat dibutuhkan nanti, ASI keluar pada waktu yang tepat. Akan tetapi, ketidakseimbangan wajar saja terjadi dan bukan suatu hal yang perlu terlalu dikhawatirkan.
Untungnya, tubuh Bunda juga memproduksi hormon estrogen dan progesteron dalam kadar yang tinggi selama hamil. Khususnya di masa awal kehamilan. Kehadiran kedua hormon inilah yang mencegah prolaktin hadir dan memengaruhi tubuh Bunda. Itu sebabnya, ASI yang keluar saat hamil tidaklah banyak.
Bagaimana mengatasi ASI yang keluar saat hamil?
Meski wajar terjadi, bukan tidak mungkin jika Bunda merasa terganggu dengan cairan yang bocor dari puting. Misalnya karena membuat pakaian Bunda basah. Lalu apa yang bisa Bunda lakukan?
Jika ASI yang menetes tersebut tidak banyak atau hanya beberapa tetes, Bunda cukup mengatasinya dengan menggunakan breast pad atau bantalan pada bra yang Bunda kenakan.
Ketika menggunakan bantalan payudara, sebaiknya Bunda selalu menggantinya jika mulai terasa basah atau berbau. Hal ini untuk menghindari terjadinya infeksi atau ruam di sekitar puting payudara Bunda. Pastikan juga ada ruang yang cukup nyaman di dalam bra untuk menyelipkan bantalan. Hindari menekan payudara terlalu keras saat mengenakan bantalan ini ya, Bun.
Ada baiknya juga Bunda bersiaga dengan mengenakan pakaian yang warnanya mampu menyamarkan rembesan ASI, atau syal maupun jaket yang dapat digunakan untuk menutupi rembesan tersebut.
Hindari pula aktivitas yang dapat memicu keluarnya rembesan ASI. Misalnya gerakan olahraga yang menggesek puting dan menyebabkan keluarnya ASI. Aktivitas seks, terutama stimulasi pada puting juga bisa memicu keluarnya ASI.
Namun jika jumlah kebocoran ASI dirasakan terlalu banyak dan sudah sangat mengganggu, ada baiknya jika Bunda berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan hal ini tidak disebabkan oleh hal yang tidak wajar.
Pada dasarnya, produksi ASI memang sudah dimulai sejak hamil, jadi Bunda tidak perlu malu untuk membicarakan hal ini dengan tenaga kesehatan yang membantu Bunda. Bahkan ASI yang keluar saat hamil bisa dijadikan pertanda bahwa saat lahir nanti si kecil akan mendapatkan ASI pertamanya dari Bunda.
Air Susu Ibu
Mengenal Prolaktin & Oksitosin, Hormon yang Berperan saat Menyusui
Setelah melahirkan, masa menyusui pun tiba. Rasa deg-degan mungkin melanda mengingat banyak orang yang berkata bahwa proses menyusui kerap banyak drama. Sedikitnya ASI yang keluar dari payudara menjadi drama tersering yang dialami para bunda. Kalau sudah begini, pasti bingung rasanya karena si kecil hanya mengandalkan ASI sebagai asupan di 6 bulan pertama.
Untuk mengatasi masalah tadi, kita perlu mencari tahu dulu akar masalahnya. Apakah masalahnya ada pada produksi ASI yang memang sedikit atau ASI yang tidak lancar keluar dari payudara? Pasalnya, berbeda masalah, berbeda pula nantinya hormon menyusui yang akan dirangsang.
Yap, ada dua hormon menyusui yang mungkin sudah akrab di telinga Bunda, yakni prolaktin dan oksitosin. Meski sama-sama hormon menyusui, ternyata keduanya memiliki peran yang berbeda dalam kesuksesan pemberian ASI. Apa Bedanya?
Peran Hormon Prolaktin
Prolaktin adalah hormon yang bertanggung jawab dalam memproduksi ASI. Hormon ini mulai bekerja sejak masa kehamilan loh, Bun. Hanya saja, tingginya kadar hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh plasenta mencegah prolaktin untuk memproduksi terlalu banyak ASI matur. Karena itulah, saat hamil Bunda akan mendapati ada ASI bening hingga kekuningan yang keluar dari payudara, tetapi tidak banyak jumlahnya.
Saat melahirkan, plasenta keluar dari tubuh Bunda, otomatis hormon estrogen dan progesteron yang tadinya tinggi mendadak menurun drastis. Ketika ini terjadi, meningkatlah hormon prolaktin untuk memproduksi lebih banyak ASI.
Meningkatkan Hormon Prolaktin dalam Tubuh
Hormon prolaktin yang meningkat setelah melahirkan belum cukup untuk memproduksi ASI yang melimpah. Bunda perlu menstimulasinya dengan rajin menyusui si kecil. Kalau si kecil belum terlalu jago menyusu, Bunda bisa mencoba cara lain, yakni dengan memompa payudara. Lakukan hal ini setiap 2 atau 3 jam sekali. Semakin sering Bunda menyusui, semakin banyak pula hormon prolaktin yang dilepaskan oleh otak.
Eits, tapi meningkatnya hormon prolaktin tak serta-merta membuat ASI keluar dengan lancar ya. Soalnya, perihal satu ini bergantung pada peran hormon lain, yakni oksitosin.
Peran Hormon Oksitosin dalam Proses Menyusui
Bila hormon prolaktin bertugas memproduksi ASI, hormon oksitosinlah yang berperan untuk mengeluarkannya. Jadi, bisa saja produksi ASI Bunda sudah banyak, tapi tidak keluar dengan optimal karena kadar hormon oksitosin yang rendah.
Inilah mengapa kadang terjadi kasus seperti ini: Bunda sudah memompa ASI dengan durasi yang lama dan kekuatan memompa yang tinggi, tapi payudara masih terasa penuh dan ASI yang keluar hanya sedikit. Kondisi seperti ini bisa terjadi ketika hormon prolaktin yang tinggi tidak dibarengi dengan kadar hormon oksitosin yang tinggi pula.
Cara Meningkatkan Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin bisa meningkat ketika Bunda merasa aman, nyaman, dan bahagia. Namun, ketika menyusui, cara paling ampuh meningkatkan hormon oksitosin adalah dengan menyusui secara langsung. Ketika menyusui secara langsung atau direct breastfeeding, terjadi sentuhan kulit antara Bunda dan bayi, sentuhan itulah yang memicu keluarnya hormon oksitosin. Menyusui secara langsung juga bisa memicu let-down reflex, loh.
Ketika si kecil menempel di payudara Bunda dan memasukkan areola ke mulutnya, sel saraf di payudara akan mengirimkan sinyal ke otak untuk melepaskan oksitosin. Oksitosin kemudian menyebabkan otot di sekitar kelenjar susu berkontraksi. Saat kelenjar berkontraksi, ASI terperas ke dalam saluran susu dan keluarlah dari payudara.
Oh ya, bila Bunda memang sedang tidak bisa menyusui langsung, misalnya karena harus bekerja dari kantor, cobalah melihat foto dan video si kecil sambil memompa. Hal seperti ini juga bisa membantu melepaskan hormon oksitosin yang melancarkan keluarnya ASI. Di kesempatan lain, Bunda juga bisa meminta bantuan Ayah untuk melakukan pijat oksitosin agar ASI semakin lancar.
Setelah mengenal dua hormon menyusui serta perbedaan perannya, semoga Bunda semakin mantap memberikan ASI bagi si kecil ya. Selamat berjuang
Menyusui
Catat, Bun! Inilah Durasi Ketahanan ASIP di Berbagai Kondisi
Air susu ibu perah atau ASIP adalah andalan bagi ibu yang sering beraktivitas di luar rumah dan tetap ingin memberikan ASI eksklusif bagi bayinya. Lazimnya, agar ASI yang sudah diperah dapat tahan lama, para ibu memanfaatkan freezer, kulkas, atau cooler bag sebagai penyimpanan. Ternyata, Bun, media penyimpanan ASIP yang Bunda pilih sangat menentukan berapa lama daya tahan ASIP, loh.
Yuk, mari dicatat perbedaannya.
Suhu Ruang
Jika setelah memerah ASI Bunda lupa untuk menyimpannya di dalam kulkas, jangan terburu-buru membuangnya ya. Pasalnya, ASI yang disimpan dalam suhu ruang juga bisa bertahan selama beberapa jam. Begini rinciannya.
- Baru diperah: tahan hingga 6-8 jam dalam suhu ruang.
- Sudah dicairkan, tapi tidak dihangatkan: 4 jam dalam suhu ruang, bisa disimpan kembali dalam kulkas bagian bawah selama maksimal 24 jam.
- Sudah dicairkan dan dihangatkan: baiknya segera dihabiskan, bisa disimpan kembali dalam kulkas bagian bawah selama maksimal 4 jam.
Cooler Bag + Ice Pack
Bagi ibu yang memerah ASI di luar rumah, seperti di kantor, cooler bag menjadi media penyimpanan ASI yang disarankan. Walau kantor Bunda menyediakan kulkas dengan freezer misalnya, cooler bag ditambah dengan ice pack adalah media penyimpanan yang lebih baik dengan daya tahan hingga 24 jam.
Selain menghindari kontaminasi dengan makanan lain yang turut disimpan dalam kulkas atau freezer, cooler bag menjadi pilihan karena suhunya tidak sampai membekukan ASI. Ketika ASI hanya dingin dan tidak beku, Bunda dapat menyimpan ASIP di freezer setibanya di rumah.
Sebaliknya, jika Bunda membekukan ASIP di freezer kantor lalu ASIP mencair sepanjang perjalanan menuju rumah, Bunda tidak bisa membekukannya kembali di dalam freezer. Paling-paling, ASIP hanya bisa disimpan di kulkas bagian bawah selama 24 jam saja.
Kulkas Bagian Bawah
Kulkas bagian bawah memiliki kisaran suhu 0-4 derajat celcius. Pada suhu ini, daya tahan ASIP bervariasi tergantung kondisi ketika ia disimpan. Seperti ini detailnya, Bun.
- Baru diperah: ASIP optimal digunakan hingga 3 hari dan dapat bertahan paling lama 8 hari.
- Sudah dicairkan, tapi tidak dihangatkan: daya tahan hingga 24 jam.
- Sudah dicairkan dan dihangatkan: daya tahan hingga 4 jam
Freezer
Penyimpanan ASIP dalam freezer hanya disarankan untuk ASI yang baru diperah. ASIP yang sudah dicairkan ataupun dihangatkan tidak disarankan untuk kembali dibekukan karena kandungan gizinya akan menurun. Beginilah daya tahan ASIP di berbagai jenis freezer.
- Lemari es 1 pintu: daya tahan 2 minggu
- Lemari es 2 pintu: disarankan untuk dikonsumsi dalam kurun waktu 3 bulan, tetapi masih dapat dipakai hingga waktu 6 bulan.
- Lemari freezer: disarankan untuk dikonsumsi dalam kurun waktu 6 bulan, tetapi masih dapat dipakai hingga waktu 12 bulan.
Manajemen Penyimpanan ASIP
Bunda juga perlu tahu bahwa tata kelola penyimpanan ASIP lebih baik menggunakan sistem LIFO (last in first out). Artinya, ASIP terakhir yang dimasukkan ke dalam freezer adalah yang lebih dulu dikeluarkan. Pasalnya, komposisi ASI terus berubah mengikuti kondisi terkini si kecil sehingga ASI terakhirlah yang paling pas untuk memenuhi kebutuhannya saat ini.
Lalu, bagaimana dong dengan ASIP yang lebih dulu disimpan? Jika memang ASIP terdahulu sudah telanjur banyak stoknya, Bunda bisa memberikannya kepada bayi dengan cara diselang-seling. Misalnya, pagi menggunakan ASIP baru dan siang menggunakan ASIP lama.
Saat menyimpan ASIP, jangan lupa menuliskan tanggal dan jam perah. Tanggal untuk mengetahui batas kedaluwarsa ASIP dan jam untuk mengetahui kapan ASIP harus dikeluarkan. Soalnya, kandungan ASI pada pagi dan malam hari berbeda, Bun.
ASI pada pagi hari mengandung hormon kortisol yang berfungsi membuat bayi terjaga, sedangkan ASI malam hari mengandung melatonin yang dapat membuat si kecil mengantuk. Bila tertukar, khawatirnya waktu tidur si kecil jadi kacau.
Tips Mencairkan ASIP
ASI sangat sensitif terhadap perubahan suhu mendadak. Karena itu, jangan langsung panaskan ASIP yang masih beku. Untuk mencairkan ASIP, lebih baik turunkan dulu ASIP ke kulkas bagian bawah dan biarkan mencair dengan sendirinya. Setelah mencair, baru pindahkan ke suhu ruang atau dihangatkan.
Untuk menghangatkannya, Bunda bisa menggunakan penghangat ASI elektrik atau rendam dalam mangkuk berisi air hangat. Jangan hangatkan ASI di dalam air mendidih di atas kompor.
Jika ASIP dibutuhkan segera, keluarkan ASI beku dan segera kucurkan di bawah air mengalir. Bila ASIP sudah agak mencair, barulah Bunda bisa menghangatkannya dengan cara yang sama seperti di atas.
Itulah informasi mengenai berapa lama daya tahan ASIP beserta tips mengenai manajemen penyimpanan ASI serta cara mencairkannya. Semoga bermanfaat ya, Bun.
-
Kehamilan4 years ago
Bun, Ini Prosedur Periksa Kehamilan dengan BPJS yang Perlu Diketahui!
-
Pasca4 years ago
Bagaimana Mengetahui Jahitan Kering Pasca Melahirkan Normal?
-
Kehamilan5 years ago
Bagaimana Jika Tinggi Fundus Uteri Kurang dari yang Seharusnya?
-
Kehamilan6 years ago
Bunda, Ini Pentingnya Menghitung Tinggi Fundus Pada Saat Hamil
-
Persalinan5 years ago
Ini yang Akan Bunda Alami Saat Melahirkan dengan Induksi
-
Kehamilan4 years ago
Adakah Gerakan Fisik Tertentu yang Bisa Menyebabkan Keguguran?
-
Kehamilan6 years ago
Ini Fakta Seputar Perut Hamil Bunda
-
Kehamilan6 years ago
5 Jenis Infeksi yang Menyebabkan Cacat Janin